Skip to main content

Kisah Qarun dalam al-Qur,an serta Ibrahnya


KISAH QARUN DALAM AL-QUR'AN SERTA IBRAHNYA 

Qorun atau Qarun atau Karun, adalah sepupu Nabi Musa a.s, anak dari Yashar adik kandung Imran ayah Nabi Musa a.s. Baik Nabi Musa a.s maupun Qarun masih keturunan Nabi Yaqub a.s, karena keduanya merupakan cucu dari Quhas putra Lewi, Lewi bersaudara dengan Yusuf a.s anak dari Yaqub, hanya berbeda ibu. Silsilah lengkapnya adalah Qarun bin Yashar bin Qahit/Quhas bin Lewi bin Yaqub bin Ishaq bin Ibrahim.

Awal kehidupan Qarun sangat miskin. Sehingga pada suatu kesempatan ia memohon kepada Nabi Musa untuk mendoakannya kepada Allah, yang ia pinta adalah kekayaan harta benda dan permintaan tersebut dikabulkan oleh Allah. Setelah menjadi kaya raya, Qarun menjadi orang yang sombong dan suka pamer (riya). Orang-orang kaya biasanya menyimpan kunci harta mereka dalam tempat rahasia agar tidak diketahui orang lain. Qarun bisa saja membuat sebuah tempat besar yang tersembunyi untuk menampung kunci-kuncinya, tapi dia tidak melakukannya karena dia ingin menunjukkan kekuatan dan kekuasaannya. Jadi kebiasaannya adalah membawa sepuluh orang kuat kemanapun dia pergi. Kesepuluh orang ini adalah pria-pria perkasa yang berotot kekar. Mereka mengikuti Qarun kemanapun dia pergi hanya untuk membawakan kunci-kuncinya. Meskipun sudah dibawa sepuluh orang pria perkasa, tetap saja mereka merasa bahwa kunci-kunci Qarun terasa sangat berat karena banyaknya. 

Kebiasaan Qarun yang lain adalah dia selalu mengenakan pakaian yang berbeda setiap kali keluar rumah. Pakaian-pakaiannya merupakan jubah-jubah mewah yang paling mahal di zaman itu. Dia juga punya banyak kuda, punya tentara pribadi, punya bodyguard, punya banyak istana, dan harta benda. Tidak terhitung  jumlah kekayaan yang diberikan Allah kepadanya. Qarun juga bisa memainkan orang-orang, dia bisa melakukan apapun karena punya kekuatan. Fir’aun adalah teman baik Qarun. Jika ada seseorang yang punya masalah dengannya, Qarun tinggal memberitahu Fir’aun maka habislah orang itu. Dia bisa membuat seseorang menjadi budak jika dia mau. Jadi tak seorang pun berani dengan Qarun. Dia adalah seorang tiran yang dijadikan Allah sebagai contoh di dalam Al-Qur’an.

Pada suatu hari, Qarun memilih pakaian terbaiknya. Kemudian dia pergi ke pekarangan istananya yang luas dan dia berjalan-jalan sambil memilih-milih kudanya. Akhirnya pandangannya tertuju ke salah satu kuda miliknya sembari tangannya menunjuk. Dia berkata kepada pelayannya “Kuda itu yang disana! Kuda yang memiliki bulu paling putih. Aku ingin menaiki kuda itu sekarang!”. Mereka menghias kuda itu dengan berbagai macam pernak-pernik. Andaikan orang-orang di jalan melihat kuda putih itu, tentu mereka akan terkagum-kagum melihatnya. Jadi dia menaiki kuda putih itu dan berkata: “Tentara-tentaraku! Datanglah kemari!”. Kemudian dia menunjuk tentara-tentara terbaiknya. Lalu tentara-tentara itu berbaris mengikutinya dari belakang. Kemudian dia menunjuk sepuluh orang pria kekarnya dan berkata:“Bawalah SEMUA harta-hartaku! Hari ini aku ingin menunjukkan harta-hartaku pada orang-orang. Bawa semua emas, perak, perunggu, barang-barang mewahku, koleksi pribadiku, dan yang lainnya. Aku ingin kalian membawa semuanya. Bahkan kalian para tentara juga harus membawanya! Ketika kita lewat, aku ingin semua orang terkagum-kagum melihat banyaknya hartaku.

Qarun membawa semua harta karunnya, ada begitu banyak rubi, permata, mutiara, emas, dan perhiasan dalam berbagai bentuk. Ketika dia berparade keliling kota dari istananya, orang-orang di jalan melihatnya. Dan orang-orang yang menginginkan yang hanya menginginkan dunia ini berkata “Lihatlah semua ini. Andai saja kita mempunyai apa yang Qarun miliki.” Mereka sangat menginginkan harta itu. Bayangkanlah, seluruh kota menyaksikannya. Di antara mereka juga ada ahli agama. Mereka berkata “Jangan meminta seperti itu! Celakalah kamu! Sesungguhnya apapun yang Allah berikan kepadamu sudah cukup.” Jadi ketika Qarun keluar membawa semua hartanya dan orang-orang di jalan melihatnya dengan terkagum-kagum, ada pengawal di sisi kanan dan ada di sisi kiri, sedangkan parade Qarun berada di tengah-tengahnya. Ketika dia merasakan keangkuhan yang tertinggi dan berpikir “Wow, inilah diriku!”.

Suatu hari, Nabi Musa a.s mengingatkan agar Qarun tidak lupa diri dan menyadari hartanya merupakan pemberian Allah SWT. Qarun juga diminta untuk berbuat baik dan membagikan sebagian hartanya kepada orang yang membutuhkan. Sayangnya, Qarun tidak mengindahkan nasihat Nabi Musa. " Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku,"demikian kata Qarun seperti tertuang dalam ayat QS Al Qashash:78. Begitu angkuhnya Qarun, sampai melupakan apa yang dialami umat-umat terdahulu. Allah membinasakan mereka karena sibuk mengumpulkan harta. Qarun pun membuat kagum orang-orang yang menghendaki dunia. Sampai-sampai, mereka berharap bisa seperti Qarun, bergelimang harta.

Qarun pun berani memfitnah Nabi Musa a.s. Dia mengupah seorang wanita agar mengaku telah berbuat serong dengan Nabi Musa. Ketika seluruh Bani Israil telah berkumpul, Qarun berkata, ''Wahai Bani Israil, ketahuilah, Musa yang kalian anggap sebagai Nabi dan orang baik itu, sebenarnya tidak demikian. Bahkan, dia telah menghamili wanita ini.''

Nabi Musa merasa sedih dan langsung berdo'a agar Allah menampakkan kebenaran sesungguhnya. Bahwa semua yang dituduhkan tersebut adalah fitnah belaka. Allah menunjukkan kekuasannya. Lidah perempuan yang disuruh berbohong tersebut kelu dan dia pun akhirnya mengucapkan cerita yang sebenarnya, bukan kata-kata bohong yang sudah disiapkan sebelumnya.

''Musa tidak berbuat apa-apa dengan saya, dia orang baik, saya diupah oleh Qarun untuk mengatakan bahwa saya dihamili oleh Musa.'' Mendengar itu, Nabi Musa segera sujud sebagai bentuk rasa syukurnya kepada Allah. Kisah ini sebagaimana disebutkan dalam QS Al-Ahzab 69: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang menyakiti Musa; maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. Dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah". Tidak berhenti di sana, Qarun juga menantang Nabi Musa untuk berdoa bersama. Siapa doanya yang dikabulkan, dialah yang benar dan harus diikuti. Qarun lalu berdoa, ''Wahai dewa penguasa jagat raya, matikan Musa saat ini juga.'' Namun, Nabi Musa tidak meninggal, beliau tetap hidup dan berdiri tegak. Nabi Musa kemudian berdoa kepada Allah SWT agar diberikan petunjuk, dan Allah memberi tahu Musa bahwa Dia telah memberi kuasa kepada Bumi untuk mengikuti arahan Nabi Musa. Maka Nabi Musa memohon: ''Wahai bumi telanlah si Qarun dan seluruh kekayaannya saat ini juga!''
Tidak lama kemudian, bumi berguncang dan seketika bumi terbelah sehingga tubuh Qarun dan seluruh kekayaannya habis ditelan bumi seperti didokumentasikan dalam Surah al-Qashash ayat 81. ''Maka, Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka, tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).''  Tidak ada seorang pun yang dapat menolong dan menahannya dari bencana itu.

Al-Qur'an juga mengisahkan hal ini di dalam surah yang lain, yaitu al-Ankabut ayat 39-40. ''Dan (juga) Qarun, Firaun, dan Haman. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi, mereka berlaku sombong di (muka) bumi, dan tiadalah mereka orang-orang yang luput (dari kehancuran itu). Maka, masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, lalu di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu, kerikil, dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur. Kemudian, di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.''

Tempat di mana Qarun dan seluruh kekayaannya dibenamkan oleh Allah ke dalam bumi ini berada di sebuah tempat yang kini dikenal dengan sebutan Danau Qarun (Bahirah Qarun). Namun, tidak ada satu pun kekayaan Qarun yang tersisa, selain puing-puing istananya yang bernama Qasru el-Qarun yang sampai saat ini masih berdiri kokoh di pinggir Tasik Qarun, Kota Fayyoum, yang tidak terlalu jauh dari Kairo, Mesir. 

Setelah menyaksikan kejadian yang menimpa Qarun, bertambahlah keimanan orang-orang Bani Israil kepada Allah. ''Benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa saja yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita, benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah),'' ujar mereka.

Kisah Qarun ini mengajarkan kita tentang bahaya sifat kufur, cinta dunia, dan sombong. Allah mengingatkan agar kita selalu bersyukur atas limpahan nikmat kekayaan yang kita miliki. ''Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih,'' demikian Surah Ibrahim ayat 7.

Allah SWT mewajibkan zakat tidak hanya kepada ummat Islam saja, tetapi juga kepada ummat Nabi Musa AS. Salah satu orang kaya yang diperintah membayar zakat adalah Qarun. Qarun itu dulunya orang miskin, lalu minta kepada Nabi Musa untuk diajari ilmu kimia. Setelah diajari ilmu kimia oleh Nabi Musa, Qarun menjadi orang kaya dan bisa membangun konglomerasi yang cukup besar dan megah. Kemudian Nabi Musa AS datang ke rumah Qarun untuk meminta zakat. Namun Qarun menolak untuk mengeluarkan zakat dari harta kekayaannya. 

Karena terdorong sifat kikir dan angkuh, maka Qarun membuat rencana untuk melakukan tipudaya agar dia terlepas dari kewajiban membayar zakat. Dia ingin menjatuhkan nama baik dan citra Nabi Musa, kemudian dia mengumpulkan tokoh tokoh konglomerat Bani Israil dan berkata kepada mereka : “Terhadap apa yang diperintahkan Musa, apakah kalian mematuhinya?. Sekarang dia hendak mengambil harta dari tangan kalian. Maka pikirkanlah suatu cara untuk menghindari perintahnya”.

Mereka menjawab : “Wahai Qarun engkau lebih besar dari kami. Kami akan melakukan apapun yang kau inginkan.” Qarun berkata : “Panggilkan wanita yang nakal! Aku akan memberinya hadiah besar agar dia memfitnah Musa”. Kemudian Qarun memberikan hadiah kepada wanita itu sebesar seribu dinar dan berjanji akan menjadikannya istri. Keesokan harinya, Qarun mengumpulkan Bani Israil. Setelah itu, Qarun menghadap kepada Nabi Musa seraya berkata : “Orang-orang menanti kedatangan Anda. Sampaikanlah saran dan nasihat kepada mereka”. Nabi Musa keluar dari rumahnya dan mulai menyampaikan nasihat kepada umatnya.

Di antara nasihatnya, beliau berkata : “Barang siapa yang mencuri, maka aku akan memotong tangannya. Barang siapa yang memfitnah, maka aku akan mencambuknya sebanyak 70 kali. Barang siapa yang tidak mempunyai istri dan dia berbuat zina, maka aku akan mencambuknya sebanyak 70 kali. Adapun barangsiapa yang memiliki istri dan dia berbuat zina. Maka ia akan dirajam hingga mati.”

Qarun berkata : “Meskipun Anda sendiri yang melakukannya (berbuat zina)?”. Nabi Musa menjawab : “Ya, meskipun saya sendiri”.

Maka Qarun memanggil wanita nakal yang telah dibayarnya, dan wanita itu di depan Nabi Musa dan mengaku sedang hamil karena berhubungan badan dengan Nabi Musa. Maka marahlah Nabi Musa atas fitnah kejam yang diarahkan kepadanya. Sepontan Nabi Musa melakukan sholat dua rakaat lalu mendatangi wanita itu dan menyumpahnya agar mengatakan siapa yang menyuruhnya. Wanita itu menjadi takut dan bergemetar di depan Nabi Musa dan mengaku bahwa yang menyuruhnya adalah Qarun. Lalu wanita itu bertaubat dan meminta maaf kepada Nabi Musa. Seketika itu Nabi Musa bersujud seraya berdoa kepada Allah agar menimpakan adzab kepada Qarun. Allah memberi wahyu kepada Musa bahwa bumi telah dijadikan tunduk terhadap perintah Musa. Kemudian Musa berkata kepada bumi : “Wahai bumi telanlah Qarun beserta kekayaannya!”. Maka segeralah Qarun dan gudang-gudang kekayaan beserta seluruh isinya amblas ditelan bumi. Peristiwa tersebut di atas disebutkan di dalam Al-Qur’an pada ayat-ayat berikut :

إِنَّ قَارُونَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوسَى فَبَغَى عَلَيْهِمْ وَآَتَيْنَاهُ مِنَ الْكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ لَتَنُوءُ بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ إِذْ قَالَ لَهُ قَوْمُهُ لَا تَفْرَحْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ ٧٦

76. Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: “Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri”.

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِن كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ ٧٧

77. Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.


قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِندِي أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِن قَبْلِهِ مِنَ القُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعاً وَلَا يُسْأَلُ عَن ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ ٧٨

78. Qarun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.

فَخَرَجَ عَلَى قَوْمِهِ فِي زِينَتِهِ قَالَ الَّذِينَ يُرِيدُونَ الْحَيَاةَ الدُّنيَا يَا لَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوتِيَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ ٧٩

79. Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar”.


وَقَالَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللَّهِ خَيْرٌ لِّمَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحاً وَلَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الصَّابِرُونَ ٨٠

80. Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar”. 

فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ الْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِن فِئَةٍ يَنصُرُونَهُ مِن دُونِ اللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ المُنتَصِرِينَ ٨١

81. Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).

وَأَصْبَحَ الَّذِينَ تَمَنَّوْا مَكَانَهُ بِالْأَمْسِ يَقُولُونَ وَيْكَأَنَّ اللَّهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَوْلَا أَن مَّنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا لَخَسَفَ بِنَا وَيْكَأَنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ ٨٢

82. Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Qarun itu. berkata: “Aduhai. benarlah Allah melapangkan rezki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (ni`mat Allah)”.

Dan sudah menjadi sunnatullah, bahwa orang-orang yang mempunyai kekuasaan baik dalam polititik pemerintahan atau kekayaan ekonomi apabila mengkhianati utusan Allah, maka akan dihancurkan oleh Allah SWT. Karena kesombongan yang melampaui batas, Allah mengazab Qarun. Gempa bumi dahsyat terjadi, membuat tanah merekah dan menelan Qarun beserta seluruh hartanya hingga lenyap.Sejumlah riwayat menyebut lokasi Qarun tenggelam ada di daerah Al Fayyum. Jaraknya sekitar 90 kilometer dari Kairo, Mesir. Di daerah itu ada danau yang dikenal dengan nama Bahirah Qarun sepanjang 30 km dengan lebar 10 km. Kedalaman danau itu sekitar 30 sampai 40 meter. Danau itu dipercaya sebagai titik tenggelamnya Qarun saat gempa besar terjadi. 

Seorang peneliti, Rusydi Al Badrawy dalam bukunya Qashash Al Anbiya' wa At Tarikh, menyatakan sejumlah pakar geologi pernah meneliti danau tersebut.Para peneliti asal Eropa itu menyimpulkan pernah ada gempa dahsyat melanda Al Fayyum. Lokasi tepatnya di bagian selatan Bahirah Qarun. Tiba-tiba Allah memerintahkan bumi untuk menelannya! Jadi tiba-tiba bumi bergemuruh. Kemudian jalanan mulai retak. Kemudian retakan itu semakin membesar sehingga terciptalah sebuah lubang yang menganga. Lubang yang besar itu menelan Qarun beserta semua tentaranya, kunci-kuncinya, hartanya, bahkan Allah memerintahkan bumi untuk menelan istananya! Dan orang-orang yang sedang mengamati, beberapa dari mereka berlarian, tapi pada akhirnya mereka sadar bahwa bumi hanya menelan Qarun dan hartanya. Kemudian bumi kembali seperti semula seakan-akan tidak ada yang terjadi. Orang-orang sangat terkejut. Allah telah menunjukkan kepada orang-orang dan Qarun tentang siapa Raja yang sesungguhnya.
Semua itu tertulis dalam Al-Qur’an surah Al-Qashash, terutama pada ayat 76 hingga 83, yang bermaksud: “Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa), maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: “Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri”. . Qarun adalah salah seorang anak paman Nabi Musa a.s.” (Q.S. Al-Qashash, 76).

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni’matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. Al-Qashash, 77).
Qarun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka". (Q.S. Al-Qashash, 78). “Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar”. Menurut mufassir: Qarun ke luar dalam satu iring-iringan yang lengkap dengan pengawal, hamba sahaya dan inang pengasuh untuk memperlihatkan kemegahannya kepada kaumnya. (Q.S. Al-Qashash, 79).
"Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-orang yang sabar”. (Q.S. Al-Qashash, 80).

Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). (Q.S. Al-Qashash, 81). Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Karun itu, berkata: “Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hambanya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (ni’mat Allah)”. (Q.S. Al-Qashash, 82). "Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa. Yang dimaksud kampung akhirat di sini ialah kebahagiaan dan keni’matan di akhirat. Maksudnya: syurga. (Q.S. Al-Qashash, 83).

Sampai saat ini, nama Qarun diabadikan jika seseorang menemukan sebuah harta terpendam. Maka biasa disebut menemukan “Harta Qarun”. Semoga dari kisah ini dapat diambil ibrahnya.Seperti  disiyaratkan Ayat-ayat al-Quran  di  atas, dalam memandang Qarun dan harta kekayaannya, Bani Israil terbagi atas dua kelompok.
Pertama, adalah kelompok orang yang beriman kepada Allah dan lebih mengutamakan apa yang ada di sisi-Nya. Karena itu mereka tidak terpedaya oleh harta Qarun dan tidak berangan-angan ingin memilikinya. Bahkan mereka memprotes kesombongan, kesesatan dan kerusakannya serta berharap agar ia menafkahkan hartanya di jalan Allah dan memberikan kontribusi kepada hamba-hamba Allah yang lain. 

Kedua, adalah kelompok yang terpukau dan tertipu oleh harta Qarun karena mereka telah kehilangan tolok ukur nilai, landasan dan fondasi yang dapat digunakan untuk menilai Qarun dan hartanya. Mereka menganggap bahwa kekayaan Qarun merupakan bukti keridhaan dan kecintaan Allah kepadanya, dan mereka berangan-angan ingin bernasib seperti itu. 
Qarun mabuk dan terlena oleh melimpahnya harta dan kekayaan. Semua itu membuatnya buta dari kebenaran dan tuli dari nasihat-nasihat orang mukmin. Ketika mereka meminta Qarun untuk bersyukur kepada Allah atas segala nikmat harta kekayaan dan memintanya untuk memanfaatkan hartanya dalam hal yang bermanfaat, kabaikan dan hal yang halal karena semua itu adalah harta Allah, ia justru menolak seraya mengatakan “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku”
Akibat kesombongannya ini berlakulah sunnatullah atasnya dan murka Allah menimpanya. Hartanya menyebabkan Allah murka, menyebabkan dia hancur, dan datangnya siksa Allah. Maka Allah membenamkan harta dan rumahnya ke dalam bumi, kemudian terbelah dan mengangalah bumi, maka tenggelamlah ia beserta harta yang dimilikinya dengan disaksikan oleh orang-orang Bani Israil. Tidak seorangpun yang dapat menolong dan menahannya dari bencana itu, tidak bermanfaat harta dan kekayaannya.Tatkala Bani Israil melihat bencana yang menimpa Qarun dan hartanya, bertambahlah keimanan orang-orang yang beriman dan sabar. Adapaun mereka yang telah tertipu dan pernah berangan-angan seperti Qarun, akhirnya mengetahui hakikat yang sebenarnya dan terbukalah tabir, lalu mereka memuji Allah karena tidak mengalami nasib seperti Qarun. Mereka berkata, “Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa saja yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah).”

IBRAH DALAM KISAH QARUN

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa.” Qarun berasal dari kaum Nabi Musa ‘alaihissalam. Artinya dia berasal dari tengah-tengah masyarakat yang Nabi Musa diutus kepada mereka. 
Qarun bukan termasuk keluarga Musa. Karena keluarga Musa terdiri dari orang-orang yang beriman berkat dakwah dan risalah yang dia bawa. Karena ahlun tali (keluarga) tidak disandarkan pada kerabat yang tidak beriman. Bisa jadi Qarun adalah orang yang pada awalnya beriman dengan dakwah Nabi Musa. Ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala membukakan baginya jalan untuk mendapatkan harta dan perbendaharaan-Nya dia lupa dengan seruan yang telah diserukan kepada dirinya karena sibuk dengan kekayaan yang ia miliki, dan kemudian dia berlaku sewenang-wenang pada kebenaran dan kebaikan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat.” Allah telah membukakan untuk Qarun pintu-pintu kekayaan yang luar biasa; seperti emas, perak, dan berbagai macam barang tambang.  Allah menguasakan padanya ilmu dan pengetahuan tentang cara mengumpulkan harta. Allah menguasakan padanya cara mengolah dan mengembangkan harta serta cara memelihara dan menjaganya. Qarun telah mempekerjakan sekelompok pembantu dan pengawal dalam menjaga harta dan kunci-kunci perbendaharaannya.

Kezaliman Qarun telah melampaui batas. Dia telah menzalimi diri sendiri, kaumnya, dan angkuh terhadap mereka. Qarun memiliki sebab-sebab yang dapat menghantarkan dirinya pada kekayaan di bidang ekonomi hingga dia menjadi pemimpin yang agung. Sepadan dengan kepemimpinan Fir’aun dalam hal politik. Keduanya sama-sama memerankan monopoli pasar dan perdagangan. Memonopoli pemikiran dan akal masyarakat umum yang lugu; yang rela begitu saja dengan kondisi yang ada.


Firman Allah, “(Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya, ‘Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.” Ini menunjukkan eksistensi para da’i yang mengingatkan Qarun kepada Allah. Mereka semua turut serta membantu Nabi Musa dan saudaranya Harun. Selanjutnya perkataan mereka, “Janganlah kamu terlalu bangga.” Artinya, jangan terlalu bangga yang berakibat pada keingkaran dan lupa akan hak-hak Allah. Kebanggaan yang berakibat pada kezaliman dan kesewenang-wenangan terhadap hamba; kebanggaan yang akan menyiksa dan menindas kaum fakir dan lemah.
Kaum di sini adalah kaum yang telah beriman berkat dakwah Musa ‘alaihissalam. Mereka ingin sekali agar Qarun mendapatkan hidayah. Mereka tahu apa yang bakal menimpa Qarun jika dia tidak beriman. Mereka adalah kelompok orang beriman yang berbicara lantang dalam rangka merubah kondisi dan memperbaiki kerusakan yang telah terjadi. Di antara kaum tersebut terdapat orang-orang yang belum beriman. Kezaliman Qarun telah menjadikan mereka lemah secara materi, faqir, kelaparan, dan sakit. Kondisi tersebut merupakan akibat dari sikap Qarun yang memonopoli perekonomian mereka. Maka ketika mereka menyaksikan apa yang dikatakan orang-orang beriman terhadap Qarun, muncullah mental dan keberanian mereka untuk bergabung bersama kaum mukminin.


Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikamatan) dunaiwi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaiman Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”  Nabi Musa ‘alaihissalam dan saudaranya Harun a,s dapat membina para da’i kelas utama yang mewarisi dakwah. Mereka mengerjakan kewajiban dakwah mereka dengan metode yang baik dan penyampaian ringkas. Dialog mereka dengan Qarun adalah bukti terbaik akan hal ini.  Peringatan bagi Qarun bahwa jika dia belum beriman, mendermakan hartanya dan membantu orang-orang yang membutuhkan, maka pekerjaannya merupakan pekerjaan orang-orang yang suka membuat kerusakan. Peringatan bagi Qarun agar dia seimbang dalam menginfakkan hartanya, dengan cara berbuat baik kepada manusia sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berbuat baik kepadanya. Menurut sangkaan dan pandangan Qarun pekerjaan yang dia kerjakan merupakan pekerjaan orang-orang yang suka membuat perbaikan. Tapi, di mata orang-orang yang suka membuat perbaikan, pekerjaan Qarun adalah pekerjaan orang yang suka berbuat kerusakan. Maka jika dia meneruskan pekerjaannya akan berakibat kerusakan di muka bumi yang akan menimpa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda mati.


“Qarun berkata: ‘Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.’.”Qarun sombong dengan dengan apa yang ia capai. Ia menyatakan hal itu semata-mata karena ilmu yang ada pada dirinya. Benarkah dia tidak pernah belajar ilmu tersebut pada seorang pun? Dia tidak mengakui hal itu. Dia mengaku bahwa “Harta dan perbendaharaan tersebut merupakan buah dari keseriusanku, kesungguhanku, dan kecerdasanku. Tidak ada seorang pun yang ikut campur di dalamnya.” Kecintaannya terhadap harta telah menyeretnya pada sikap mengesampingkan pikiran sehat dan tindakan yang benar. Qarun masuk dalam lingkaran orang yang kufur nikmat, ingkar, lagi membangkang. Kecintaannya pada dirinya, kseombongan, kebesaran di depan masyarakat yang hadir.Perkataannya bahwa ilmunya tidak bersandar pada seorang pun merupakan bukti dia sombong dan tidak menghargai orang lain. Kecintaannya terhadap popularitas dan kekuasaan mencegahnya untuk mengakui akan eksistensi Allah Yang Maha Esa yang tidak ada sekutu bagi-Nya.  Karena dia telah berkeyakinan bahwa harta yang dia dapatkan adalah hasil dari ilmu yang dimilikinya, maka tidak ada seorang pun yang berhak atasnya. “Akulah yang paling berhak untuk menggunakannya sekehendak hatiku.” Sebagaimana perkataannya.  “Karena ilmu yang ada padaku. Jadi, aku berhak untuk menjadikan manusia sebagai budak dan setiap yang ada pada mereka adalah berkat keutamaanku.”


Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta?”.  Qarun mengklaim bahwa dirinya adalah orang yang berilmu. Tapi dia lupa akan sejarah, lupa akan runtuhnya kezaliman dan thaghut, lupa apa yang telah berlaku bagi para pendahulunya, lupa tentang siksa yang menimpa mereka akibat kekafiran dan kedurhakaannya. Sebelum dia, ada orang yang lebih kuat dan lebih banyak anggota, harta, dan ilmu. Tapi adzab dan kebinasaan menimpa mereka karena mereka kafir. Ilmu dan harta bukan penghalang dari turunnya adzab dan kebinasaan. Tapi terkadang adzab turun karena penggunaan harta dan ilmu bagi orang kafir.  Kecintaan Qarun terhadap harta telah menjadikannya mengesampingkan pikiran sehat dan mengambil pelajaran dari kehancuran umat-umat terdahulu akibat dari kekafiran dan kedurhakaan mereka. 

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya.” Hal ini dilakukan Qarun untuk menutupi kelemahannya di hadapan para da’i. Dia ingin memperlihatkan kekayaannya kepada manusia. Oleh karena itu, dia keluar dengan kemegahannya; dengan emas dan perhiasannya guna menyihir mata dan hati orang-orang yang hadir. Orang-orang yang telah dikalahkan oleh harta dan akal mereka telah dirampas oleh harta.  Menunjukkan kekuatan materi dan ekonomi. Menurutnya, dia dapat menundukkan para hadirin dan membujuk mereka, melemahkan semangat orang-orang yang menasihatinya. Sebagian besar dari kaum Nabi Musa ‘alaihissalam mempermainkan seruan Nabi Musa ‘alaihissalam dan pengikutnya. Qarun menginginkan hati orang-orang yang mendukung Musa condong pada orang yang memusuhi sang nabi.


Firmah Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia, “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun, sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar’.”  Satu bagian terbesar masyarakat yang akan senantiasa ada di setiap zaman. Yaitu manusia yang berangan-angan agar memiliki apa yang dimiliki oleh orang-orang kaya berupa harta dari perbendaharaannya. Bagian masyarakat ini dapat dikenali dengan kondisi imannya yang lemah, mudah goyah, dan tidak teguh dalam menghadapi kesulitan. Selain itu mereka juga dijangkiti oleh sikap membebani diri dengan suatu hal yang diluar batas kemampuannya. Yaitu bersikukuh untuk mendapatkan bagian kekayaan sebagaimana Qarun. Mereka merasa rendah diri karena kefakiran yang ada pada mereka atau karena lemahnya mereka di depan Qarun. Mungkin hal ini merupakan ujian dari Allah untuk menguji kaum mukminin dengan harta Qarun dan kemegahannya.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu, “Kecelakaan yang besarlah bagimu, padahal Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar’.” Bagian masyarakat yang lain adalah masyarakat yang sadar akan kebenaran dan hakikatnya. Dia tahu tentang hakikat dunia dan akhirat. Mereka adalah orang-orang yang tahu tentang hati yang sakit yang tergantung pada cinta dunia. Bagian masyarakat lain yang mengetahui bahwa negeri akhirat lebih baik dan lebih kekal daripada perbendaharaan dunia seluruhnya, bukan hanya lebih baik dari harta Qarun saja. Para da’i kaum Nabi Musa –setelah mereka menasihati Qarun– telah menunaikan kewajiban dakwah  mereka. Menasihati mereka yang akal dan hatinya telah dikuasai oleh penampilan Qarun dan kemegahannya. Mengingatkan mereka akan urgensi Iman dan amal shaleh dalam meraih keselamatan di dunia dan akhirat. Bagian masyarakat lain yang mengetahui bahwa sikap qona’ah merupakan obat terbaik untuk menyikapi kemegahan Qarun dan hartanya.

Semoga peringatan ini semakin meminimalisir jumlah orang-orang yang terjerumus ke dalam perbuatan serupa yang dilakukan Qarun. Inilah perlunya para da’i bersandar pada penjelasan tentang urgensi amal shaleh di dunia dan di akhirat. Menggelitik sisi keimanan di hati sebagian kaum mukminin yang ternyata ia terlalu lemah dalam menghadap gemerlap harta yang dimiliki Qarun. 

Firman Allah, “Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap adzab Allah. dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).” Alam ini akan berjalan sesuai dengan sunah-sunah ilahiyah dan kauniyah Allah hingga hari kiamat. Terbenamnya Qarun beserta harta kekayaannya merupakan balasan dari amal perbuatannya yang jelek, serta balasan dari kezaliman, kecongkakan, kesombongan, dan keingkarannya terhadap Musa dan dakwah yang dia bawa. Penolong orang-orang yang melampaui batas ketika dia dalam keadaan lapang sangat banyak. Karena mereka adalah orang-orang yang berserikat untuk mendapatkan keuntungan. Tapi, jika sebuah urusan sudah berhubungan dengan akhirat maka tidak ada seorang pun kenal dengan yang lain. Tidakkah bisa Anda saksikan bersamaku, bahwa meskipun Qarun memiliki kekuatan dan kekayaan tidak ada seorang pun yang berani turun tangan untuk menolongnya dari adzab yang menimpanya, meskipun hanya dengan satu kalimat.

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,


‘Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Qarun itu. Berkata: “Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah)’.” Penjelasan tentang urgensi untuk saling mengingatkan pada keimanan. Peringatan tersebut dapat menyalakan kembali bara keimanan dalam hati saudara-saudaranya yang padam di saat mereka dilalaikan dan lupa oleh kemegahan Qarun. Mereka kemudian kembali kepada Allah setelah mereka menyaksikan dengan mata mereka sepak terjang dan akhir kehidupan Qarun. Mereka yakin bahwa Allah-lah yang melapangkan rezeki-Nya bagi siapa saja yang dikehendaki. Tidak ada hubungannya dengan unsur keberuntungan, tapi murni menunjukkan bahwa harta bisa didapat dengan cara pengambilan sebab-sebab yang dapat menghantarkan kepadanya. Karena Allah-lah satu-satunya Dzat Yang Maha Memberi dan Menahan rezeki. Dia memberi siapa saja yang dikehendaki-Nya dan menahan dari siapa saja yang dikehendaki-Nya dalam rangka menguji mereka. Kesuksesan bagi orang-orang beriman dan kebinasaan bagi orang-orang yang zalim. Demikianlah kondisi mereka hingga hari kiamat kelak.


**************************************
Editor: Ustaz Sofyan Kaoy Umar, MA, CPIF.
Email: ustazsofyan@gmail.com

Popular posts from this blog

Zakat di Masa Rasulullah, Sahabat dan Tabi'in

ZAKAT DI MASA RASULULLAH, SAHABAT DAN TABI’IN Oleh: Saprida, MHI;  Editor: Ustaz Sofyan Kaoy Umar, MA, CPIF Islam merupakan agama yang diturunkan kepada umat manusia untuk mengatur berbagai persoalan dan urusan kehidupan dunia dan untuk mempersiapkan kehidupan akhirat. Agama Islam dikenal sebagai agama yang kaffah (menyeluruh) karena setiap detail urusan manusia itu telah dibahas dalam Al-Qur’an dan Hadits. Ketika seseorang sudah beragama Islam (Muslim), maka kewajiban baginya adalah melengkapi syarat menjadi muslim atau yang dikenal dengan Rukun Islam. Rukun Islam terbagi menjadi lima bagian yaitu membaca syahadat, melaksanakan sholat, menunaikan zakat, menjalankan puasa dan menunaikan haji bagi orang yang mampu. Zakat adalah salah satu ibadah pokok yang menjadi kewajiban bagi setiap individu (Mukallaf) yang memiliki harta untuk mengeluarkan harta tersebut sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku dalam zakat itu sendiri. Zakat merupakan rukun Islam yang ketiga setelah s

Akibat Menunda Membayar Zakat

Akibat Menunda Membayar Zakat Mal  Pertanyaan: - Jika ada orang yang tidak membayar zakat selama beberapa tahun, apa yang harus dilakukan? Jika sekarang dia ingin bertaubat, apakah zakatnya menjadi gugur? - Jika saya memiliki piutang di tempat orang lain, sudah ditagih beberapa kali tapi tidak bisa bayar, dan bulan ini saya ingin membayar zakat senilai 2jt. Bolehkah saya sampaikan ke orang yang utang itu bahwa utangmu sudah lunas, krn ditutupi dg zakat saya.. shg sy tdk perlu mengeluarkan uang 2 jt. Mohon pencerahannya Jawab: Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du, Orang yang menunda pembayaran zakat, dia BERDOSA. Sehingga wajib bertaubat. Imam Ibnu Utsaimin ditanya tentang orang yang tidak bayar zakat selama 4 tahun. Jawaban Beliau, هذا الشخص آثم في تأخير الزكاة ؛ لأن الواجب على المرء أن يؤدي  الزكاة فور وجوبها ولا يؤخرها ؛ لأن الواجبات الأصل وجوب القيام بها فوراً ، وعلى هذا الشخص أن يتوب إلى الله عز وجل من هذه المعصية “Orang ini berdos

Importance of Sadaqa (Voluntary Charity) #1

Importance of Sadaqa (Voluntary Charity) #1 1.   The Parable of Spending in Allah’s Cause: Tafseer Ibn Kathir Sadaqa (Voluntary Charity in the Way of Allah) Tafseer Ibn Kathir – QS Al-Baqarah: 261 “The parable of those who spend their wealth in the way of Allah is that of a grain (of corn); it grows seven ears, and each ear has a hundred grains. Allah gives manifold increase to whom He wills. And Allah is All-Sufficient for His creatures’ needs, All-Knower .” This is a parable that Allah made of the multiplication of rewards for those who spend in His cause, seeking His pleasure. Allah multiplies the good deed ten to seven hundred times . Allah said,  The parable of those who spend their wealth in the way of Allah. Sa`id bin Jubayr commented, “Meaning spending in Allah’s obedience” . Makhul said that the Ayah means, “Spending on Jihad, on horse stalls, weapons and so forth” . The parable in the Ayah is more impressive on the heart than merely mentioning th