MATEMATIKA SEDEKAH
Berawal dari cerita bahwa Ustadg Yusuf Mansur menganjurkan Muslim melaksanakan Infaq/Sedekah di jalan Allah untuk mendapatkan tujuan baik yang diinginkan.. Contohnya: dalam situasi seseorang perlu segera menikahi namun kekurangan dana. Orang itu pun mengikut pesan itu mulai bersedekah berdasarkan jumlah nominal uang yang ia perlukan untuk membuat resepsi pernikahan nanti.
Film ‘Kun FayaKuun‘ yang dibuat oleh Ust. Yusuf Mansur bercerita tentang kehidupan seorang tukang kaca yang jauh dari mencukupi, namun tukang kaca itu tidak berputus asa dari rahmat Allah dan ia tetap bersedekah meskipun kekurangan. Film ini sangat memberikan inspirasi seseorang untuk bersedekah. Dalam buku ‘The Miracle of Giving", Keajaiban Sedekah‘ yang ditulis oleh Ustadh Yusuf Mansur sendiri disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Al-An'am 6:160: "Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).
Dalam ayat ini, Allah menjanjikan balasan 10 kali lipat bagi mereka yang mau berbuat baik. Bahkan di dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah 2: 261 disebutkan: "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui". Allah menjanjikan balasan sampai 700 x lipat. Selama ini terus terang banyak kita tak menyadarinya. Insya Allah dengan dorongan Perintah Allah sedekah terus kita laksanakan, namun mungkin tak pernah kita ‘menghitung’ dan mengharapkan apa yang akan didapatkan nanti dari Allah. mungkin kita tidak menghubung-hubungkan rejeki yang diterima dengan sedekah yang dilakukan, padahal itu berkaitan erat!
Di dalam buku ini, Ustadh Yusuf Mansur berkata jika kesusahan dalam hal finansial, tidak susah-susah minta tolong orang lain, tapi langsung minta tolong kepada Allah. Karena sadar dengan hal ini pun, kita jadi berusaha untuk sedekah di jalan Allah dengan teratur, lebih baik dan terencana. Beberapa tip menjadi berkecukupan dan berkah dari masukan Ustad Yusuf Mansur yaitu:
1. Shalat Dhuha minimal 4 rakaat (dilaksanakan dalam 2 rakaat – 2 rakaat) dapat membuka pintu rizqi
2. Meminta pada Allah saat Shalat Tahajjud
3. Memelihara dan memberi makan anak yatim
4. Sedekah 10% dari penghasilan, karena 2,5% saja tidak cukup
5. Sedekah 10% dari jumlah yang diinginkan. Dengan konsep ini, jika kita ingin membeli rumah seharga Rp 100 juta, maka kita harus bersedekah sekitar Rp 10 juta terlebih dahulu. Karena beginilah matematika sedekah menurut Ustad Yusuf Mansur: 10 – 1 = 19
Dalam matematika biasa memang 10 – 1 adalah 9. Namun karena Allah menjanjikan balasan 10x lipat, maka minimal kita akan mendapatkan 19. Jika perhitungan dilanjutkan maka akan seperti ini:
10 – 2= 28
10 – 3= 37
10 – 4= 46
10 – 5= 55
10 – 6= 64
10 – 7= 73
10 – 8= 82
10 – 9= 91
10 – 10= 100
Jadi sekarang agak ‘masuk akal’ jika ingin beli rumah Rp 100 juta maka harus bersedekah Rp 10 juta dulu. Sebagai tambahan mungkin bisa dicoba, bersedekahlah untuk sesuatu keperluan yang susah dipenuhi, Misalnya, sedekah untuk pendidikan anak, sedekah untuk alat ibadah, dll, yang kemungkinan pahalanya dapat dibawa hingga mati (karena terus mengalir). Last but not least, kadang-kadang untuk bisa percaya, kita perlu membuktikan. Mungkin dari pengalaman sendiri sudah banyak, tapi karena tidak perhatian akhirnya kita lupa. Silahkan pelajari pengalaman-pengalaman orang lain yang bersedekah dan merasakan manfaatnya Selamat bersedekah!
Seseorang bisa menjadi BERKECUKUPAN dan BERKAH dengan jalan BERSEDEKAH, menjadi berkecukupan itu bukan mimpi, asal benar caranya disertai ikhtiar yang juga benar dan tepat.Kita harus percaya bahwa ada kekuatan lain di kehidupan ini yaitu kekuatan Allah, kita tidak usah kelelahan mencari dunia, tidak juga putus asa dalam mencari rezeki, kita tahu bahwa betapa mudahnya menundukkan dunia, asalkan dalam beribadah lebih ikhlas, lebih riang, dan lebih lepas, sehingga ada dorongan untuk segera dan menaruh perhatian yang benar dalam beribadah, yang pada akhirnya akan tumbuh keyakinan bahwa mencari kekayaan dan menjadi kaya (dengan jalan halal dan baik) itu mudah.
Ibadah, jalan rezeki utama, yaitu bekerja dengan Allah, dan Bekerja untuk Allah. Dengan jalan ibadah dapat menambah dan memperluas jalan rezeki, sedang Ikhlas, do’a, dan harapan akan memberi spirit dalam beribadah. Jadi Ibadah, dalam hal ini BERSEDEKAH sesuai firman Allah dalam QS. Ath-Thalaaq : 7, yang artinya: “Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah (bersedekah ) dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekadar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan”.
Dan tentunya disertai dengan tambahan ibadah lainnya, seperti: sholat Dhuha dan sholat Tahajjud tidak lupa disertai dengan DOA, adalah bahkan cara “tercerdas” dan “terhebat” sepanjang sejarah cara-cara yang dikerjakan manusia dalam memperoleh rezeki atau bahkan menjadi kaya!!, yaitu tinggal mengikuti saja petunjuk di dalam Al-Quran. Kita dapat menjelaskan secara matematika dasar sedekah , dengan perumpamaan dan perbandingan: Matematika Science : 10 – 1 = 9
Dan tentunya disertai dengan tambahan ibadah lainnya, seperti: sholat Dhuha dan sholat Tahajjud tidak lupa disertai dengan DOA, adalah bahkan cara “tercerdas” dan “terhebat” sepanjang sejarah cara-cara yang dikerjakan manusia dalam memperoleh rezeki atau bahkan menjadi kaya!!, yaitu tinggal mengikuti saja petunjuk di dalam Al-Quran. Kita dapat menjelaskan secara matematika dasar sedekah , dengan perumpamaan dan perbandingan: Matematika Science : 10 – 1 = 9
Matematika Sedekah I : 10 – 1 = 19, mengapa bisa begitu ? berikut penjelasannya: Jika kita punya harta 10 dan disedekahkan 1, maka sisa harta (riil) adalah 9, namun yang satu yang dikeluarkan untuk sedekah itu dikembalikan lagi oleh Allah sebanyak sepuluh kali lipat, sesuai janji Allah dalam QS. Al-An’aam: 160.
“Barang siapa membawa amal baik, maka baginya (pahala) SEPULUH KALI LIPAT amalnya; dan barang siapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)”.
Matematika Sedekah II : 10 – 1 = 709,
mengapa juga bisa begitu ? berikut penjelasannya:
Jika kita punya harta 10 dan disedekahkan 1, maka sisa harta (riil) adalah 9, namun yang satu yang dikeluarkan untuk sedekah itu dikembalikan lagi oleh Allah sebanyak tujuh ratus kali lipat, sesuai janji Allah dalam QS. Al-Baqarah: 261.
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya / sedekah di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan TUJUH bulir, pada tiap-tiap bulir SERATUS biji, Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa saja yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”.
Kemudian atas dasar perhitungan matematika sedekah di atas, maka tentunya juga ”berlaku kelipatannya”, maksudnya yaitu, jika kita memberi (bersedekah ) lebih banyak maka akan menghasilkan atau menuai lebih banyak, bahkan hingga “poll”!! (maksimal). Untuk itu, jika kita sudah memahami dan meyakini akan fadhilah/manfaat bersedekah , maka tentunya bersedekah sebesar 2,5 % tidaklah terasa cukup, bahkan bisa 10 % atau 20 % atau bisa lebih lagi dari itu. Karena Allah juga menjanjikan balasannya, yaitu dalam QS. Al-Baqarah: 254.
“Hai orang-orang yang beriman, BELANJAKANLAH (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi syafa`at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim.”
Dan QS. Al-Baqarah: 265.
“Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat”
Tinggal kembali kepada diri kita sendiri untuk membuka mata hati kita, untuk berkeyakinan, positive thinking, dan berserah diri (ikhlas) kepada Allah, bahwasanya Allah.
Di dalam tulisannya berjudul "Mempebanyak Sedekah" Ust Yusuf Mansur memaparkan tentang proses hitung-hitungan sedekah, yang ternyata sedikit berbeda dengan perhitungan matematika yang biasa kita temui… Jika seseorang menggunakan matematika biasa (berhitung ala manusia) untuk menghitung, maka hal itu tidak bisa diterapkan dalam sedekah. Sebab, matematika sedekah berbeda dengan matematika biasa. Dan kalau menggunakan matematika biasa, sepertinya banyak orang yang tak akan mau bersedekah. Kenapa, karena setiap kita member[ kepada orang lain, dipandangnya, dilihatnya, diketahuinya, pasti akan berbeda. Bahkan, mungkin dianggapnya akan berkurang.
Misalnya, 10 dikurang satu, maka hasilnya pasti sembilan (10-1=9). Dan kalau 10 dikurang dua, maka hasilnya akan delapan (10-2=8). Kalau 10 dikurang tujuh, maka hasilnya tersisa tiga (10-7=3). Demikian seterusnya. Itu hitungan matematika yang biasa atau umum.
Karena itu, ia harus punya matematika ilahiyah. Matematika sedekah yang berbeda dengan matematika biasa. Matematika ilahiyah, atau matematika sedekah, ketika seseorang bersedekah maka nilainya akan bertambah.Misalnya, 10 dikurang satu, hasilnya bukan sembilan, melainkan 19. Kemudian 10 dikurang dua, maka hasilnya bukan delapan, melainkan 28. Dan 10 dikurang tiga, hasilnya bukan tujuh, melainkan 37. Begitu seterusnya. Semakin banyak disedekahkan, maka hasilnya pun akan terus bertambah. Misalnya, 10 dikurangi 10, hasilnya adalah 100 bukan nol.
Jadi, semakin dia tahu, semakin dia merasakan, semakin dia melihat, dan jika dia bersedekah, maka hasilnya akan semakin banyak. Dan jika dia mengetahui hal ini, semestinya dia akan semakin rajin bersedekah, dengan nilai yang akan lebih banyak lagi. Nilai ini, jika kelipatannya hanya 10. Bagaimana jika hasilnya dikalikan dengan kelipatan 700 kali lipat? Tentu akan lebih besar lagi. Jika 10 dikurangi (disedekahkan) 10, maka hasilnya adalah 7.000, bukan nol.
Seorang karyawan dengan gaji sebesar Rp 2 juta, tetapi pengeluarannya Rp 3 juta, tidak mungkin dia akan bersedekah. Sebab, untuk kebutuhan sehari-harinya saja sudah nombok. Begitu pula pandangan masyarakat umum akan hal ini. Akibatnya, jangankan untuk bersedekah, untuk mencukupi kebutuhan hidupnya saja dia tak bisa. Hal ini juga yang membuat mereka dan kebanyakan umat Islam, enggan bersedekah.Andai dia tahu matematika sedekah, niscaya mereka akan banyak bersedekah. Jika dia mengetahui gajinya Rp 2 juta sedangkan kebutuhannya Rp 3 juta per bulan, maka dia akan bersedekah untuk mencukupi kebutuhannya.
Bismillah. Misalnya, dia mengeluarkan 10 persen dari kebutuhannya (Rp 3 juta) atau sebesar Rp 300 ribu. Insya Allah, dia akan mendapatkan hasil sebesar Rp 4,7 juta. Bahkan bisa mencapai lebih besar lagi bila dikalikan dengan 700 kali lipat.
Seorang pengusaha punya giro sebesar Rp 100 juta, tapi dia punya kebutuhan yang harus ditunaikan sebesar Rp 700 juta. Kemana mencari kekurangan Rp 600 jutanya? Setelah pengusaha ini meyakini dan memahami tentang ilmu sedekah, maka Bismillahirrahmanirrahim, dia sedekahkan seluruh uang yang ada di gironya itu. Subhanallah, dia akan mendapatkan Rp 1 miliar.
Khusus di bulan suci Ramadhan, Allah akan makin melipatkan gandanya melebihi yang biasa. Jika pada bulan-bulan lainnya dilipatgandakan 10 kali lipat atau 700 kali lipat, tapi pada bulan puasa ini, Allah akan melipatgandakannya hingga ribuan bahkan puluhan ribu kali lipat. Karena itu, bila sudah memahami matematika sedekah ini, saya berharap seluruh pembaca dikaruniakan Allah kelebihan rezeki yang berlipat-lipat. Sehingga bisa bersedekah semakin banyak, semakin besar. Dan tentu saja, tetap dengan niat yang tulus ikhlas karena mengharapkan ridha Allah Taala.
**********************************
**********************************
Editor: Ustaz Sofyan Kaoy Umar, MA, CPIF. Email: ustazsofyan@gmail.com