Oleh: Ustadh Muhammad Abduh Tuasikal, MSc;
Editor: Ustaz Sofyan Kaoy Umar, MA, CPIF
Ingat, Punya Utang itu “Tidak Enak”
1- Berutang mengajarkan untuk mudah
berbohong
Dari ‘Urwah dari
‘Aisyah rahdiyallahu ‘anha, bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam biasa berdoa di dalam shalat: ALLOOHUMMA INNII A’UUDZU
BIKA MINAL MA’TSAMI WAL MAGHROM (Ya Allah, aku berlindung kepadamu
dari perbuatan dosa dan lilitan utang).” Lalu ada yang bertanya kepada
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Kenapa engkau sering meminta
perlindungan dari utang?’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas
bersabda, ‘Jika orang yang berutang berucap, dia akan sering berdusta. Jika dia
berjanji, dia akan mengingkari.’” (HR. Bukhari, no. 2397 dan Muslim, no. 589)
2- Pahala jihad tidak bisa membayar
utang
Dari Abu Qatadah Al-Harits
bin Rib’i bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri
dalam sebuah khotbah di depan khalayak ramai. Kemudian beliau menyebutkan pada
mereka bahwa jihad fi sabilillah (jihad di jalan Allah) dan
beriman kepada Allah adalah sebaik-baiknya amalan. Kemudian ada seorang lelaki
yang berdiri dan berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat Anda jika saya
terbunuh dalam jihad, apakah semua kesalahan saya akan dihapuskan?” Beliau
menjawab, “Benar, jika kamu terbunuh fi sabilillah dalam
keadaan sabar, mengharapkan pahala Allah, sedang maju, dan tidak lari mundur ke
belakang.” Selanjutnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
“Apa yang engkau katakan tadi?” Orang itu berkata lagi, “Bagaimana pendapat
Anda jika saya terbunuh dalam jihad, apakah semua kesalahan saya akan
dihapuskan?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Benar,
jika kamu terbunuh fi sabilillah dalam keadaan sabar, mengharapkan pahala
Allah, sedang maju, dan tidak lari mundur ke belakang. Kecuali kalau engkau
memiliki utang. Sesungguhnya Jibril mengatakan hal itu kepadaku.” (HR.
Muslim, no. 1885)
3- Pada hari kiamat, kebaikan orang
yang berutang akan diambil untuk melunasi utangnya
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu
‘anhuma; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barang siapa yang mati dalam keadaan masih memiliki utang satu dinar atau
satu dirham maka utang tersebut akan dilunasi dengan kebaikannya (pada hari
kiamat nanti) karena di sana (di akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham.”
(HR. Ibnu Majah, no. 2414. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits
ini shahih.)
4- Masih bergantung sampai utangnya
lunas
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu; Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jiwa
seorang mukmin masih bergantung dengan utangnya hingga dia melunasinya.”
(HR. Tirmidzi, no. 1079 dan Ibnu Majah, no. 2413. Al-Hafizh Abu Thahir
mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan.)
Awali dengan Taubat dari Utang Riba
Allah Ta’ala berfirman,
الَّذِينَ
يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ
الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ
“Orang-orang yang makan
(mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang
kemasukan setan lantaran (tekanan) gila.” (QS. Al-Baqarah: 275)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata,
“Orang yang memakan (mengambil) riba akan bangkit dari kubur mereka pada hari
kiamat seperti orang yang terkena ayan (epilepsi) saat berdiri. Ia bertindak
serampangan karena kerasukan setan. Saat itu ia sangat sulit berdiri.” (Tafsir
Al-Qur’an Al-‘Azhim, 2:278)
Ibnu ‘Abbas berkata,
“Pemakan riba akan bangkit pada hari kiamat dalam keadaan gila dan mencekik
dirinya sendiri.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 2:278)
Imam Asy-Syaukani membahas
lebih luas, tercatat bahwa ancaman riba yang dimaksud di dalam ayat bukan hanya
untuk pemakan riba. Yang disebut dalam ayat untuk pemakan riba hanya untuk
menunjukkan jeleknya pelaku tersebut. Namun SETIAP ORANG YANG BERMUAMALAH
DENGAN RIBA terkena ancaman ayat di atas, baik yang MEMAKAN RIBA (rentenir)
maupun orang yang MENYETOR RIBA (yang meminjam uang, yaitu nasabah).
Imam Asy-Syaukani juga
berpendapat bahwa keadaannya seperti orang gila yang kerasukan setan itu bukan
hanya saat dibangkitkan dari kubur, namun berlaku untuk keadaannya di dunia.
Orang yang mengumpulkan harta dengan menempuh jalan riba akan berdiri seperti
orang majnun (orang gila) yaitu karena sifatnya yang rakus dan
tamak. Gerakannya saat itu seperti orang gila. Seperti jika kita melihat ada
orang yang tergesa-gesa saat berjalan maka kita sebut ia sebagai “orang gila”.
(Lihat Fath Al-Qadir karya Asy-Syaukani, 1:499.)
Dalam ayat yang sama
dilanjutkan,
ذَلِكَ
بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا وَأَحَلَّ اللَّهُ
الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا
“Keadaan mereka yang
demikian itu disebabkan mereka berkata (berpendapat), ‘Sesungguhnya jual beli
itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba.’” (QS. Al-Baqarah: 275)
Lihatlah dalam ayat di
atas, Allah membedakan antara riba dan jual beli, sedangkan mereka menyatakan
jual beli dan riba itu sama karena sama-sama menarik keuntungan di dalamnya.
Jual beli jelas dihalalkan karena ada keuntungan dan manfaat di dalamnya, baik
yang bersifat umum maupun khusus. Adapun riba diharamkan karena di dalamnya ada
kezaliman dan MEMAKAN HARTA ORANG LAIN DENGAN CARA YANG BATIL. ini bukan
seperti keuntungan yang ada dalam jual beli yang sifatnya mutualisme (saling
menguntungkan antara penjual dan pembeli). (Lihat Al-Mukhtashar fi
At-Tafsir, hlm. 47.)
Kelanjutan dari ayat yang
sama,
فَمَنْ جَاءَهُ
مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَى فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللَّهِ
وَمَنْ عَادَ فَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“Orang-orang yang telah
sampai kepadanya larangan dari Rabb-nya, lantas dia berhenti (dari mengambil
riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan);
dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba) maka
dia termasuk penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS.
Al-Baqarah: 275)
Terakhir, ingat ancaman
perang dari Allah dan Rasul-Nya bagi yang masih senang dengan riba,
فَإِنْ لَمْ
تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَإِنْ تُبْتُمْ
فَلَكُمْ رُءُوسُ أَمْوَالِكُمْ لَا تَظْلِمُونَ وَلَا تُظْلَمُونَ
“Maka jika kamu tidak
mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya
akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba) maka bagimu
pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya. Dan jika (orang
yang berutang itu) berada dalam kesukaran maka berilah tangguh sampai dia
berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu lebih baik
bagimu, jika kamu mengetahui. Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi
pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian
masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah
dikerjakannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan).” (QS.
Al-Baqarah: 279-281)
Cara Melunasi Utang
1- Buatlah daftar
dari semua utang Anda.
Buat semua daftar utang
Anda. Daftar utang harus diurutkan dari yang terbesar ke yang terkecil. Jangan
lupa mencantumkan suku bunga yang berlaku untuk tiap utang.
2- Hitunglah semua
pemasukan yang dimiliki.
3- Prioritaskan pembayaran
dan tutup utang yang tidak perlu.
- Bayar
utang yang terkecil terlebih dahulu.
- Lunasi
sehingga tidak menjadi beban lanjutan bagi Anda. Sementara itu, Anda bayar
secara minimal untuk utang yang lebih besar.
- Jika
utang kecil dapat diselesaikan maka lanjutkan ke utang yang lebih besar.
- Anda
juga dapat menyelesaikan utang dengan bunga yang tinggi terlebih dahulu,
baru yang berbunga rendah.
- Para
ahli juga merekomendasikan untuk membayar minimal dua kali pembayaran
minimal sehingga utang Anda insyaallah akan selesai
kurang dari tiga tahun.
4- Tutup (kartu) kredit
yang tidak terpakai.
Jika Anda telah
menyelesaikan utang Anda, Anda harus mengambil langkah tegas dengan menutup
kartu kredit yang tidak perlu. Selain menghemat pengeluaran iuran tahunan,
menutup kartu kredit tentunya akan mengurangi godaan untuk belanja secara
berlebihan.
5- Jual aset untuk melunasi
utang.
Sebagian orang sebenarnya
punya aset yang berharga dan itu bisa digunakan untuk melunasi utang riba
ratusan juta. Namun saking berhasratnya untuk tetap memiliki harta melimpah,
utang tersebut terus ditahan. Padahal jika tanah, rumah, atau kendaraan sebagai
aset yang ia miiki dijual, maka semua utangnya akan lunas. Ingatlah, orang yang
serius untuk melunasi utangnya akan ditolong oleh Allah. Sebaliknya, orang yang
enggan lunasi padahal punya aset dan mampu melunasi, tentu akan jauh dari
pertolongan Allah.
6- Tambah penghasilan
selama tidak mengganggu kewajiban.
7- Hindari gali lubang
tutup lubang.
Percayalah, menyelesaikan
lubang dengan menggali lubang akan membuat kita makin pusing.
8- Jangan berutang lagi.
Kala utang Anda sunah
lunas, lupakan untuk berutang lagi. Bayar setiap tagihan dengan tepat waktu.
Semoga Allah bukakan pintu
kemudahan dan Allah angkat dari segala macam kesulitan.
(Sumber:: https://rumaysho.com/16646-dikejar-utang-6-milyar.html+
(Sumber:: https://rumaysho.com/16646-dikejar-utang-6-milyar.html+
=================
* Ust. Muhammad Abduh Tuasikal, MSc, Alumnus King Saud University,
Riyadh, Saudi Arabia. Guru dan Masyaikh yang pernah diambil ilmunya: Syaikh
Shalih Al-Fauzan, Syaikh Sa'ad Asy-Syatsri dan Syaikh Shalih Al-'Ushaimin.
Sekarang menjadi Pimpinan Pesantren Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul)
* Ust. Sofyan
Kaoy Umar, MA, CPIF, Alumnus Akademi Pengajian Islam, Universiti Malaya, Spesialisasi bidang Ekonomi, Bisnis
dan Keuangan Islam. Gelar Profesi CPIF (Chartered Professional in Islamic
Finance) dari CIIF (Chartered Institute of Islamic Finance) yang berpusat
di Kuala Lumpur, Malaysia. Berguru dengan banyak ulama di Malaysia dan Indonesia. Alhamdulillah,
sudah berguru dengan beberapa Ulama dunia pemegang Sanad al-Qur’an yaitu dengan
Asy-Syaikh Sayyid Harun ad-Dahhab (Ulama Qira’at dari Univ. Al Azhar, Mesir), dan
Syeikh al-Mukri Abdurrahman Muknis al-Laitsi (Guru al-Qur’an dari Dar
al-Azhar, Mesir), serta belajar metode Hafalan dengan Syaikh DR Said Thalal
al-Dahsyan (Direktur Dar al-Qur’an al-Karim wa Sunnah, Palestina).
Sekarang ini mengurus Baitul Mal
Mina, NGO IndoCares, MTEC dan Darul Qur’an Mina. e-mail: ustazsofyan@gmail.com.