Menghilangkan Rasa Malas Bersedekah
Orang yang rajin bersedekah dan otomatis mengeluarkan sedekah kapanpun mendapat uang, belumlah banyak. Yang banyak adalah orang yang malas atau belum termotivasi mengeluarkan sedekah, sekalipun telah mengetahui keuntungannya. Setiap ada uang lebih langsung habis terpakai untuk membeli barang ini dan itu. Sehingga tak pernah memiliki sisa untuk disedekahkan. Bagaimana cara menghilangkan rasa malas bersedekah?
Beberapa tips berikut ini mungkin bisa bermanfaat jika dipraktikkan:
1. Jadikan sedekah sebagai kebiasaan. Lakukan selama 21 hari berturut-turut terlebih dahulu. Kemalasan hanya bisa dilawan dengan menjadikannya sebagai kebiasaan. Sama seperti orang yang malas berolahraga, cara agar malasnya hilang adalah membiasakan diri berolahraga selama minimal 21 hari. Biasanya setelah itu akan terasa lebih ringan dan malah ada yang kurang jika tidak melakukannya. Awalnya memang kita yang membentuk kebiasaan, namun setelah itu, kebiasaanlah yang akan membentuk diri kita. Cobalah setiap hari persiapkan 10 ribu Rupiah. Bersedekahlah pada tukang ojek yang mengantarkan kita ke kantor, bersedekah pada sekuriti atau OB, bersedekah pada pemulung atau tukang sampah yang kita temui di jalan.
Perasaan bahagia akan menelusup dan menjadikan rasa malas bersedekah sirna perlahan-lahan.
2. Bersedekah bersama-sama dengan sahabat atau teman dekat. Cara lainnya untuk menghilangkan malas sedekah adalah dengan bersedekah secara beramai-ramai. Biasanya seseorang akan lebih termotivasi melakukan sesuatu secara bersama-sama dengan orang-orang terdekat. Contoh, buatlah program bersedekah untuk pekerja rendahan di kantor seperti OB, satpam, dan sebagainya, bisa memberi sedekah dalam bentuk makan siang misalnya, atau sedekah untuk menjenguk teman yang sakit, atau sedekah untuk diberikan kepada muslim di Palestina dan Suriah.
Meski awalnya mungkin kita termotivasi dikarenakan bersedekahnya secara bareng-bareng dengan teman, namun lama-lama biasakan juga diri kita untuk bersedekah meskipun sendirian.
3. Menjadikan diri sebagai donatur tetap di sebuah lembaga ziswaf
Rasa malas juga bisa dilawan dengan paksaan di awalnya. Cobalah menjadi donatur tetap pada sebuah program sedekah, atau sejenisnya. Dengan demikian, akan ada orang yang mengingatkan kita untuk bersedekah secara rutin.
4. Ingatlah bahwa harta kita hanyalah titipan Allah yang sewaktu-waktu akan diambilNya kembali jika kita tak menunaikan dengan benar sesuai ketentuanNya
“Allah mengkhususkan pemberian kenikmatanNya kepada kaum-kaum tertentu untuk kemaslahatan umat manusia. Apabila mereka membelanjakannya (menginfakkannya) untuk kepentingan manusia maka Allah akan melestarikannya, namun bila tidak, maka Allah akan mencabut kenikmatan itu dan menyerahkannya kepada orang lain.” (HR. Ath-Thabrani dan Abu Dawud)
Hadits tersebut menegaskan bahwa harta yang Allah titipkan pada kita akan dicabutNya dari diri kita jika kita tak menunaikan hak orang lain yang ada padanya. Akan tetapi jika kita mampu untuk mengeluarkan hak orang lain dari harta tersebut, maka Allah pun akan melestarikan titipanNya pada kita. Wallahualam
5. Berdoa agar dijauhkan dari sifat kikir. Rasulullah mengajarkan kita untuk senantiasa berdoa agar dijauhkan dari sifat kikir.
“Allaahumma inni a’udzubika minal hammi wal hazan, wa a’udzubika minal ‘adzi wal kasal, wa a’udzubika minal jubni wal bukhl, wa a’udzubika min gholabatiddayni wa qohrirrijaal,”
“Ya Allah ya Tuhan kami, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu daripada keluh kesah dan dukacita, aku berlindung kepada-Mu dari lemah kemauan dan malas, aku berlindung kepada-Mu daripada sifat pengecut dan kikir, aku berlindung kepada-Mu daripada tekanan hutang dan kezaliman manusia.” (HR Abu Dawud 4/353)
Sahabat, semoga Allah menghilangkan rasa enggan dan malas bersedekah dalam diri kita. Sesungguhnya sedekah yang kita keluarkan akan berbalik manfaatnya untuk diri kita sendiri. (SH)
Sedelah Tanpa Melakukan Sesuatu Bolehkah?
Bisakah kita disebut bersedekah jika tidak melakukan sesuatu? Ternyata bisa, yakni apabila diam yang kita lakukan tersebut merupakan bentuk upaya kita dalam mencegah diri melakukan kemungkaran atau kezaliman. Rasulullah telah mengemukakan hal ini dalam suatu riwayat hadits,
“Mencegah diri dari berbuat kejahatan adalah sedekah,” (HR. Bukhari dan Muslim)
Bukankah Islam mengajarkan kita untuk lebih memilih diam daripada mengeluarkan kata-kata yang buruk atau berpotensi menzalimi orang lain?
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam,” (Muttafaq ‘alaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47)
Sayangnya, banyak orang yang sulit menahan diri untuk diam atau tidak melakukan sesuatu, mereka lebih memilih banyak bicara dan terus berbuat sesuatu sekalipun telah mengetahui apa yang dilakukan adalah hal buruk. Jika kita paham apa itu makna dan esensi dari seorang muslim, semestinya kita berupaya keras untuk menahan diri dari kejahatan lisan dan perbuatan yang mungkin kita lakukan. Pada titik inilah sebuah tindakan diam atau tak melakukan apapun bisa bernilai sedekah, karena diam yang dipilihnya adalah untuk menghindari tersakitinya hati orang lain.
Dari Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash ra, katanya: “Rasulullah bersabda: “Seorang Muslim itu ialah orang yang kaum Muslimin lainnya selamat dari gangguan lisan dan tangannya -yakni selamat dari kekejaman perkataan serta perbuatannya,” (Muttafaq ‘alaih)
Jangan lakukan sesuatu pada orang lain yang kita sendiri benci jika diperlakukan dengan hal tersebut. Sebaliknya, perlakukanlah orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan oleh orang lain juga. Hal ini dapat bernilai sedekah jika kita melakukan dengan sepenuh kesadaran. Wallaahualam. Dari Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash raa, katanya: “Rasulullah bersabda: Barangsiapa yang suka jikalau dijauhkan dari neraka dan dimasukkan dalam syurga, maka hendaklah -ketika- ia didatangi oleh kematiannya dan di waktu itu ia dalam keadaan beriman kepada Allah dan hari akhir -yakni hari kiamat-, juga hendaklah ia mendatangkan sesuatu -berbuat- kepada seluruh manusia yang sekiranya ia sendiri suka kalau sesuatu tadi didatangkan pada dirinya sendiri -yakni berbuat sesuatu kepada orang lain yang ia suka kalau hal itu diperlakukan pula atas dirinya sendiri-.” (HR. Muslim) (SH)
Ketenangan Hati dengan Bersedekah
Tahukah bahwa bersedekah bisa membawa pada ketenangan hati, namun bisa juga malah membawa keresahan. Bagaimana mungkin sedekah dan amalan lainnya seperti zakat atau wakaf justru membawa keresahan? Ya, jika dilakukan dengan tidak tepat, sedekah justru bisa melahirkan keresahan dan kekacauan. Oleh sebab itu, penting sekali kita memastikan sedekah yang kita keluarkan dilakukan dengan tepat.
Berikut ini syarat mutlak sedekah yang dapat membawa ketenangan hati:
1. Sedekah dengan mengetahui ilmunya. Umar bin Abdil Aziz rahimahullah berkata:
“Barangsiapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu, maka ia lebih banyak merusak dibandingkan memperbaiki” (Dari kitab Majmu’ Fataawa Ibn Taimiyyah: 2/383)
Sahabat, sebelum membabi buta mengikuti sedekah 100% yang dilakukan oleh Abu Bakar radhiallahu ‘anhu, ada baiknya kita memahami terlebih dahulu prioritas sedekah, karena sesungguhnya Rasulullah telah memberitahukan kita bagaimana sedekah yang terbaik itu. “Dinar yang engkau infakkan di jalan Allah, dinar yang engkau infakkan untuk membebaskan budak, dinar yang engkau sedekahkan kepada orang miskin, dan dinar yang engkau nafkahkan kepada keluargamu, pahala yang paling besar adalah dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu” (HR Muslim, Ahmad, dan Baihaqi).
Lihatlah betapa tingginya posisi bersedekah pada keluarga sendiri! Oleh sebab itu, jika kita memiliki istri dan anak, penghasilan kita katakanlah hanya ada lima juta Rupiah, maka pertama-tama prioritaskan untuk menanggung kebutuhan harian istri dan anak terlebih dahulu. Selanjutnya penuhi kebutuhan orangtua dan mertua, selanjutnya penuhi kebutuhan kerabat dekat yang membutuhkan.Jika penghasilan kita melampaui kebutuhan seluruh keluarga dan kerabat, barulah kita bisa bersedekah untuk pihak luar yang juga memerlukan semisal anak yatim dan kaum dhuafa. Karena bagaimanapun, kita berkewajiban memenuhi nafkah terhadap orang-orang yang menjadi tanggungan kita terlebih dahulu.
“Apa yang engkau berikan untuk makan dirimu sendiri, apa yang engkau berikan untuk makan anakmu, apa yang engkau berikan untuk makan orang tuamu, apa yang engkau berikan untuk makan isterimu, apa yang engkau berikan untuk makan pelayanmu, maka semua adalah sedekah bagimu,“ (HR Ibnu Majah)
Jika kita tak mengerti prioritas sedekah karena tak memiliki ilmunya, tentu akan terjadi kekacauan dan bukannya ketenangan. Zainab menghadap Rasulullah dan ingin bersedekah, namun Ibu Mas’ud (suaminya) dan anaknya menganggap diri mereka lebih berhak mendapat sedekahnya, maka Rasulullah bersabda :
“Benar Ibnu Mas’ud, suami dan anakmu adalah orang yang lebih berhak engkau beri sedekah,”(HR. Bukhari)
Bukankah banyak orang yang bersedekah namun keliru prioritas? Keluaranya sendiri masih kekurangan makan namun ia sudah bersedekah untuk orang lain. Diri kita dan keluarga kita tidaklah sama dengan keluarga Rasulullah yang tak memiliki hasrat pada makanan, minuman dan hal duniawi yang berlebihan. Oleh sebab itu jangan sampai terjadi ‘pertengkaran’ hanya karena kita tidak memiliki ilmu mengenai prioritas sedekah.
Rasulullah bersabda, “Bersedekahlah olehmu sekalian”, seorang lelaki berkata : Wahai Rasul, aku memiliki satu dinar? Rasul menjawab: “Sedekahkan untuk dirimu”, lelaki itu berkata: Aku memiliki yang lain?, Rasul bersabda: “Sedekahkanlah kepada anakmu”, lelaki itu berkata lagi : Aku memiliki yang lain?, Rasul bersabda: “Sedekahkan untuk istrimu”, lelaki itu berkata lagi : Aku memiliki yang lain?, Rasul bersabda: “Sedekahkanlah kepada pembantumu”, lelaki itu berkata lagi : Aku memiliki yang lain?, Rasul bersabda: “Sedekahkan untuk engkau lebih mengerti tentang itu” (HR. Abu Dawud, Nasa’i).
2. Sedekah tanpa mengharap imbalan
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang membiasakan dirinya untuk beramal ikhlas karena Allah niscaya tidak ada sesuatu yang lebih berat baginya daripada beramal untuk selain-Nya. Dan barangsiapa yang membiasakan dirinya untuk memuaskan hawa nafsu dan ambisinya maka tidak ada sesuatu yang lebih berat baginya daripada ikhlas dan beramal untuk Allah,” (lihat Ma’alim Fi Thariq al-Ishlah, hal. 7)
Sahabat, selain memiliki ilmu, kita juga perlu memastikan keikhlasan dalam bersedekah.
Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata, “Sesungguhnya amalan jika ikhlas namun tidak benar maka tidak akan diterima. Demikian pula apabila amalan itu benar tapi tidak ikhlas juga tidak diterima sampai ia ikhlas dan benar. Ikhlas itu jika diperuntukkan bagi Allah, sedangkan benar jika berada di atas Sunnah/tuntunan.” (lihatJami’ al-’Ulum wa al-Hikam, hal. 19 cet. Dar al-Hadits).
Sedekah yang dilakukan dengan ikhlas in syaa Allah membawa ketenangan. Namun sedekah yang dikeluarkan dengan harapan akan mendapat ganti berkali-kali lipat, maka tentu saja akan membawa kekhawatiran kalau-kalau sedekah tersebut tak tergantikan. Kita tak sadar bahwa kesehatan, keselamatan dari kecelakaan, terhindar dari kematian yang buruk, juga merupakan efek sedekah yang sering tidak diperhitungkan. Maka ikhlaskan setiap sedekah yang kita keluarkan, jangan mengharap imbalan apapun baik dari manusia maupun dari Allah. Percayakan bahwa Allah Maha Teliti dalam menghitung setiap amalan Kita, Ia tidak akan menyia-nyiakan amalan yang kita lakukan dengan ikhlas.
Sedekah Rahasia
Selanjutnya sedekah yang membawa ketenangan adalah sedekah yang dilakukan secara rahasia atau sembunyi-sembunyi. Bersedekah dengan diketahui orang lain memang tak mengapa, namun potensi amalan tersebut dirusak oleh riya’ alias keinginan pamer dan pencitraan sangatlah tinggi. Sedangkan sedekah yang dilakukan diam-diam tanpa diketahui oleh orang lain lebih dapat membawa ketenangan dan kebahagiaan untuk diri kita sendiri.
Maka, mari evaluasi, apakah selama ini sedekah yang kita lakukan telah membawa ketenangan hati?
Maka, mari evaluasi, apakah selama ini sedekah yang kita lakukan telah membawa ketenangan hati?
Kalender Sedekah
Sahabat, mari kita perhatikan kalender, dalam satu bulan ada sampai 30 atau 31 hari, kira-kira berapa hari kah kita telah rutin melakukan sedekah? Tahukah bahwa 1×30 lebih baik daripada 30×1? Artinya, bersedekah sedikit tapi rutin dan sering, lebih baik daripada sedekah banyak tapi hanya sekali. Jika kita terbiasa bersedekah banyak tapi hanya dilakukan sekali dalam sebulan, yakni ketika hari gajian saja, kita bisa mulai menambahkannya dengan sedekah rutin harian kepada orang-orang di sekitar. Menyediakan makanan untuk satpam di komplek rumah adalah sedekah, memberi tumpangan kendaraan pada tetangga adalah sedekah.
Segala kebaikan yang kita lakukan bisa tergolong bersedekah, maka penting sekali untuk menjadikan setiap hari dalam kalender adalah waktu untuk bersedekah. Berikut ini beberapa kebaikan melakukan sedekah setiap hari:
1. Allah menyukai amalan yang dilakukan secara kontinu meskipun kecil
“Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit,” (HR. Muslim). Kontinuitas adalah kata kuncinya, bagaimana kita konsisten melakukan sebuah amalan secara terus-menerus. Apalagi untuk bersedekah, karena tidak hanya dengan uang saja, banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mengisi hari-hari dalam kalender kita setiap harinya dengan sedekah.
2. Membentuk kebiasaan
Kebiasaan tidak bisa dibentuk hanya dengan perbuatan sekali dua kali saja. Oleh sebab itu, penting menjadikan bersedekah sebagai kegiatan kita tiap harinya, demi membentuk kebiasaan yang baik. Awalnya kitalah yang membentuk kebiasaan, namun pada akhirnya, kebiasaanlah yang membentuk kita. Maka biasakan bersedekah tiap hari, in syaa Allah di mata Allah kita akan menjadi seorang ahli sedekah.
3. Tanda diterimanya amalan kebaikan kita
Ketika kita bisa rutin melakukan kebaikan demi kebaikan tiap harinya, sangat mungkin hal tersebut adalah pertanda amalan kita diterima.
“Di antara balasan kebaikan adalah kebaikan selanjutnya dan di antara balasan kejelekan adalah kejelekan selanjutnya.” (Tafsir surat Al Lail, Ibnu Katsir).
Ibnu Rajab menjelaskan hal di atas dengan membawakan perkataan salaf lainnya,
“Balasan dari amalan kebaikan adalah amalan kebaikan selanjutnya. Barangsiapa melaksanakan kebaikan lalu melanjutkan dengan kebaikan lainnya, maka itu adalah tanda diterimanya amalan yang pertama. Begitu pula barangsiapa yang melaksanakan kebaikan, namun malah dilanjutkan dengan amalan kejelekan, maka ini adalah tanda tertolaknya atau tidak diterimanya amalan kebaikan yang telah dilakukan,“
4. Rasulullah tidak mengkhususkan waktu tertentu untuk beramal atau bersedekah
Dalam kalender ada begitu banyak tanggalan, mengapa kita hanya bersedekah di bulan dan tanggal tertentu saja sedangkan Rasulullah sendiri tak pernah mengkhususkan waktu untuk melakukan amalan kebaikan? ’Alqomah pernah bertanya pada Ummul Mukminin ’Aisyah, ”Wahai Ummul Mukminin, bagaimanakah Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam beramal? Apakah beliau mengkhususkan hari-hari tertentu untuk beramal?” ’Aisyah menjawab, ”Tidak. Amalan beliau adalah amalan yang kontinu (rutin dilakukan). Siapa saja di antara kalian pasti mampu melakukan yang beliau shallallahu ’alaihi wa sallam lakukan,” (HR. Muslim)
Sahabat, semoga kita mampu mengisi setiap hari dalam tanggalan kalender kita dengan amalan sedekah.
Sedekah Lewat Kata
Sahabat, tentu sudah tahu bahwa sedekah tidak berbatas pada harta, tapi sadarkah bahwa hal yang amat ringan seperti kata-kata yang terlontar dari lidah kita pun bisa menjadi sedekah?
Lalu, apa sajakah yang tergolong sedekah kata?
Berikut ini beberapa sedekah kata yang bisa kita praktikan agar semakin banyak investasi akhirat yang kita kumpulkan:
1. Dzikir
Sungguh ringan, hanya dengan membasahi lisan kita dengan dzikrullah, maka saat itulah kita sedang bersedekah.
“Bukankah Allah telah menjadikan untukmu sesuatu yang dapat disedekahkan? Yaitu, setiap kali tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah,” (HR. Muslim)
2. Memerintahkan berbuat baik
Jangan malas mengingatkan orang lain berbuat baik, karena hanya dengan berkata-kata demikian saja, artinya kita telah melakukan sedekah.
“Menyuruh pada kebaikan adalah sedekah.” (HR. Muslim)
3. Melarang berbuat zalim atau maksiat
Banyak yang beralasan “bukan urusan saya!” sehingga tidak peduli pada kezaliman yang dilakukan orang lain, padahal setiap kali kita melarang seseorang melakukan maksiat atau keburukan, maka saat itu kita telah menunaikan sedekah.
“Melarang kemungkaran adalah sedekah,” (HR. Muslim)
4. Berkata-kata yang baik dan lembut
Mengapa memilih kata yang kasar dan menyakitkan jika mengucapkan sesuatu yang baik saja telah bernilai sedekah? Biasakanlah berkata-kata yang baik dan lemah lembut karena Rasulullah bersabda,
“Ucapan yang baik adalah sedekah,” (Muttafaq ‘alaih)
5. Mengajarkan ilmu
“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893).
Mengajarkan ilmu atau kebaikan pada seseorang juga merupakan sedekah, dan kita diberi ganjaran selama orang tersebut menggunakan ilmu yang kita ajarkan.Subhanallah Sahabat, demikianlah beberapa sedekah kata yang sangat bisa kita praktikan dalam kehidupan sehari-hari, semoga bermanfaat dan senantiasa bersemangat untuk melakukan sedekah dengan apapun yang kita miliki. (SH)(tabungwakaf.com)
***************************
***************************
Editor: Ustaz Sofyan Kaoy Umar, MA, CPIF. Email: ustazsofyan@gmail.com