Bersedekah
Menghilangkan Resah Gelisah
Sahabat,
merasa resah gelisah tanpa tahu penyebab pastinya bukan hal mengenakkan.
Terutama jika perasaan resah gelisah tersebut terus-terusan menghantui.
Sebagaimana bayangan yang senantiasa mengikuti ke mana diri kita pergi, lekat,
tak terpisahkan. Namun sudah tahukah bahwa salah satu hal yang bisa
menghilangkan kegelisahan di dada adalah dengan bersedekah? Oleh sebab itu,
ketika dilanda kegelisahan yang mencekam hati, segeralah mengeluarkan sedekah
yang sepadan banyaknya dengan jumlah harta yang kita miliki, in syaa Allah rasa
galau, resah dan gelisah tersebut akan menyingkir.
Berikut ini beberapa penyebab sedekah dapat hilangkan kegelisahan:
Berikut ini beberapa penyebab sedekah dapat hilangkan kegelisahan:
1. Bersedekah artinya
bersyukur, dan orang yang bersyukur akan
Allah tambahkan nikmat padanya “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumatkan,
Jika kamu bersyukur akan karuniaKu, pasti Aku tambah nikmat untukmu, jika kamu
ingkar, sesungguhnya azabKu sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7) Sangat mungkin
rasa gelisah yang melilit diri kita disebabkan adanya hak orang miskin atau
kerabat yatim yang belum kita tunaikan. Sehingga itu menunjukkan pengingkaran
kita terhadap nikmat Allah. Itu sebabnya Allah memberi rasa waswas:
“Dan Allah
telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi
tentram, rezekinya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk) nya
mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka
pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” (QS. An Nahl : 112)
2. Sedekah merupakan
salah satu cara kita mengamalkan perintah Allah dalam Al Quran
Sahabat, ketahuilah bahwa setiap amal kebaikan bisa dimasukkan dalam kategori sedekah. Maka, tak hanya memberi orang lain kebaikan dalam bentuk uang, seulas senyum saja bisa juga dimasukkan dalam kategori sedekah, memberi tausiyah juga termasuk sedekah, mencegah diri kita sendiri dari berbuat zalim dan maksiat menuruti syahwat juga merupakan sedekah.
Jelas bahwa
sedekah merupakan cara mengaplikasikan perintah Allah yang termaktub dalam
Quran. Dan bagi yang melaksanakannya akan merasa tenang kulit dan hatinya. “Allah telah menurunkan perkataan yang
paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang,
gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian
menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk
Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS.Az
Zumar : 23)
3. Berbagi kebaikan
dengan orang lain melalui bersedekah bisa meningkatkan hormon endorfin yang
diproduksi tubuh
Penelitian
mengemukakan bahwa orang yang membantu orang lain dapat lebih terlindungi dari
dampak negatif stres, hal ini berdasarkan sebuah studi yang diterbitkan di “American
Journal of Public Health” pada 2013. Selain itu, menolong orang lain akan
meringankan rasa sakit kita sendiri, mengurangi stres, dan juga memberi rasa
bahagia. Membagikan bantuan secara sukarela akan meningkatkan produksi hormon
endorfin, dan hal itu baik untuk kesehatan jiwa kita.
4. Sedekah mampu
hilangkan penyakit lahir dan batin “Obatilah
orang yang sakit di antara kalian dengan sedekah.”(Dihasankan oleh Syaikh Albani dalam Shahihul
Jami’)
Tentu banyak sekali penyakit lahiriah yang bisa kita temukan di sekeliling kita, misalnya demam, sakit kepala, kanker, diabetes, ginjal, bahkan hingga HIV/AIDS. Namun tahukah kita apa saja penyakit batin yang biasa melanda? Salah satunya adalah kecemasan, kegelisahan, perasaan galau, tak nyaman, serta kekosongan batin. Nah, penyakit-penyakit ini semua, baik yang lahiriah maupun batiniah dapat ‘disembuhkan’ in syaa Allah dengan mengeluarkan sedekah. Sahabat, siapa yang tak pernah terlintas niat untuk berbuat hal buruk?
Tentu banyak sekali penyakit lahiriah yang bisa kita temukan di sekeliling kita, misalnya demam, sakit kepala, kanker, diabetes, ginjal, bahkan hingga HIV/AIDS. Namun tahukah kita apa saja penyakit batin yang biasa melanda? Salah satunya adalah kecemasan, kegelisahan, perasaan galau, tak nyaman, serta kekosongan batin. Nah, penyakit-penyakit ini semua, baik yang lahiriah maupun batiniah dapat ‘disembuhkan’ in syaa Allah dengan mengeluarkan sedekah. Sahabat, siapa yang tak pernah terlintas niat untuk berbuat hal buruk?
Jika ada yang demikian, maka amat disayangkan… karena berarti ia belum pernah mendapat kesempatan untuk bersedekah dengan menahan diri dari perbuatan buruk yang sudah diniatkan.Namun faktanya, hampir setiap manusia pasti pernah berniat buruk, dari mulai hal kecil seperti, “Saya ingin bolos kerja hari ini.” sampai niat yang lebih besar, “Saya ingin bercerai dengan pasangan hidup saya!” atau bahkan berniat melakukan dosa besar yang dilarang Allah, “Saya ingin dia segera mati saja!”
Sesungguhnya
dalam Islam, menahan diri dari perbuatan jahat atau perbuatan buruk sudah
terhitung sedekah. Sebagaimana yang Rasulullah sabdakan: “Mencegah diri dari berbuat kejahatan adalah shodaqoh.”
(HR. Bukhari dan Muslim). Maka, cara
untuk mempraktekkan sedekah jenis ini adalah sebagai berikut:
1. Setiap terlintas
niatan buruk atau sesuatu yang melanggar aturan Allah, cobalah untuk memikirkan
konsekuensi jangka panjangnya. “Saya penasaran ingin mencoba bagaimana sih
dugem atau dunia gemerlap itu. Coba cari tahu ke diskotik ah.” Semestinya kita
memikirkan apa yang terjadi jika sekali mencoba ternyata tak bisa berhenti,
bukankah melakukan perbuatan itu sama saja dengan mengecewakan keluarga,
menghabiskan uang untuk hal tak berguna, juga menjerumuskan diri pada hal yang
mendekatkan pada maksiat.
Jika kita berhasil menaklukkan lintasan niat buruk tersebut, artinya kita sudah
melakukan sedekah untuk diri sendiri.
2. Sadari bahwa setan dan
hawa nafsu adalah musuh yang nyata!
Kita akan
sulit menahan diri dari perbuatan buruk jika tak menyadari bahwa hawa nafsu dan
setan adalah musuh yang nyata dan harus dilawan! “dan janganlah kamu
mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh
yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah: 168) Setan tak pernah kehabisan akal
untuk menjerat manusia dalam perangkapnya, maka kita pun perlu menambah
imunitas diri agar bisa tahan dalam menghadapi segala macam godaan untuk
melakukan perbuatan buruk.
3. Selalu mengingat
kematian yang senantiasa mengintai
Kematian itu
adalah yang paling dekat dan paling pasti terjadi dalam hidup kita, maka dengan
perbanyak mengingat mati, semoga bisa mempermudah kita menahan diri dari
melakukan perbuatan buruk dan keji. “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan
mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa
dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah
beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang
memperdayakan.” (QS. Ali ‘Imran : 185)
4. Pertegas keyakinan
adanya hari peradilan
Orang yang
tak percaya adanya hari kebangkitan dan pengadilan Allah akan lebih sulit
menahan diri dari melakukan perbuatan buruk, karena mereka mengira kehidupan
ini akan berakhir setelah kematian tiba. Padahal, ada sidang pengadilan yang
harus dihadapi untuk mempertanggungjawabkan segala hal yang dilakukan selama
hidup di dunia.
“Hai
manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari
itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat
(pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar,
maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan
(pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.” (QS Luqman
: 33)
Sahabat,
menahan diri dari perbuatan buruk adalah sedekah yang tak bisa diremehkan.
Efeknya luar biasa untuk kehidupan dunia dan akhirat kita. Karena sekali
berbuat buruk, biasanya seseorang akan lebih berani untuk melakukan keburukan
selanjutnya. Maka, yuk perbanyak bersedekah dengan meninggalkan perbuatan buruk
yang sebenarnya sudah melintas di hati dan benak kita! Semoga Allah ridho. (SH)
Ingin Meninggalkan Maksiat, bersedekahlah
Sahabat, banyak orang yang bingung dan galau
dikarenakan kesulitan meninggalkan maksiat. Seolah-olah berhenti melakukan
maksiat sama saja seperti menghentikan roller coaster yang tengah melaju kencang
di tracknya, hal yang tampak mustahil bukan?
Akan tetapi, sebenarnya hampir tidak ada hal yang mustahil di dunia ini, karena Allah Maha kuasa. Meninggalkan perbuatan maksiat yang awalnya tampak begitu berat, bagi Allah bisa dihentikan dengan seketika.Misalnya seorang pecandu narkoba, bukankah tidak sedikit para pemakai yang kemudian bertaubat dan tak lagi mau mengonsumsi obat terlarang? Bahkan mantan pecandu ini banyak yang kemudian menjadi mentor agar orang lain tak turut terjerumus!
Akan tetapi, sebenarnya hampir tidak ada hal yang mustahil di dunia ini, karena Allah Maha kuasa. Meninggalkan perbuatan maksiat yang awalnya tampak begitu berat, bagi Allah bisa dihentikan dengan seketika.Misalnya seorang pecandu narkoba, bukankah tidak sedikit para pemakai yang kemudian bertaubat dan tak lagi mau mengonsumsi obat terlarang? Bahkan mantan pecandu ini banyak yang kemudian menjadi mentor agar orang lain tak turut terjerumus!
Demikian juga aktris film dewasa, yang awalnya terkenal suka memperlihatkan aurat di depan kamera, bukankah banyak yang kemudian berhijrah? Berbalik menjadi muslimah yang berhijab syar’i.Bahkan seorang LGBT dan pembunuh sekalipun bisa bertaubat dan tidak lagi melakukan maksiat yang padahal awalnya telah menjadi dunia mereka.
Lihatlah masa kelam Umar bin Khatthab yang mengubur hidup-hidup anak perempuannya sendiri! Namun bukankah kemudian Umar bertaubat dan justru berbalik menjadi salah satu Sahabat Rasul yang paling disegani? Bahkan syetan pun enggan berpapasan dengannya.
Sahabat, Allah adalah pembolak-balik hati, maka tiada yang mustahil baginya untuk menjadikan calon penghuni neraka berbalik menjadi calon penghuni surga. Tak mustahil bagi Allah membuat ahli maksiat menjadi ahli ibadah.Namun, kita harus tahu bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai kaum itu sendiri yang berusaha mengubah nasibnya. Kita perlu memperlihatkan kesungguhan untuk berubah, terutama saat ingin meninggalkan maksiat. Nah, salah satu cara yang bisa kita jadikan ikhtiar agar lebih mudah meninggalkan maksiat adalah dengan bersedekah.Apa hubungan bersedekah dengan meninggalkan maksiat? Tentu saja hubungannya saling mempengaruhi, di antaranya:
1. Orang yang mau menyedekahkan hartanya, terutama dalam jumlah besar, misalnya 30% lebih dari harta yang dimilikinya, bisa dipastikan memiliki kepedulian pada orang lain karena ia masih mau menolong sesama hamba Allah.Bukankah Allah berfirman bahwa Ia akan menolong hambaNya selama hamba tersebut masih mau menolong sesamanya?
“Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya.” (HR. Muslim, no. 2699) Dengan bersedekah, in syaa Allah upaya pemenuhan hajat kita pun akan ditolong oleh Allah. Yakni hajat agar bisa menjadi muslim yang baik dan sukses bertaubat meninggalkan maksiat. .“Barangkali orang yang rambutnya semrawut dan bajunya berdebu, serta selalu ditolak jika bertamu, jika ia bersumpah kepada Allah, niscaya Allah akan mengabulkannya.“ (HR. Muslim)Berilah sedekah pada orang yang tidak memiliki cukup kemampuan, sedangkan mereka bukanlah peminta-minta. Lebih baik lagi jika orang tersebut merupakan keluarga atau kerabat sendiri.Kemudian Anda mintalah bantuannya, titip doa padanya agar Anda bisa dijauhkan dari perbuatan maksiat dan kebiasaan buruk.
Sahabat, meninggalkan maksiat memang awalnya terasa berat. Akan tetapi yakinlah bahwa siksa kubur dan siksa neraka kelak jauh lebih dahsyat. Maka tetaplah bersabar dalam jalan taubat! Semoga dengan bersedekah, keinginan untuk menjadi muslim yang baik akan semakin kuat, dan proses untuk hijrah bisa lebih cepat. Aamiin. (SH)
Sedekah Magnet Rezeki
Sahabat,
kalau ada yang berpikir rezeki itu turun begitu saja dari langit, tampaknya
belum paham bahwa diperlukan ikhtiar untuk menyongsong datangnya rezeki.Salah
satu ikhtiar dalam mencari rezeki yang sering diabaikan orang adalah
bersedekah. Padahal sedekah merupakan salah satu magnet rezeki yang amat
dahsyat efeknya. Pernah melihat magnet? Semakin besar ukurannya, biasanya daya
tarik magnet itu juga lebih kuat karena memiliki medan magnet yang lebih luas.
Sama juga seperti itu, sedekah merupakan magnet rezeki yang perlu diperluas
daya jangkauannya, agar daya tariknya jauh lebih dahsyat.
Bagaimana
cara memperluas magnet rezeki? Yakni agar rezeki kita makin cepat tertarik
mendekat? Ya, salah satunya adalah dengan memperbesar jumlah harta yang
dikeluarkan untuk sedekah. Jangan salah hitung! Yang perlu diperbesar bukanlah
nilai uangnya, melainkan jumlah presentase dari penghasilan yang kita dapatkan
tiap bulannya.
Seseorang
yang mengaku telah bersedekah seratus juta tiap bulan padahal total
pendapatannya setiap bulan adalah 3 Milyar, sama seperti seseorang bergaji 3
juta yang bersedekah seratus ribu Rupiah saja dalam sebulan, hanya bersedekah
3% dari penghasilannya.
Ingat bahwa
sedekah berbeda dengan zakat! Zakat nilainya 2,5% dari harta dan itu WAJIB
dikeluarkan karena fungsinya membersihkan harta kita. Namun untuk SEDEKAH
FUNGSINYA BERBEDA DENGN ZAKAT. SEDEKAH MEMILIKI MULTI FUNGSI, bisa seperti
premi asuransi yang MEMPROTEKSI DARI BALA BENCANA DAN PENYAKIT, serta bisa pula
menjadi MEGNET REZEKI sebagaimana yang sedang kita bahas.
Artinya,
kalau mau proteksi dan magnet rezekinya besar, sedekah 3% sungguh tidak
mencukupi. Ibarat bayar premi asuransi hanya 400 ribu sebulan tapi ingin dapat
uang pertanggungan 5 Milyar dan punya nilai tunai 1 Milyar, bagaimana mungkin?
Demikian
juga orang yang bersedekah hanya 3% dari pendapatannya, tapi ingin mendapat
hasil besar. Ingin sekeluarga sehat wal afiat, ingin tidak terjadi bala bencana
kecelakaan atau kebakaran atau kebanjiran, ingin diperpanjang usia, ingin hidup
bahagia, bahkan ingin masuk surga. Apakah surga begitu murah?Orang yang
bersedekah seratus juta padahal penghasilan 3 Milyar seharusnya malu pada orang
yang berani mengeluarkan sedekah lima puluh ribu padahal pendapatannya hanya
seratus ribu saja. Anda kalah total! 3 lawan 50! Mungkin Anda merasa dermawan,
tapi sebenarnya ‘dicemooh’ malaikat sebagai orang yang kikir.
Dari Abu
Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Satu dirham dapat
mengungguli seratus ribu dirham“. Lalu ada yang bertanya, “Bagaimana itu
bisa terjadi wahai Rasulullah?” Beliau jelaskan, “Ada seorang yang memiliki dua
dirham lalu mengambil satu dirham untuk disedekahkan. Ada pula seseorang
memiliki harta yang banyak sekali, lalu ia mengambil dari kantongnya seratus
ribu dirham untuk disedekahkan.” (HR. An Nasai no. 2527 dan Imam Ahmad 2:
379. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini Hasan).
Jujurlah,
uang pemeliharaan rumah, pemeliharaan mobil, bayaran listrik, bayaran sekolah,
beli baju dan uang makan tiap bulan pasti lebih besar dari 3% pendapatan bukan?
Jadi sebenarnya sedekah 3% tersebut jangan dianggap sebagai tabungan akhirat,
bangunan rumah di surga, atau naungan Anda kelak di hari pengadilan Allah!
Sungguh naif kalau dianggap demikian.
Karena
ibarat naungan halte bis, sedekah 3% tersebut sebenarnya baru bangunan tiangnya
saja, atapnya belum ada. Jadi Anda tak usah terheran-heran jika di akhirat
kelak melihat orang yang sedekah hanya berapa ratus ribu saja namun naungannya
begitu besar, sedangkan Anda yang sedekah ratusan juta naungannya kecil saja.
Apa yang salah? Yaa karena SEDEKAH ITU
JANGAN DILIHAT JUMLAHNYA TAPI PRESENTASENYA DARI JUMLAH HARTA yang Anda
miliki, adil bukan? Bersedekahlah minimal 20% dari penghasilan, atau lebih
bagus lagi jika bisa MENGELUARKAN 30% DARI PENGHASILAN, dan rasakanlah
perubahan luar biasa! Efek samping sedekah minimal 20% dari penghasilan itu
sungguh ‘mengerikan’. Anda dan keluarga bisa merasa lebih sehat, lebih
harmonis, bahkan anehnya… Uang malah terasa lebih deras mengalir masuk.
Itu semua
terjadi karena sedekah adalah magnet rezeki. Dan yang disebut REZEKI BUKAN
HANYA UANG ATAU HARTA BENDA, REZEKI JUGA BERARTI KESEHATAN, ANAK-ANAK,
kendaraan, bahkan juga KETENANGAN JIWA.
Sahabat,
semoga kita senantiasa menyadari bahwa dalam harta kita ada bagian untuk orang
lain yang merupakan hak mereka. Sehingga bersedekah dalam jumlah besar dan
banyak pun tidak akan membuat kita merasa sebagai seorang yang dermawan,
melainkan mengajari kita untuk makin bersyukur atas nikmat Allah. (SH)
Sedekah Jangan Menunggu Rezeki Melimpah
Sahabat,
cukup banyak orang yang memilih untuk menahan hartanya dan mengatakan bahwa dirinya
baru akan bersedekah banyak ketika rezeki melimpah. Padahal, REZEKI BERLIMPAH
ITU BIASANYA JUSTRU MENGIKUTI SEDEKAH. Artinya, SEMAKIN BANYAK BERSEDEKAH,
SEMAKIN BESAR POTENSI REZEKI berlimpah yang kita miliki.
“Permisalan (nafkah yang dikeluarkan) orang-orang yang menafkahkan harta di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 261)
“Permisalan (nafkah yang dikeluarkan) orang-orang yang menafkahkan harta di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 261)
Setidaknya
ada 5 alasan mengapa sebaiknya kita bersedekah sekarang juga tanpa perlu
menunggu rezeki berlimpah:
1.
Nilai sedekah di saat sulit lebih besar daripada di saat lapang
Tentu saja bersedekah lima puluh ribu Rupiah di saat kita hanya punya uang seratus ribu Rupiah, adalah lebih bernilai dibandingkan sedekah satu juta Rupiah di saat kita memiliki harta Milyaran.“Satu dirham dapat mengungguli seratus ribu dirham“. Lalu ada yang bertanya, “Bagaimana itu bisa terjadi wahai Rasulullah?” Beliau jelaskan, “Ada seorang yang memiliki dua dirham lalu mengambil satu dirham untuk disedekahkan. Ada pula seseorang memiliki harta yang banyak sekali, lalu ia mengambil dari kantongnya seratus ribu dirham untuk disedekahkan.” (HR. An Nasai no. 2527 dan Imam Ahmad 2: 379. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Tentu saja bersedekah lima puluh ribu Rupiah di saat kita hanya punya uang seratus ribu Rupiah, adalah lebih bernilai dibandingkan sedekah satu juta Rupiah di saat kita memiliki harta Milyaran.“Satu dirham dapat mengungguli seratus ribu dirham“. Lalu ada yang bertanya, “Bagaimana itu bisa terjadi wahai Rasulullah?” Beliau jelaskan, “Ada seorang yang memiliki dua dirham lalu mengambil satu dirham untuk disedekahkan. Ada pula seseorang memiliki harta yang banyak sekali, lalu ia mengambil dari kantongnya seratus ribu dirham untuk disedekahkan.” (HR. An Nasai no. 2527 dan Imam Ahmad 2: 379. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).
2.
Jika sewaktu miskin pelit sedekah, apalagi ketika kaya. Faktanya, miskin dan kaya
hanyalah masalah mental. Orang yang miskin hatinya, ketika ia tak punya uang
akan pelit, ketika banyak uang pun akan pelit juga.Sedangkan seseorang dengan
kekayaan hati, ketika miskinnya ia suka berbagi, apalagi setelah ia kaya. Artinya,
orang yang menunggu rezeki berlimpah dulu baru mau keluar sedekah sangat
mungkin orang yang miskin hati.
3.
Termasuk sedekah terbaik adalah yang dilakukan di masa takut miskin dan
berharap kekayaan Jika
sudah kaya nanti, dengan kelimpahan rezeki, bersedekah menjadi biasa-biasa
saja. Justru sedekah terbaik dilakukan ketika kita masih mengharap kekayaan dan
takut kemiskinan.“Engkau bersedekah dalam kondisi sehat dan berat
mengeluarkannya, dalam kondisi kamu khawatir miskin dan mengharap kaya. Maka
janganlah kamu tunda, sehingga ruh sampai di tenggorokan, ketika itu kamu
mengatakan, “Untuk fulan sekian, untuk fulan sekian, dan untuk fulan sekian.”
Padahal telah menjadi milik si fulan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
4.
Rezeki milik kita adalah yang kita gunakan dan sedekahkan, bukan yang kita
tinggalkan. Banyak
orang menumpuk kelebihan rezekinya, tak mau disedekahkan karena merasa sayang.
Akhirnya ketika meninggal, tumpukan rezeki itu diperebutkan oleh ahli warisnya.
Sementara sang mayyit hanya bertemankan amalan shaleh sekedar yang pernah ia
sedekahkan saja.“Siapakah di antara kamu yang lebih menyukai harta ahli
warisnya daripada hartanya sendiri?” Serentak para sahabat menjawab, “Ya
Rasulullah, tiada seorang pun dari kami, melainkan hartanya adalah lebih
dicintainya.” Beliau kemudian bersabda, “Sungguh harta sendiri ialah apa yang
telah terdahulu digunakannya, sedangkan harta ahli warisnya adalah segala yang
ditinggalkannya (setelah dia mati).” (HR Bukhari dan Muslim).
5.
Kita berkejaran dengan kematian.Kita
perlu bersedekah sekarang juga tanpa menunggu-nunggu datangnya rezeki, karena
hakikatnya kita SETIAP HARINYA SEDANG BERKEJARAN DENGAN KEMATIAN. “Di mana
saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam
benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS. An Nisa: 78) Semoga kita tidak lagi
menunggu rezeki berlimpah untuk mengeluarkan sedekah terbaik yang dimiliki,
aamiin. (SH)
Sedekah Bisa Menumbuhkan CInta
Sahabat,
pernahkah bertanya… apakah sedekah yang kita berikan sudah mampu menumbuhkan
cinta dan kasih sayang? Atau jangan-jangan sedekah kita selama ini baru
menumbuhkan rasa bangga diri dan perasaan jumawa? Bangga karena merasa diri ‘di
atas’ orang lain, lebih mapan, penghasilan lebih banyak, juga merasa jumawa
karena beranggapan telah cukup banyak melakukan kebaikan untuk orang lain,
telah memberi manfaat untuk orang lain.
Waspadalah
jika sedekah kita belum menumbuhkan tunas cinta dan kasih di dalam hati!
Barangkali disebabkan niat kita bersedekah hanya karena tak enak hati ada
saudara jauh yang datang meminta bantuan. Atau karena takut mendengar cemoohan
tetangga jika tak ikut menyumbang di lingkungan sekitar. Atau jangan-jangan
sedekah tersebut hanya sebagai upaya pencitraan positif untuk jaga image diri,
na’udzubillah. Meskipun sah-sah saja berniat demikian, namun amat disayangkan
karena bukan itu esensi dari bersedekah.
Sedekah semestinya berbuah cinta, terutama pada orang miskin dan yang membutuhkan bantuan.
Sedekah semestinya berbuah cinta, terutama pada orang miskin dan yang membutuhkan bantuan.
Lantas bagaimana prosesnya sebuah pemberian
sedekah bisa menumbuhkan cinta? Berikut ini beberapa penjelasannya:
1. Bantuan, sedekah,
maupun hadiah merupakan bibit cinta yang bisa ditanamkan di hati manusia
lainnya
Adakah yang
tidak senang mendapatkan hadiah? Siapa yang tidak bersuka cita jika mendapat
perhatian dan bantuan dari orang lain? Hampir semua orang pasti gembira ketika
menerima pemberian dari orang lain, karena itu berarti ia diperhatikan dan
di’spesialkan’. Maka tak heran jika sedekah maupun hadiah merupakan bibit cinta
yang bisa kita tanam di hati orang lain. Jika ingin dicintai, maka memberikan
sesuatu yang berharga pada diri orang tersebut adalah harga mutlak!
Bahkan Rasulullah
pun telah menganjurkan umatnya untuk saling memberi hadiah agar saling
mencintai. “Saling menghadiahilah kalian niscaya kalian akan saling
mencintai.” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no. 594)
2. Sebuah pemberian bisa
menghilangkan rasa dendam permusuhan
Tak heran
jika sedekah terbaik adalah untuk kerabat yang memiliki dendam pada diri kita,
karena sedekah tersebut bisa melumerkan rasa dendam di hati sehingga
silaturahim bisa terhubung kembali.“Saling
berjabat tanganlah kalian, niscaya akan hilang rasa dengki; dan saling memberi
hadiahlah kalian, niscaya kalian kalian akan saling mencintai dan akan lenyap
rasa permusuhan.” (HR. Malik). “Ingatlah nikmat Allah kepada kalian, ketika
sebelumnya (di masa jahiliah) kalian saling bermusuhan lalu ia menjinakkan
(mempersaudarakan) hati-hati kalian maka kalian pun dengan nikmat-Nya menjadi
orang-orang yang bersaudara.” (QS. Ali ‘Imran: 103)
3. Sedekah merupakan
bukti empati
Bagi pihak
yang memberi sedekah, semestinya sedekah tersebut merupakan bukti rasa empati
terhadap kesulitan yang dialami orang lain, bukan sekadar rutinitas ‘buang
sial’ atau pencitraan’. Lagipula bukankah orang-orang yang beriman itu memang
sudah seharusnya saling merasakan keperihan yang dialami oleh saudaranya? Nah,
rasa empati ini merupakan modal awal menunjukkan kepedulian, yang pada ujungnya
bisa membuahkan cinta. “Perumpamaan
orang-orang mukmin dalam berkasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu
anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam”.
(HR. Muslim).
4. Sedekah bisa menjadi
pembuktian cinta pada Allah dan RasulNya
Ketika
seseorang memiliki kecintaan terhadap Allah dan RasulNya, tidak mungkin ia
pelit dalam bersedekah! Justru sebaliknya, cinta itu bisa dibuktikannya melalui
banyaknya pemberian sedekah atau bantuan dirinya untuk orang lain. Selain itu,
orang yang menyimpan cinta untuk Allah dan RasulNya sudah pasti akan
menyebarkan cinta itu pada orang lain juga, karena ia akan menjadi ‘duta’ bagi
manusia lain, yakni sebagai rahmat untuk semesta alam.
“Dan
tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam” (QS. Al Anbiya: 107). Oleh sebab
itu, jika sedekah yang selama ini kita sebarkan belum menumbuhkan cinta dalam
hati, barangkali dikarenakan adanya kesalahan niat dan tujuan kita bersedekah!
Jangan-jangan kita niat bersedekah hanya untuk mendapatkan ‘balik modal’
berkali-kali lipat? Bersedekah hanya untuk didekatkan pada jodoh? Bersedekah
karena ada maunya ke Allah? Bersedekah agar dipandang baik oleh manusia? Walau
tidak mengapa, namun lebih baik lagi jika sedekah yang kita keluarkan berasal
dari kepedulian pada kondisi saudara seiman. Wallaahualam.
Sedekah dengan Menahan Diri dari Berbuat Hal
Buruk
Sahabat,
siapa yang tak pernah terlintas niat untuk berbuat hal buruk? Jika ada yang
demikian, maka amat disayangkan… karena berarti ia belum pernah mendapat
kesempatan untuk bersedekah dengan menahan diri dari perbuatan buruk yang sudah
diniatkan.Namun faktanya, hampir setiap manusia pasti pernah berniat buruk,
dari mulai hal kecil seperti, “Saya ingin bolos kerja hari ini.” sampai niat
yang lebih besar, “Saya ingin bercerai dengan pasangan hidup saya!” atau bahkan
berniat melakukan dosa besar yang dilarang Allah, “Saya ingin dia segera mati
saja!”
Sesungguhnya
dalam Islam, menahan diri dari perbuatan jahat atau perbuatan buruk sudah
terhitung sedekah. Sebagaimana yang Rasulullah sabdakan:“Mencegah diri dari berbuat kejahatan adalah shodaqoh.”
(HR. Bukhari dan Muslim). Maka, cara
untuk mempraktekkan sedekah jenis ini adalah sebagai berikut:
1. Setiap
terlintas niatan buruk atau sesuatu yang melanggar aturan Allah, cobalah untuk
memikirkan konsekuensi jangka panjangnya.
“Saya
penasaran ingin mencoba bagaimana sih dugem atau dunia gemerlap itu. Coba cari
tahu ke diskotik ah.”Semestinya kita memikirkan apa yang terjadi jika sekali
mencoba ternyata tak bisa berhenti, bukankah melakukan perbuatan itu sama saja
dengan mengecewakan keluarga, menghabiskan uang untuk hal tak berguna, juga menjerumuskan
diri pada hal yang mendekatkan pada maksiat. Jika kita berhasil menaklukkan
lintasan niat buruk tersebut, artinya kita sudah melakukan sedekah untuk diri
sendiri.
2. Sadari bahwa
setan dan hawa nafsu adalah musuh yang nyata!
Kita akan
sulit menahan diri dari perbuatan buruk jika tak menyadari bahwa hawa nafsu dan
setan adalah musuh yang nyata dan harus dilawan! “dan janganlah kamu
mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh
yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah: 168) Setan tak pernah kehabisan akal
untuk menjerat manusia dalam perangkapnya, maka kita pun perlu menambah
imunitas diri agar bisa tahan dalam menghadapi segala macam godaan untuk
melakukan perbuatan buruk.
3. Selalu
mengingat kematian yang senantiasa mengintai
Kematian itu
adalah yang paling dekat dan paling pasti terjadi dalam hidup kita, maka dengan
perbanyak mengingat mati, semoga bisa mempermudah kita menahan diri dari
melakukan perbuatan buruk dan keji. “Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah
disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke
dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain
hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali ‘Imran : 185)
4. Pertegas keyakinan adanya hari
peradilan
Orang yang
tak percaya adanya hari kebangkitan dan pengadilan Allah akan lebih sulit
menahan diri dari melakukan perbuatan buruk, karena mereka mengira kehidupan
ini akan berakhir setelah kematian tiba. Padahal, ada sidang pengadilan yang
harus dihadapi untuk mempertanggungjawabkan segala hal yang dilakukan selama
hidup di dunia.“Hai manusia, bertaqwalah kepada
Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat
menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya
sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali
kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan)
memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.” (QS Luqman : 33)
Sahabat,
menahan diri dari perbuatan buruk adalah sedekah yang tak bisa diremehkan.
Efeknya luar biasa untuk kehidupan dunia dan akhirat kita. Karena sekali
berbuat buruk, biasanya seseorang akan lebih berani untuk melakukan keburukan
selanjutnya. Maka, yuk perbanyak bersedekah dengan meninggalkan perbuatan buruk
yang sebenarnya sudah melintas di hati dan benak kita! Semoga Allah riditordho.
(SH) (Sumber: tabungwakaf.com)
Editor:
Ustaz Sofyan Kaoy Umar, MA, CPIF. Email: ustazsofyan@gmail.com