Skip to main content

Sedekah Tidak Akan Mengurangi Harta #4



Sedekah Tidak Akan Mengurangi Harta #4


Bersedekah Menghilangkan Resah Gelisah
Sahabat, merasa resah gelisah tanpa tahu penyebab pastinya bukan hal mengenakkan. Terutama jika perasaan resah gelisah tersebut terus-terusan menghantui. Sebagaimana bayangan yang senantiasa mengikuti ke mana diri kita pergi, lekat, tak terpisahkan. Namun sudah tahukah bahwa salah satu hal yang bisa menghilangkan kegelisahan di dada adalah dengan bersedekah? Oleh sebab itu, ketika dilanda kegelisahan yang mencekam hati, segeralah mengeluarkan sedekah yang sepadan banyaknya dengan jumlah harta yang kita miliki, in syaa Allah rasa galau, resah dan gelisah tersebut akan menyingkir.
Berikut ini beberapa penyebab sedekah dapat hilangkan kegelisahan:
1. Bersedekah artinya bersyukur, dan orang yang bersyukur akan Allah tambahkan nikmat padanya “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumatkan, Jika kamu bersyukur akan karuniaKu, pasti Aku tambah nikmat untukmu, jika kamu ingkar, sesungguhnya azabKu sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7) Sangat mungkin rasa gelisah yang melilit diri kita disebabkan adanya hak orang miskin atau kerabat yatim yang belum kita tunaikan. Sehingga itu menunjukkan pengingkaran kita terhadap nikmat Allah. Itu sebabnya Allah memberi rasa waswas:
“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tentram, rezekinya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk) nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” (QS. An Nahl : 112)

2. Sedekah merupakan salah satu cara kita mengamalkan perintah Allah dalam Al Quran

Sahabat, ketahuilah bahwa setiap amal kebaikan bisa dimasukkan dalam kategori sedekah. Maka, tak hanya memberi orang lain kebaikan dalam bentuk uang, seulas senyum saja bisa juga dimasukkan dalam kategori sedekah, memberi tausiyah juga termasuk sedekah, mencegah diri kita sendiri dari berbuat zalim dan maksiat menuruti syahwat juga merupakan sedekah.
Jelas bahwa sedekah merupakan cara mengaplikasikan perintah Allah yang termaktub dalam Quran. Dan bagi yang melaksanakannya akan merasa tenang kulit dan hatinya. “Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS.Az Zumar : 23)
3. Berbagi kebaikan dengan orang lain melalui bersedekah bisa meningkatkan hormon endorfin yang diproduksi tubuh
Penelitian mengemukakan bahwa orang yang membantu orang lain dapat lebih terlindungi dari dampak negatif stres, hal ini berdasarkan sebuah studi yang diterbitkan di “American Journal of Public Health” pada 2013. Selain itu, menolong orang lain akan meringankan rasa sakit kita sendiri, mengurangi stres, dan juga memberi rasa bahagia. Membagikan bantuan secara sukarela akan meningkatkan produksi hormon endorfin, dan hal itu baik untuk kesehatan jiwa kita.
4. Sedekah mampu hilangkan penyakit lahir dan batin “Obatilah orang yang sakit di antara kalian dengan sedekah.”(Dihasankan oleh Syaikh Albani dalam Shahihul Jami’)
Tentu banyak sekali penyakit lahiriah yang bisa kita temukan di sekeliling kita, misalnya demam, sakit kepala, kanker, diabetes, ginjal, bahkan hingga HIV/AIDS. Namun tahukah kita apa saja penyakit batin yang biasa melanda? Salah satunya adalah kecemasan, kegelisahan, perasaan galau, tak nyaman, serta kekosongan batin. Nah, penyakit-penyakit ini semua, baik yang lahiriah maupun batiniah dapat ‘disembuhkan’ in syaa Allah dengan mengeluarkan sedekah. Sahabat, siapa yang tak pernah terlintas niat untuk berbuat hal buruk?

Jika ada yang demikian, maka amat disayangkan… karena berarti ia belum pernah mendapat kesempatan untuk bersedekah dengan menahan diri dari perbuatan buruk yang sudah diniatkan.Namun faktanya, hampir setiap manusia pasti pernah berniat buruk, dari mulai hal kecil seperti, “Saya ingin bolos kerja hari ini.” sampai niat yang lebih besar, “Saya ingin bercerai dengan pasangan hidup saya!” atau bahkan berniat melakukan dosa besar yang dilarang Allah, “Saya ingin dia segera mati saja!”
Sesungguhnya dalam Islam, menahan diri dari perbuatan jahat atau perbuatan buruk sudah terhitung sedekah. Sebagaimana yang Rasulullah sabdakan: “Mencegah diri dari berbuat kejahatan adalah shodaqoh.” (HR. Bukhari dan Muslim). Maka, cara untuk mempraktekkan sedekah jenis ini adalah sebagai berikut:

1. Setiap terlintas niatan buruk atau sesuatu yang melanggar aturan Allah, cobalah untuk memikirkan konsekuensi jangka panjangnya. “Saya penasaran ingin mencoba bagaimana sih dugem atau dunia gemerlap itu. Coba cari tahu ke diskotik ah.” Semestinya kita memikirkan apa yang terjadi jika sekali mencoba ternyata tak bisa berhenti, bukankah melakukan perbuatan itu sama saja dengan mengecewakan keluarga, menghabiskan uang untuk hal tak berguna, juga menjerumuskan diri pada hal yang mendekatkan pada maksiat.
Jika kita berhasil menaklukkan lintasan niat buruk tersebut, artinya kita sudah melakukan sedekah untuk diri sendiri.

2. Sadari bahwa setan dan hawa nafsu adalah musuh yang nyata!

Kita akan sulit menahan diri dari perbuatan buruk jika tak menyadari bahwa hawa nafsu dan setan adalah musuh yang nyata dan harus dilawan! “dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah: 168) Setan tak pernah kehabisan akal untuk menjerat manusia dalam perangkapnya, maka kita pun perlu menambah imunitas diri agar bisa tahan dalam menghadapi segala macam godaan untuk melakukan perbuatan buruk.

3. Selalu mengingat kematian yang senantiasa mengintai

Kematian itu adalah yang paling dekat dan paling pasti terjadi dalam hidup kita, maka dengan perbanyak mengingat mati, semoga bisa mempermudah kita menahan diri dari melakukan perbuatan buruk dan keji. “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali ‘Imran : 185)

4. Pertegas keyakinan adanya hari peradilan

Orang yang tak percaya adanya hari kebangkitan dan pengadilan Allah akan lebih sulit menahan diri dari melakukan perbuatan buruk, karena mereka mengira kehidupan ini akan berakhir setelah kematian tiba. Padahal, ada sidang pengadilan yang harus dihadapi untuk mempertanggungjawabkan segala hal yang dilakukan selama hidup di dunia.
“Hai manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.” (QS Luqman : 33)
Sahabat, menahan diri dari perbuatan buruk adalah sedekah yang tak bisa diremehkan. Efeknya luar biasa untuk kehidupan dunia dan akhirat kita. Karena sekali berbuat buruk, biasanya seseorang akan lebih berani untuk melakukan keburukan selanjutnya. Maka, yuk perbanyak bersedekah dengan meninggalkan perbuatan buruk yang sebenarnya sudah melintas di hati dan benak kita! Semoga Allah ridho. (SH)
Ingin Meninggalkan Maksiat, bersedekahlah
Sahabat, banyak orang yang bingung dan galau dikarenakan kesulitan meninggalkan maksiat. Seolah-olah berhenti melakukan maksiat sama saja seperti menghentikan roller coaster yang tengah melaju kencang di tracknya, hal yang tampak mustahil bukan?
Akan tetapi, sebenarnya hampir tidak ada hal yang mustahil di dunia ini, karena Allah Maha kuasa. Meninggalkan perbuatan maksiat yang awalnya tampak begitu berat, bagi Allah bisa dihentikan dengan seketika.Misalnya seorang pecandu narkoba, bukankah tidak sedikit para pemakai yang kemudian bertaubat dan tak lagi mau mengonsumsi obat terlarang? Bahkan mantan pecandu ini banyak yang kemudian menjadi mentor agar orang lain tak turut terjerumus!

Demikian juga aktris film dewasa, yang awalnya terkenal suka memperlihatkan aurat di depan kamera, bukankah banyak yang kemudian berhijrah? Berbalik menjadi muslimah yang berhijab syar’i.Bahkan seorang LGBT dan pembunuh sekalipun bisa bertaubat dan tidak lagi melakukan maksiat yang padahal awalnya telah menjadi dunia mereka.
Lihatlah masa kelam Umar bin Khatthab yang mengubur hidup-hidup anak perempuannya sendiri! Namun bukankah kemudian Umar bertaubat dan justru berbalik menjadi salah satu Sahabat Rasul yang paling disegani? Bahkan syetan pun enggan berpapasan dengannya.

Sahabat, Allah adalah pembolak-balik hati, maka tiada yang mustahil baginya untuk menjadikan calon penghuni neraka berbalik menjadi calon penghuni surga. Tak mustahil bagi Allah membuat ahli maksiat menjadi ahli ibadah.Namun, kita harus tahu bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai kaum itu sendiri yang berusaha mengubah nasibnya. Kita perlu memperlihatkan kesungguhan untuk berubah, terutama saat ingin meninggalkan maksiat. Nah, salah satu cara yang bisa kita jadikan ikhtiar agar lebih mudah meninggalkan maksiat adalah dengan bersedekah.Apa hubungan bersedekah dengan meninggalkan maksiat? Tentu saja hubungannya saling mempengaruhi, di antaranya:

1. Orang yang mau menyedekahkan hartanya, terutama dalam jumlah besar, misalnya 30% lebih dari harta yang dimilikinya, bisa dipastikan memiliki kepedulian pada orang lain karena ia masih mau menolong sesama hamba Allah.Bukankah Allah berfirman bahwa Ia akan menolong hambaNya selama hamba tersebut masih mau menolong sesamanya?
“Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya.” (HR. Muslim, no. 2699) Dengan bersedekah, in syaa Allah upaya pemenuhan hajat kita pun akan ditolong oleh Allah. Yakni hajat agar bisa menjadi muslim yang baik dan sukses bertaubat meninggalkan maksiat.  .“Barangkali orang yang rambutnya semrawut dan bajunya berdebu, serta selalu ditolak jika bertamu, jika ia bersumpah kepada Allah, niscaya Allah akan mengabulkannya.“ (HR. Muslim)Berilah sedekah pada orang yang tidak memiliki cukup kemampuan, sedangkan mereka bukanlah peminta-minta. Lebih baik lagi jika orang tersebut merupakan keluarga atau kerabat sendiri.Kemudian Anda mintalah bantuannya, titip doa padanya agar Anda bisa dijauhkan dari perbuatan maksiat dan kebiasaan buruk.
Sahabat, meninggalkan maksiat memang awalnya terasa berat. Akan tetapi yakinlah bahwa siksa kubur dan siksa neraka kelak jauh lebih dahsyat. Maka tetaplah bersabar dalam jalan taubat! Semoga dengan bersedekah, keinginan untuk menjadi muslim yang baik akan semakin kuat, dan proses untuk hijrah bisa lebih cepat. Aamiin. (SH)
Sedekah Magnet Rezeki
Sahabat, kalau ada yang berpikir rezeki itu turun begitu saja dari langit, tampaknya belum paham bahwa diperlukan ikhtiar untuk menyongsong datangnya rezeki.Salah satu ikhtiar dalam mencari rezeki yang sering diabaikan orang adalah bersedekah. Padahal sedekah merupakan salah satu magnet rezeki yang amat dahsyat efeknya. Pernah melihat magnet? Semakin besar ukurannya, biasanya daya tarik magnet itu juga lebih kuat karena memiliki medan magnet yang lebih luas. Sama juga seperti itu, sedekah merupakan magnet rezeki yang perlu diperluas daya jangkauannya, agar daya tariknya jauh lebih dahsyat.
Bagaimana cara memperluas magnet rezeki? Yakni agar rezeki kita makin cepat tertarik mendekat? Ya, salah satunya adalah dengan memperbesar jumlah harta yang dikeluarkan untuk sedekah. Jangan salah hitung! Yang perlu diperbesar bukanlah nilai uangnya, melainkan jumlah presentase dari penghasilan yang kita dapatkan tiap bulannya.
Seseorang yang mengaku telah bersedekah seratus juta tiap bulan padahal total pendapatannya setiap bulan adalah 3 Milyar, sama seperti seseorang bergaji 3 juta yang bersedekah seratus ribu Rupiah saja dalam sebulan, hanya bersedekah 3% dari penghasilannya.
Ingat bahwa sedekah berbeda dengan zakat! Zakat nilainya 2,5% dari harta dan itu WAJIB dikeluarkan karena fungsinya membersihkan harta kita. Namun untuk SEDEKAH FUNGSINYA BERBEDA DENGN ZAKAT. SEDEKAH MEMILIKI MULTI FUNGSI, bisa seperti premi asuransi yang MEMPROTEKSI DARI BALA BENCANA DAN PENYAKIT, serta bisa pula menjadi MEGNET REZEKI sebagaimana yang sedang kita bahas.
Artinya, kalau mau proteksi dan magnet rezekinya besar, sedekah 3% sungguh tidak mencukupi. Ibarat bayar premi asuransi hanya 400 ribu sebulan tapi ingin dapat uang pertanggungan 5 Milyar dan punya nilai tunai 1 Milyar, bagaimana mungkin?
Demikian juga orang yang bersedekah hanya 3% dari pendapatannya, tapi ingin mendapat hasil besar. Ingin sekeluarga sehat wal afiat, ingin tidak terjadi bala bencana kecelakaan atau kebakaran atau kebanjiran, ingin diperpanjang usia, ingin hidup bahagia, bahkan ingin masuk surga. Apakah surga begitu murah?Orang yang bersedekah seratus juta padahal penghasilan 3 Milyar seharusnya malu pada orang yang berani mengeluarkan sedekah lima puluh ribu padahal pendapatannya hanya seratus ribu saja. Anda kalah total! 3 lawan 50! Mungkin Anda merasa dermawan, tapi sebenarnya ‘dicemooh’ malaikat sebagai orang yang kikir.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Satu dirham dapat mengungguli seratus ribu dirham“. Lalu ada yang bertanya, “Bagaimana itu bisa terjadi wahai Rasulullah?” Beliau jelaskan, “Ada seorang yang memiliki dua dirham lalu mengambil satu dirham untuk disedekahkan. Ada pula seseorang memiliki harta yang banyak sekali, lalu ia mengambil dari kantongnya seratus ribu dirham untuk disedekahkan.” (HR. An Nasai no. 2527 dan Imam Ahmad 2: 379. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini Hasan).
Jujurlah, uang pemeliharaan rumah, pemeliharaan mobil, bayaran listrik, bayaran sekolah, beli baju dan uang makan tiap bulan pasti lebih besar dari 3% pendapatan bukan? Jadi sebenarnya sedekah 3% tersebut jangan dianggap sebagai tabungan akhirat, bangunan rumah di surga, atau naungan Anda kelak di hari pengadilan Allah! Sungguh naif kalau dianggap demikian.
Karena ibarat naungan halte bis, sedekah 3% tersebut sebenarnya baru bangunan tiangnya saja, atapnya belum ada. Jadi Anda tak usah terheran-heran jika di akhirat kelak melihat orang yang sedekah hanya berapa ratus ribu saja namun naungannya begitu besar, sedangkan Anda yang sedekah ratusan juta naungannya kecil saja. Apa yang salah? Yaa karena SEDEKAH ITU  JANGAN DILIHAT JUMLAHNYA TAPI PRESENTASENYA DARI JUMLAH HARTA yang Anda miliki, adil bukan? Bersedekahlah minimal 20% dari penghasilan, atau lebih bagus lagi jika bisa MENGELUARKAN 30% DARI PENGHASILAN, dan rasakanlah perubahan luar biasa! Efek samping sedekah minimal 20% dari penghasilan itu sungguh ‘mengerikan’. Anda dan keluarga bisa merasa lebih sehat, lebih harmonis, bahkan anehnya… Uang malah terasa lebih deras mengalir masuk.
Itu semua terjadi karena sedekah adalah magnet rezeki. Dan yang disebut REZEKI BUKAN HANYA UANG ATAU HARTA BENDA, REZEKI JUGA BERARTI KESEHATAN, ANAK-ANAK, kendaraan, bahkan juga KETENANGAN JIWA.
Sahabat, semoga kita senantiasa menyadari bahwa dalam harta kita ada bagian untuk orang lain yang merupakan hak mereka. Sehingga bersedekah dalam jumlah besar dan banyak pun tidak akan membuat kita merasa sebagai seorang yang dermawan, melainkan mengajari kita untuk makin bersyukur atas nikmat Allah. (SH)
Sedekah Jangan Menunggu Rezeki Melimpah
Sahabat, cukup banyak orang yang memilih untuk menahan hartanya dan mengatakan bahwa dirinya baru akan bersedekah banyak ketika rezeki melimpah. Padahal, REZEKI BERLIMPAH ITU BIASANYA JUSTRU MENGIKUTI SEDEKAH. Artinya, SEMAKIN BANYAK BERSEDEKAH, SEMAKIN BESAR POTENSI REZEKI berlimpah yang kita miliki.
“Permisalan (nafkah yang dikeluarkan) orang-orang yang menafkahkan harta di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 261)
Setidaknya ada 5 alasan mengapa sebaiknya kita bersedekah sekarang juga tanpa perlu menunggu rezeki berlimpah:
1. Nilai sedekah di saat sulit lebih besar daripada di saat lapang
Tentu saja bersedekah lima puluh ribu Rupiah di saat kita hanya punya uang seratus ribu Rupiah, adalah lebih bernilai dibandingkan sedekah satu juta Rupiah di saat kita memiliki harta Milyaran.“Satu dirham dapat mengungguli seratus ribu dirham“. Lalu ada yang bertanya, “Bagaimana itu bisa terjadi wahai Rasulullah?” Beliau jelaskan, “Ada seorang yang memiliki dua dirham lalu mengambil satu dirham untuk disedekahkan. Ada pula seseorang memiliki harta yang banyak sekali, lalu ia mengambil dari kantongnya seratus ribu dirham untuk disedekahkan.” (HR. An Nasai no. 2527 dan Imam Ahmad 2: 379. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).
2. Jika sewaktu miskin pelit sedekah, apalagi ketika kaya. Faktanya, miskin dan kaya hanyalah masalah mental. Orang yang miskin hatinya, ketika ia tak punya uang akan pelit, ketika banyak uang pun akan pelit juga.Sedangkan seseorang dengan kekayaan hati, ketika miskinnya ia suka berbagi, apalagi setelah ia kaya. Artinya, orang yang menunggu rezeki berlimpah dulu baru mau keluar sedekah sangat mungkin orang yang miskin hati.
3. Termasuk sedekah terbaik adalah yang dilakukan di masa takut miskin dan berharap kekayaan Jika sudah kaya nanti, dengan kelimpahan rezeki, bersedekah menjadi biasa-biasa saja. Justru sedekah terbaik dilakukan ketika kita masih mengharap kekayaan dan takut kemiskinan.“Engkau bersedekah dalam kondisi sehat dan berat mengeluarkannya, dalam kondisi kamu khawatir miskin dan mengharap kaya. Maka janganlah kamu tunda, sehingga ruh sampai di tenggorokan, ketika itu kamu mengatakan, “Untuk fulan sekian, untuk fulan sekian, dan untuk fulan sekian.” Padahal telah menjadi milik si fulan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
4. Rezeki milik kita adalah yang kita gunakan dan sedekahkan, bukan yang kita tinggalkan. Banyak orang menumpuk kelebihan rezekinya, tak mau disedekahkan karena merasa sayang. Akhirnya ketika meninggal, tumpukan rezeki itu diperebutkan oleh ahli warisnya. Sementara sang mayyit hanya bertemankan amalan shaleh sekedar yang pernah ia sedekahkan saja.“Siapakah di antara kamu yang lebih menyukai harta ahli warisnya daripada hartanya sendiri?” Serentak para sahabat menjawab, “Ya Rasulullah, tiada seorang pun dari kami, melainkan hartanya adalah lebih dicintainya.” Beliau kemudian bersabda, “Sungguh harta sendiri ialah apa yang telah terdahulu digunakannya, sedangkan harta ahli warisnya adalah segala yang ditinggalkannya (setelah dia mati).” (HR Bukhari dan Muslim).
5. Kita berkejaran dengan kematian.Kita perlu bersedekah sekarang juga tanpa menunggu-nunggu datangnya rezeki, karena hakikatnya kita SETIAP HARINYA SEDANG BERKEJARAN DENGAN KEMATIAN. “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS. An Nisa: 78) Semoga kita tidak lagi menunggu rezeki berlimpah untuk mengeluarkan sedekah terbaik yang dimiliki, aamiin. (SH)
Sedekah Bisa Menumbuhkan CInta
Sahabat, pernahkah bertanya… apakah sedekah yang kita berikan sudah mampu menumbuhkan cinta dan kasih sayang? Atau jangan-jangan sedekah kita selama ini baru menumbuhkan rasa bangga diri dan perasaan jumawa? Bangga karena merasa diri ‘di atas’ orang lain, lebih mapan, penghasilan lebih banyak, juga merasa jumawa karena beranggapan telah cukup banyak melakukan kebaikan untuk orang lain, telah memberi manfaat untuk orang lain.
Waspadalah jika sedekah kita belum menumbuhkan tunas cinta dan kasih di dalam hati! Barangkali disebabkan niat kita bersedekah hanya karena tak enak hati ada saudara jauh yang datang meminta bantuan. Atau karena takut mendengar cemoohan tetangga jika tak ikut menyumbang di lingkungan sekitar. Atau jangan-jangan sedekah tersebut hanya sebagai upaya pencitraan positif untuk jaga image diri, na’udzubillah. Meskipun sah-sah saja berniat demikian, namun amat disayangkan karena bukan itu esensi dari bersedekah.
Sedekah semestinya berbuah cinta, terutama pada orang miskin dan yang membutuhkan bantuan.

Lantas bagaimana prosesnya sebuah pemberian sedekah bisa menumbuhkan cinta? Berikut ini beberapa penjelasannya:

1. Bantuan, sedekah, maupun hadiah merupakan bibit cinta yang bisa ditanamkan di hati manusia lainnya

Adakah yang tidak senang mendapatkan hadiah? Siapa yang tidak bersuka cita jika mendapat perhatian dan bantuan dari orang lain? Hampir semua orang pasti gembira ketika menerima pemberian dari orang lain, karena itu berarti ia diperhatikan dan di’spesialkan’. Maka tak heran jika sedekah maupun hadiah merupakan bibit cinta yang bisa kita tanam di hati orang lain. Jika ingin dicintai, maka memberikan sesuatu yang berharga pada diri orang tersebut adalah harga mutlak!
Bahkan Rasulullah pun telah menganjurkan umatnya untuk saling memberi hadiah agar saling mencintai. “Saling menghadiahilah kalian niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no. 594)

2. Sebuah pemberian bisa menghilangkan rasa dendam permusuhan

Tak heran jika sedekah terbaik adalah untuk kerabat yang memiliki dendam pada diri kita, karena sedekah tersebut bisa melumerkan rasa dendam di hati sehingga silaturahim bisa terhubung kembali.“Saling berjabat tanganlah kalian, niscaya akan hilang rasa dengki; dan saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian kalian akan saling mencintai dan akan lenyap rasa permusuhan.” (HR. Malik). “Ingatlah nikmat Allah kepada kalian, ketika sebelumnya (di masa jahiliah) kalian saling bermusuhan lalu ia menjinakkan (mempersaudarakan) hati-hati kalian maka kalian pun dengan nikmat-Nya menjadi orang-orang yang bersaudara.” (QS. Ali ‘Imran: 103)

3. Sedekah merupakan bukti empati

Bagi pihak yang memberi sedekah, semestinya sedekah tersebut merupakan bukti rasa empati terhadap kesulitan yang dialami orang lain, bukan sekadar rutinitas ‘buang sial’ atau pencitraan’. Lagipula bukankah orang-orang yang beriman itu memang sudah seharusnya saling merasakan keperihan yang dialami oleh saudaranya? Nah, rasa empati ini merupakan modal awal menunjukkan kepedulian, yang pada ujungnya bisa membuahkan cinta. “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam berkasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam”. (HR. Muslim).

4. Sedekah bisa menjadi pembuktian cinta pada Allah dan RasulNya

Ketika seseorang memiliki kecintaan terhadap Allah dan RasulNya, tidak mungkin ia pelit dalam bersedekah! Justru sebaliknya, cinta itu bisa dibuktikannya melalui banyaknya pemberian sedekah atau bantuan dirinya untuk orang lain. Selain itu, orang yang menyimpan cinta untuk Allah dan RasulNya sudah pasti akan menyebarkan cinta itu pada orang lain juga, karena ia akan menjadi ‘duta’ bagi manusia lain, yakni sebagai rahmat untuk semesta alam.
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” (QS. Al Anbiya: 107). Oleh sebab itu, jika sedekah yang selama ini kita sebarkan belum menumbuhkan cinta dalam hati, barangkali dikarenakan adanya kesalahan niat dan tujuan kita bersedekah! Jangan-jangan kita niat bersedekah hanya untuk mendapatkan ‘balik modal’ berkali-kali lipat? Bersedekah hanya untuk didekatkan pada jodoh? Bersedekah karena ada maunya ke Allah? Bersedekah agar dipandang baik oleh manusia? Walau tidak mengapa, namun lebih baik lagi jika sedekah yang kita keluarkan berasal dari kepedulian pada kondisi saudara seiman. Wallaahualam.
Sedekah dengan Menahan Diri dari Berbuat Hal Buruk
Sahabat, siapa yang tak pernah terlintas niat untuk berbuat hal buruk? Jika ada yang demikian, maka amat disayangkan… karena berarti ia belum pernah mendapat kesempatan untuk bersedekah dengan menahan diri dari perbuatan buruk yang sudah diniatkan.Namun faktanya, hampir setiap manusia pasti pernah berniat buruk, dari mulai hal kecil seperti, “Saya ingin bolos kerja hari ini.” sampai niat yang lebih besar, “Saya ingin bercerai dengan pasangan hidup saya!” atau bahkan berniat melakukan dosa besar yang dilarang Allah, “Saya ingin dia segera mati saja!”
Sesungguhnya dalam Islam, menahan diri dari perbuatan jahat atau perbuatan buruk sudah terhitung sedekah. Sebagaimana yang Rasulullah sabdakan:“Mencegah diri dari berbuat kejahatan adalah shodaqoh.” (HR. Bukhari dan Muslim). Maka, cara untuk mempraktekkan sedekah jenis ini adalah sebagai berikut:

1. Setiap terlintas niatan buruk atau sesuatu yang melanggar aturan Allah, cobalah untuk memikirkan konsekuensi jangka panjangnya.

“Saya penasaran ingin mencoba bagaimana sih dugem atau dunia gemerlap itu. Coba cari tahu ke diskotik ah.”Semestinya kita memikirkan apa yang terjadi jika sekali mencoba ternyata tak bisa berhenti, bukankah melakukan perbuatan itu sama saja dengan mengecewakan keluarga, menghabiskan uang untuk hal tak berguna, juga menjerumuskan diri pada hal yang mendekatkan pada maksiat. Jika kita berhasil menaklukkan lintasan niat buruk tersebut, artinya kita sudah melakukan sedekah untuk diri sendiri.

2. Sadari bahwa setan dan hawa nafsu adalah musuh yang nyata!

Kita akan sulit menahan diri dari perbuatan buruk jika tak menyadari bahwa hawa nafsu dan setan adalah musuh yang nyata dan harus dilawan! “dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah: 168) Setan tak pernah kehabisan akal untuk menjerat manusia dalam perangkapnya, maka kita pun perlu menambah imunitas diri agar bisa tahan dalam menghadapi segala macam godaan untuk melakukan perbuatan buruk.

3. Selalu mengingat kematian yang senantiasa mengintai

Kematian itu adalah yang paling dekat dan paling pasti terjadi dalam hidup kita, maka dengan perbanyak mengingat mati, semoga bisa mempermudah kita menahan diri dari melakukan perbuatan buruk dan keji. “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali ‘Imran : 185)

4. Pertegas keyakinan adanya hari peradilan

Orang yang tak percaya adanya hari kebangkitan dan pengadilan Allah akan lebih sulit menahan diri dari melakukan perbuatan buruk, karena mereka mengira kehidupan ini akan berakhir setelah kematian tiba. Padahal, ada sidang pengadilan yang harus dihadapi untuk mempertanggungjawabkan segala hal yang dilakukan selama hidup di dunia.“Hai manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.” (QS Luqman : 33)
Sahabat, menahan diri dari perbuatan buruk adalah sedekah yang tak bisa diremehkan. Efeknya luar biasa untuk kehidupan dunia dan akhirat kita. Karena sekali berbuat buruk, biasanya seseorang akan lebih berani untuk melakukan keburukan selanjutnya. Maka, yuk perbanyak bersedekah dengan meninggalkan perbuatan buruk yang sebenarnya sudah melintas di hati dan benak kita! Semoga Allah riditordho. (SH) (Sumber: tabungwakaf.com)
Editor: Ustaz Sofyan Kaoy Umar, MA, CPIF. Email: ustazsofyan@gmail.com



Popular posts from this blog

Zakat di Masa Rasulullah, Sahabat dan Tabi'in

ZAKAT DI MASA RASULULLAH, SAHABAT DAN TABI’IN Oleh: Saprida, MHI;  Editor: Ustaz Sofyan Kaoy Umar, MA, CPIF Islam merupakan agama yang diturunkan kepada umat manusia untuk mengatur berbagai persoalan dan urusan kehidupan dunia dan untuk mempersiapkan kehidupan akhirat. Agama Islam dikenal sebagai agama yang kaffah (menyeluruh) karena setiap detail urusan manusia itu telah dibahas dalam Al-Qur’an dan Hadits. Ketika seseorang sudah beragama Islam (Muslim), maka kewajiban baginya adalah melengkapi syarat menjadi muslim atau yang dikenal dengan Rukun Islam. Rukun Islam terbagi menjadi lima bagian yaitu membaca syahadat, melaksanakan sholat, menunaikan zakat, menjalankan puasa dan menunaikan haji bagi orang yang mampu. Zakat adalah salah satu ibadah pokok yang menjadi kewajiban bagi setiap individu (Mukallaf) yang memiliki harta untuk mengeluarkan harta tersebut sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku dalam zakat itu sendiri. Zakat merupakan rukun Islam yang ketiga setelah s

Akibat Menunda Membayar Zakat

Akibat Menunda Membayar Zakat Mal  Pertanyaan: - Jika ada orang yang tidak membayar zakat selama beberapa tahun, apa yang harus dilakukan? Jika sekarang dia ingin bertaubat, apakah zakatnya menjadi gugur? - Jika saya memiliki piutang di tempat orang lain, sudah ditagih beberapa kali tapi tidak bisa bayar, dan bulan ini saya ingin membayar zakat senilai 2jt. Bolehkah saya sampaikan ke orang yang utang itu bahwa utangmu sudah lunas, krn ditutupi dg zakat saya.. shg sy tdk perlu mengeluarkan uang 2 jt. Mohon pencerahannya Jawab: Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du, Orang yang menunda pembayaran zakat, dia BERDOSA. Sehingga wajib bertaubat. Imam Ibnu Utsaimin ditanya tentang orang yang tidak bayar zakat selama 4 tahun. Jawaban Beliau, هذا الشخص آثم في تأخير الزكاة ؛ لأن الواجب على المرء أن يؤدي  الزكاة فور وجوبها ولا يؤخرها ؛ لأن الواجبات الأصل وجوب القيام بها فوراً ، وعلى هذا الشخص أن يتوب إلى الله عز وجل من هذه المعصية “Orang ini berdos

Importance of Sadaqa (Voluntary Charity) #1

Importance of Sadaqa (Voluntary Charity) #1 1.   The Parable of Spending in Allah’s Cause: Tafseer Ibn Kathir Sadaqa (Voluntary Charity in the Way of Allah) Tafseer Ibn Kathir – QS Al-Baqarah: 261 “The parable of those who spend their wealth in the way of Allah is that of a grain (of corn); it grows seven ears, and each ear has a hundred grains. Allah gives manifold increase to whom He wills. And Allah is All-Sufficient for His creatures’ needs, All-Knower .” This is a parable that Allah made of the multiplication of rewards for those who spend in His cause, seeking His pleasure. Allah multiplies the good deed ten to seven hundred times . Allah said,  The parable of those who spend their wealth in the way of Allah. Sa`id bin Jubayr commented, “Meaning spending in Allah’s obedience” . Makhul said that the Ayah means, “Spending on Jihad, on horse stalls, weapons and so forth” . The parable in the Ayah is more impressive on the heart than merely mentioning th