Berkah
Sedekah
Ada sebuah
kisah luar biasa yang semoga saja bisa menginspirasi kita untuk menyuburkan
sedekah secara sembunyi-sembunyi, karena sangat mungkin sedekah tersebut bisa
membawa keberkahan bagi diri kita maupun orang yang menerimanya. Sebagaimana
kisah berikut ini:
Seorang pria
merasa tergerak hatinya ketika mendengar hadits yang berbunyi, “Sedekah
dengan sembunyi-sembunyi memadamkan kemurkaan Allah.” (HR Thabrani dengan
sanad Hasan). Maka ia pun berniat mengumpulkan sejumlah uang untuk disedekahkan
secara rahasia. Ia menyisihkan pendapatannya selama setahun sehingga berhasil
mengumpulkan dinar yang cukup banyak. Malam itu ia keluar rumah dengan membawa
sekantung besar berisi dinar, menggunakan pakaian hitam dan menutupi mukanya
agar tak dikenali orang. Ia mencoba mencari seseorang yang kiranya tepat untuk
diberikannya sedekah rahasia tersebut. Di tengah perjalanan, ia melihat seorang
wanita tertidur di emperan jalan, maka dilemparkannya kantong berisi dinar itu
ke arah sang wanita, dan ia pun lari terbirit-birit. Pria itu berharap dalam
hatinya bahwa Allah meridhoi sedekah yang telah susah payah ia kumpulkan dan
kemudian diberikannya secara rahasia untuk wanita di pinggir jalan itu. Hatinya
terasa sungguh bahagia.
Keesokan
paginya, desa itu dilanda kehebohan. Semalam seorang pria misterius melemparkan
sekantung penuh uang dinar pada seorang wanita pelacur yang sedang menunggu
pelanggan datang di pinggir jalan. Mendengar hal ini, tentu saja pria itu
merasa amat sedih. Rupanya Allah tak menerima sedekah rahasianya. Sedekah yang
susah payah ia kumpulkan selama setahun malah dinikmati oleh seorang pelacur.
Tak putus
asa, pria itu pun mencoba menyisihkan lagi uang untuk bersedekah rahasia.
Setahun kemudian, sejumlah besar uang berhasil kembali ia kumpulkan. Malam
tiba, pria itu kembali keluar rumah dengan pakaian warna gelap dan penutup
wajah sambil membawa sekantung penuh dinar. Kali ini ia berharap bisa menemukan
seseorang yang tepat untuk menerima sedekahnya. Di tengah jalan ia melihat
seorang kakek tua berjalan tertatih-tatih, pria itu pun merasa iba dan
memberikan sekantung dinar nya untuk kakek tersebut sambil berkata, “Terimalah
sedekah saya!”
Keesokan
harinya, desa itu kembali gempar. Seorang kakek tua yang kaya raya dan terkenal
pelit menerima sekantung penuh dinar dari pria misterius tadi malam. Tentu saja
berita ini kembali menohok hati pria tersebut. Namun ia kembali berusaha
mengumpulkan uang untuk sedekah rahasia selanjutnya, kali ini ia takkan salah
beri sedekah lagi! Demikianlah azamnya. Setahun berlalu, pria itu kembali akan
melakukan misi sedekah rahasianya. Malam itu dengan sekantung dinar di tangan,
ia berharap kali ini bisa memberi sedekah pada seseorang yang tepat.
Di tengah
jalan ia melihat seorang pria berjalan dengan tampang kusut dan gundah gulana.
Ia pun tergerak hatinya untuk memberi sedekahnya pada pria tersebut. “Terimalah
sedekahku ini.” Ucapnya pada pria bertampang kusut tersebut, kemudian lari
terbirit-birit agar ia tak dikenali. Besok paginya, desa itu kembali heboh karena
semalam seorang pencuri mendapatkan sekantung penuh dinar dari pria misterius. Mendengar
hal tersebut, pria itu merasa lemas seketika, tiga tahun sudah ia mencoba
mengamalkan sedekah rahasia, namun selalu salah sasaran. Apakah ia begitu
busuknya hingga Allah tak menerima sedekahnya itu? Pria itu pun bermuram durja.
Puluhan
tahun kemudian, tak terasa pria itu sudah tua renta, di usia senjanya ia
kemudian mendengar ada dua orang ulama adik dan kakak, keduanya menjadi ulama
besar dan mempunyai murid ribuan jumlahnya.
Kedua Ulama
itu mulanya adalah anak yatim, ayah mereka wafat saat mereka masih kecil, lalu
karena jatuh miskin maka ibunya akhirnya melacur untuk menghidupi diri dan
anaknya, namun suatu malam ibunya bermunajat pada Allah: “Wahai Rabb, kuharamkan
rezeki yang haram untuk anak-anakku, malam ini berilah aku rezeki Mu yang
halal.” Lalu Ibu itu tertidur di emperan jalan, dan tiba-tiba saja ada seorang
pria misterius bercadar yang melemparkan sekantung uang dinar emas padanya,
maka sang Ibu gembira, bertobat, dan menyekolahkan anaknya dengan uang itu
hingga kedua anaknya menjadi Ulama serta mempunyai murid ribuan banyaknya.
Mendengar
kisah ini, pria tua renta itu pun meneteskan air mata. Ternyata sedekah yang ia
lakukan bertahun-tahun sebelumnya dijaga oleh Allah hingga mampu mendidik
anak-anak dari seorang pelacur menjadi ulama besar. Subhanallah.
Tak lama
dari itu, ia mendapat kabar lainnya tentang sebuah rumah amal yang tak pernah
sepi dikunjungi orang miskin, rumah amal itu selalu membagi-bagikan harta pada
para fakir. Ternyata rumah amal itu didirikan oleh seorang tua renta kaya raya
yang awalnya sangat kikir, namun suatu malam ia dihadiahi sekantung uang dinar
emas oleh pria misterius, iapun malu dan bertobat, lalu menginfakkan seluruh
hartanya untuk rumah amal tersebut.
Selanjutnya,
sebuah kabar mengejutkan tentang seorang wali Allah yang baru saja wafat
didengar pula oleh pria itu. Wali Allah ini dulunya adalah seorang perampok,
suatu malam ia dilempari sekarung uang dinar oleh pria misterius, lalu ia
bersyukur kepada Allah, beribadah dan beribadah, meninggalkan kehidupan
duniawi, berpuasa dan bertahajud, sampai akhirnya menjadi orang yang Shaleh dan
Mulia, bahkan wafat setelah banyak orang yang bertobat melalui perantaranya.
Pria tua
renta itu pun menangis tersedu-sedu dan bersimpuh, betapa sedekah rahasianya
selama tiga tahun berturut-turut itu tidak disia-siakan oleh Allah.
Sahabat,
demikianlah dahsyatnya berkah sedekah yang diberikan secara sembunyi-sembunyi.
Semoga kisah ini mampu menggerakkan hati kita untuk lebih semangat bersedekah,
karena kita tak tahu keberkahan macam apa yang bisa kita peroleh dari tiap
Rupiah yang kita nafkahkan di jalan Allah.
Dari Nabi
saw., beliau bersabda: Seorang lelaki berkata: Sungguh aku akan mengeluarkan
sedekah pada malam ini. Lalu ia keluar membawa sedekahnya dan jatuh ke tangan
seorang wanita pezina. Pada pagi harinya, orang banyak membicarakan: Tadi
malam, seorang wanita pezina mendapatkan sedekah. Lelaki itu mengucap: Ya
Allah, hanya bagi-Mu segala puji, (sedekahku jatuh pada wanita pezina). Aku
akan bersedekah lagi. Dia keluar membawa sedekahnya dan jatuh ke tangan orang
kaya. Pada pagi harinya, orang banyak membicarakan: Sedekah diberikan kepada
orang kaya. Orang itu mengucap: Ya Allah, hanya bagi-Mu segala puji, (sedekahku
jatuh pada orang kaya). Aku akan bersedekah lagi. Kemudian ia keluar membawa
sedekah dan jatuh ke tangan pencuri. Pada pagi harinya, orang banyak
membicarakan: Sedekah diberikan kepada pencuri. Orang itu mengucap: Ya Allah,
hanya bagi-Mu segala puji, sedekahku ternyata jatuh pada wanita pezina, pada
orang kaya dan pada pencuri. Lalu ia didatangi (malaikat) dan dikatakan
kepadanya: Sedekahmu benar-benar telah diterima. Boleh jadi wanita pezina itu
akan menghentikan perbuatan zinanya, karena sedekahmu, orang kaya dapat
mengambil pelajaran dan mau memberikan sebagian apa yang telah diberikan Allah
kepadanya. Dan mungkin saja si pencuri menghentikan perbuatan mencurinya,
karena sedekahmu. (Shahih Muslim No.1698)
Jangan pernah
berhenti berbagi, karena Allah pun tak pernah berhenti memberi kita
nikmatNya. Wallaahualam. (SH)
Memberi
pinjaman Lebih Utama dari Sedekah
“Sedekah
berpahala sepuluh kalinya, sedangkan memberi pinjaman berpahala delapan belas
kalinya.”Rasulullah bertanya kepada
Jibril, “Wahai Jibril, mengapa pinjaman lebih utama daripada sedekah?”Lalu
Jibril menjawab, “Karena seorang peminta-minta, (terkadang) ia masih
memiliki (harta), sedangkan orang yang meminta pinjaman, ia tidak akan meminta
pinjaman kecuali karena kebutuhan.” (HR. Ibnu Majah dan Baihaqi)
Mungkin di antara kita ada yang belum
mengetahui bahwa memberi pinjaman jauh lebih utama daripada bersedekah. Sebagaimana
isi hadits di atas, memang benar terkadang orang meminta pinjaman dikarenakan
benar-benar sedang membutuhkan bantuan dan kesulitan memenuhi kebutuhan
hidupnya, sedangkan ketika kita memberi sedekah pada seseorang, bisa jadi
sebenarnya orang tersebut sudah memperoleh sedekah dari yang lain, atau sedang
tidak terlalu urgen memerlukannya karena masih memiliki simpanan.
Akan tetapi, tetap saja kita perlu selektif
dalam memberi pinjaman, jangan sampai utang yang kita maksudkan untuk membantu,
malah berefek sebaliknya, yakni justru menyuburkan karakter buruk seseorang
yang terbiasa berutang.
Sudah menjadi rahasia umum, banyak orang di
zaman sekarang ini berutang bukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya melainkan
untuk memenuhi gaya hidupnya yang tinggi. Oleh sebab itu dalam memberi pinjaman
pun kita perlu memperhatikan poin-poin berikut ini:
1. Pastikan karakter si peminjam dapat
dipercaya
Sesungguhnya ada orang-orang yang ketika
berutang telah memancang niat untuk tidak membayarnya. Orang-orang yang seperti
ini sebaiknya tidak diberikan pinjaman karena justru berdampak buruk untuk
dirinya di dunia dan akhirat. “Tidaklah seseorang berutang dengan niatan
tidak melunasinya, melainkan ia akan menghadap Allah dalam keadaan teranggap
sebagai seorang pencuri.” (HR. Ibnu Majah dan al Baihaqi). Orang seperti
ini justru perlu diberi peringatan agar tak menyepelekan utang-utangnya.
“Barang
siapa mati dan memiliki tanggungan utang dinar ataupun dirham, maka ia akan
dilunasi dengan pahala kebaikannya. Karena di akhirat tiada lagi manfaat dinar
ataupun dirham.” (HR. Ibnu
Majah)
2. Tidak mempersyaratkan penambahan dalam
membayar atau pemberian hadiah
Jangan sampai pinjaman yang kita berikan
mengandung unsur riba karena adanya syarat penambahan jumlah nominal atau
pemberian hadiah ketika pelunasan.
“Setiap
utang yang dipersyaratkan ada tambahan, maka itu adalah haram. Hal ini
tanpa diperselisihkan oleh para ulama.”
Beda halnya jika si pemilik utang yang
berinisiatif memberi hadiah sebagai ucapan terimakasih, asalkan hal ini tidak
dijadikan syarat atau permintaan dari pemilik piutang.
3. Berniat membantu dan memudahkan kesulitan
orang lain
Ada orang yang memberi pinjaman utang hanya
karena merasa tidak enak kalau tidak memberikan, atau merasa terpaksa. Sungguh
amat disayangkan. Padahal jika kita meminjamkan dengan niat melepas kesulitan
orang lain, Allah mencintai hal-hal yang demikian dan sebagai balasannya Ia akan
memudahkan segala urusan kita di dunia maupun akhirat.
“Barangsiapa
yang meringankan kesulitan seorang mukmin di dunia niscaya Allah akan
meringankan kesulitannya di Akhirat dan barangsiapa yang mempermudah orang
mukmin yang sedang dalam kesulitan niscaya Allah akan mempermudah urusannya di
dunia dan akhirat. (HR. Muslim, no.7028)
Sahabat, jelas bahwa memberi pinjaman
bukanlah perkara muamalah yang bisa diremehkan, karena sesungguhnya nilainya
bisa jauh lebih besar dibandingkan bersedekah dengan harta benda. Wallaahualam.
(SH)
Naungan
Sedekah
Pernahkah kita
terjebak pada situasi hujan lebat, angin kencang, pohon tumbang, dan kilat
menyambar, sementara kita tak menemukan satu tempat pun untuk berteduh atau
bernaung sementara waktu? Tentu kondisi tersebut amat mencekam. Basah kuyup,
kedinginan, ketakutan, bahkan jika sekadar menemukan halte kecil untuk bernaung
pun akan sangat kita syukuri.
Atau sebaliknya, pernahkah Sahabat merasakan
siang yang begitu terik, matahari membakar, namun sebuah payung untuk
berlindung pun tak ada? Bayangan rimbun pohon untuk bernaung pun tak tampak. Sehingga
kita akhirnya mengalami dehidrasi, kepala berkunang-kunang, badan lemas, dan
rasanya memiliki sehelai kain untuk bernaung di bawahnya pun sudah merupakan
sebuah nikmat yang dahsyat.
Mari kita sadari bahwa situasi seperti itu
akan segera kita temui, yakni saat kiamat tiba dan seluruh manusia dibangkitkan
di padang mahsyar untuk diadili. Takkan ada satu naungan pun di saat itu
kecuali naungan Allah, dan setiap orang akan berada di bawah naungan sedekahnya
masing-masing hingga jatuhnya penetapan keputusan.
“Setiap
orang berada di bawah naungan sedekahnya hingga manusia diadili (oleh
pengadilan Allah),” atau beliau bersabda, “Hingga
keputusan di antara manusia ditetapkan (oleh pengadilan Allah),” (HR. Ibnu
Khuzaimah. Hadits shahih berdasarkan sanad muslim).
Bayangkanlah hari yang penuh huru-hara dan
kegoncangan, setiap orang hanya mempedulikan urusannya masing-masing. Matahari
akan terasa sangat dekat di ubun-ubun, bahkan manusia akan tenggelam dalam
lautan keringatnya sendiri saking beratnya penantian di hari itu.
Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah
saw. bersabda, “Pada hari kiamat manusia akan
berkeringat hingga mengalir sejauh tujuh puluh hasta, dan akan menenggelamkan
mereka hingga mencapai telinga mereka,” (HR. Bukhari). Di saat itulah
sedekah yang kita nafkahkan selama hidup di dunia ini akan berfungsi melindungi
diri kita, yakni menjadi tempat bernaung di kala menanti keputusan pengadilan
Allah.
Pertanyaannya, akan seberapa besarkah tempat
naungan kita di hari kiamat tersebut? Apakah hanya selebar daun pisang? Sebesar
halte bis? Ataukah seluas istana megah? Hanya kita yang bisa menentukannya,
saat ini juga, selagi nyawa masih dikandung badan! Sudah seberapa besarkah
jumlah sedekah yang kita keluarkan selama ini?
Apakah kita baru bersedekah 1% saja dari
jumlah harta yang dimiliki, atau sudah 10% bahkan 50% dari total kekayaan yang
Allah titipkan pada kita?
Banyak orang yang bangga telah bersedekah
sekian milyar, padahal harta yang dimilikinya mencapai puluhan trilyun!
Sebaliknya, ada orang yang begitu malu hanya mampu bersedekah sebuah roti,
padahal harta yang dimilikinya memang hanya 2 buah roti. Sehingga nilai sedekah
sebuah roti mampu mengungguli besarnya nilai sedekah sekian milyar Rupiah.
Jelas bahwa SEDEKAH BUKANLAH MASALAH NILAI NOMINAL MELAINKAN NILAI JERIH PAYAH yang
dikeluarkan.
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Satu dirham bisa mengalahkan seratus ribu
dirham.” Para sahabat bertanya, “Bagaimana bisa demikian?” “Ada orang yang memiliki 2 dirham, kemudian dia
sedekahkan satu dirham. Sementara itu ada orang yang memiliki banyak harta,
kemudian dia mengambil seratus ribu dirham untuk sedekah.” (HR. Nasai
dan dinilai hasan oleh Al-Albani)
Jadi sudah seberapa besarkah naungan sedekah
yang akan kita dapatkan kelak di padang mahsyar? Selama masih diberi waktu dan
harta untuk disedekahkan, marilah kita perbesar naungan untuk di hari kiamat
kelak dengan merutinkan bersedekah! (SH)
Meredakan
Murka Allah dengan sedekah rahasia
“Ada empat
hal yang menyebabkan kemurkaan Allah kepada hambaNya, yaitu: Penjual yang suka
bersumpah, orang fakir yang sombong, orang lanjut usia yang berzina, dan
pemimpin yang durhaka (jahat).” (HR. An
Nasai dari Abu Hurairah).
Apakah kita pernah melakukan salah satu dari
empat hal yang dapat memancing kemurkaan Allah sebagaimana tersebut pada hadits
di atas? Misalnya bersumpah palsu hanya demi barang dagangan laku terjual.
Mengatakan hal-hal yang baik saja tentang produk tersebut, padahal ada cacat
dan keburukan pada barang dagangan tersebut. Sesungguhnya Allah murka pada
penjual yang suka bersumpah palsu. Demikian juga seorang fakir yang sombong,
yang mungkin saja merasa sudah menjadi ahli surga atas kefakirannya, sehingga
berhak mengkafirkan orang lain atau menganggap selainnya adalah hamba Allah
yang lebih buruk darinya. Astaghfirullah. Sungguh malang orang yang fakir di
dunia maupun di akhirat. Allah murka pada orang seperti ini.
Selanjutnya, Allah pun murka pada seorang
yang sudah lanjut usia tapi masih saja melakukan zina. Padahal semestinya
bertambahnya umur membuat seseorang makin mendekat pada Allah dengan
amalan-amalan shaleh, bukan malah masih berkubang dalam maksiat yang
menjijikkan. Selain itu, Allah menjatuhkan murkanya pada seorang pemimpin yang
berbuat durhaka (jahat), baik pemimpin suatu negeri, instansi, atau bahkan
pemimpin di suatu kelompok kecil sekalipun. Tak sepatutnya seorang pemimpin
berbuat kezaliman, karena pemimpin merupakan inspirasi bagi pengikutnya. Pemimpin
yang durhaka dan bahkan menzalimi orang yang dipimpinnya tentu saja pantas
mendapat murka Allah. Na’udzubillah min dzalik, semoga kita terjauh dari
hal-hal tersebut.
Akan tetapi, Sahabat, ketahuilah bahwa
sedekah secara sembunyi-sembunyi atau rahasia, ternyata mampu untuk meredakan
kemurkaan Allah. Ini menjadi catatan penting bagi seorang yang berbuat dosa dan
ingin bertaubat serta menghindarkan diri dari kemurkaan Allah, maka iringilah
taubat tersebut dengan sedekah rahasia! “Sesungguhnya sedekah secara rahasia
bisa meredam murka Rabb (Allah) tabaroka wa ta’ala.” (HR.
ath-Thabrani)
Sedekah secara rahasia tentu saja dilakukan
secara diam-diam tanpa diketahui seorang pun, ini berarti sedekah tersebut
memang dimaksudkan untuk menarik perhatian Allah saja, tak ada maksud untuk
pamer pada makhlukNya. Selain dapat meredam murka Allah, sedekah
sembunyi-sembunyi ini juga bisa membuat sebagian kesalahan-kesalahan kita
terhapus, terutama kesalahan atau dosa yang pernah kita lakukan terhadap Allah.
“Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu
adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada
orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan
menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa
yang kamu kerjakan.” (QS. Al
Baqarah: 271). Oleh sebab itu, jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah.
Sekalipun kita melakukan perbuatan dosa yang membuatNya murka, namun rahmat
Allah senantiasa mendahului kemurkaannya. Bahkan kita telah diajarkan cara
untuk meredakan kemurkaanNya, subhanallah!
“Sesungguhnya
rahmat-Ku lebih mengalahkan kemurkaan-Ku.” (HR.
Bukhari no. 6855 dan Muslim no. 2751)
Semoga kita terhindar dari perbuatan yang
mendatangkan kemurkaan Allah, serta selalu menyibukkan diri dengan
amalan-amalan tersembunyi yang tak diketahui makhluk, termasuklah melakukan
sedekah rahasia. Dengan demikian, semoga Allah mengampuni sebagian besar
kesalahan yang pernah kita lakukan. Aamiin. (SH)
Amalan yang
Lebih Baik dari Sedekah Emas
“Karena itu,
ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah
kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. Al Baqarah: 152)
Apakah bersedekah dengan emas dan perak
merupakan satu amalan yang kecil nilainya? Tentu saja tidak! Lalu bagaimana
dengan amalan berjihad di jalan Allah? Membunuh musuh atau terbunuh oleh musuh.
Apakah hal tersebut adalah perkara sepele? Tentu saja tidak! Akan tetapi
ternyata ada satu amalan yang terlihat ringan, padahal nilainya lebih besar
daripada menginfakkan emas dan perak, juga lebih besar daripada membunuh musuh
atau terbunuh saat berjihad di jalan Allah.
Rasulullah menyatakan amalan ini sebagai yang
paling baik, paling suci, dan paling menaikkan derajat di sisi Allah. Amalan
apakah itu?
”Maukah kuberitahukan kepadamu suatu amalan
yang paling baik dan paling suci disi Tuhanmu, dan paling menaikan derajatmu,
dan lebih baik bagimu daripada menginfakkan emas dan perak, serta lebih baik
bagimu daripada berjuang melawan musuh, kamu membunuh musuh atau musuh
membunuhmu.” Para sahabat menjawab “Ya.”Sabda Rasulullah, “Dzikrullah.” (HR.
Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah)
Sungguh luar
biasa nilai dzikrullah alias mengingat Allah. Jika kita menginfakkan emas dan
perak, bisa saja dengan niat ingin dikatakan sebagai dermawan, dan niat riya’
ini menjadikan amalan tersebut tak ada nilainya di hadapan Allah.
Demikian pula ketika kita turut berjihad di
medan perang, meski bertaruh nyawa, sangat mungkin niat bergeser agar dikatakan
sebagai pemberani oleh kebanyakan manusia. Hanguslah pahala kebaikan yang
diperoleh hanya karena bergesernya niat. Itu sebabnya dzikrullah bernilai tinggi
dan suci, justru dikarenakan ia adalah aktivitas hati dan lisan dalam mengingat
Allah. Itupun hendaknya dilakukan dengan suara lirih. Apakah yang bisa
diharapkan oleh orang yang berdzikir mengingati Allah selain mencapai ridhoNya,
serta untuk menenteramkan hatinya?
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami
dari siksa neraka.” (QS. Ali
Imran-191)
Orang-orang yang enggan berdzikir di kala
duduk atau berbaring di suatu tempat, pastilah merupakan orang yang merugi. Bagaimana
tidak? Bukankah dzikrullah merupakan amalan yang amat sederhana, tidak
mengeluarkan biaya, tenaga, juga tak memerlukan waktu khusus, jika amalan
sederhana ini saja tidak kita lakukan, bukankah kita amat merugi? “Barangsiapa
duduk di suatu tempat, lalu tidak berdzikir kepada Allah di dalamnya, pastilah
dia mendapatkan kerugian dari Allah, dan barangsiapa yang berbaring dalam suatu
tempat lalu tidak berdzikir kepada Allah, pastilah mendapatkan kerugian dari
Allah.” (HR. Abu Daud)
Bahkan jika dibandingkan antara orang yang
hatinya terbiasa berdzikir dengan yang tidak, ibarat seorang yang hidup dengan
sesosok mayat. Na’udzubillah, jangan sampai kita menjadi sesosok mayat hidup
dikarenakan hati kita lalai dari mengingat Allah. “Perumpamaan orang yang
berdzikir kepada Allah dan orang yang tidak berdzikir, adalah seumpama orang
yang hidup dan mati.” (HR. Bukhari). Dan yang perlu digarisbawahi, berbeda
dengan amalan shaleh lainnya, dzikrullah tidak mementingkan sebaik-baik amal,
melainkan menyuruh kita untuk berdzikir sebanyak-banyaknya, terutama di kala
pagi dan petang.
“Hai orang-orang yang beriman berdzikirlah
kepada Allah sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah di waktu pagi dan petang.” (QS. Al Ahzab: 41-42). Dengan demikian marilah kita berdzikir
sebanyak-banyaknya di setiap waktu, mengingat Allah baik di kala berdiri, duduk,
maupun berbaring. Boleh saja kita seumur hidup tak mampu bersedekah dengan emas
dan perak atau berjihad di medan perang, akan tetapi jangan sampai hari-hari
kita terlalaikan dari dzikrullah. Aamiin yaa rabbal ‘alamiin. (SH)
Sedekah bukanlah
Mesin Cuci atau Mesin Fotocopy
“Wahai
sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu baik. Dia tidak akan menerima sesuatu
melainkan yang baik pula.” (HR. Muslim)
Sungguh menyenangkan mengetahui makin banyak
umat Islam yang gemar bersedekah. Akan tetapi kita masih perlu mewaspadai soal
tergelincirnya niat, jangan sampai sedekah malah diniatkan sebagai ‘mesin cuci’
atau ‘mesin fotokopi’! Apa yang dimaksud sedekah sebagai ‘mesin cuci’? Kita
semua tentu sudah tak asing lagi dengan istilah korupsi, uang pelicin, amplop
tak jelas asal-muasalnya, dan juga riba. Nah, ada sebagian orang yang
memperlakukan sedekah seolah ‘mesin cuci’, yakni dapat membersihkan uang haram
yang mereka peroleh.
Dengan mengeluarkan sedekah untuk kaum dhuafa
dan anak yatim, mereka merasa dosa mendapatkan harta dari cara yang bathil akan
bersih seketika. Benarkah demikian? Memang benar urusan diterima atau tidaknya
suatu amalan merupakan hak Allah yang menentukan, akan tetapi kita juga tak
boleh mengabaikan aturan syariat yang bersumber dari Quran dan hadits
Rasulullah, karena nyatanya Rasulullah pernah menyatakan bahwa sedekah dari
harta haram takkan diterima. “Tidaklah
diterima shalat tanpa bersuci, tidak pula sedekah dari harta haram.” (HR.
Muslim no. 224). Dengan demikian, jelas bahwa sedekah bukanlah ‘mesin cuci’.
Sebisa mungkin kita perlu menjauhi harta yang diperoleh dengan cara bathil
ataupun tak jelas asal-usulnya. Jangan malah bergembira mendapat jatah uang
ataupun fasilitas yang sebenarnya bukanlah hak kita.
Satu lagi niat yang perlu diwaspadai seputar
sedekah adalah menjadikan sedekah sebagai ‘mesin fotokopi’. Apa maksudnya? Memang
tepat sekali jika dikatakan sedekah tak hanya mendapat ganjaran pahala di
akhirat, tapi juga akan diganti oleh Allah dengan jumlah nominal berkali-kali
lipat di dunia. Namun hal ini bukan berarti kita boleh meniatkan sedekah
sebagai mesin fotokopi yang bisa menggandakan uang!
“Celakalah
hamba dinar, dirham, qothifah dan khomishoh. Jika diberi, dia pun ridho. Namun
jika tidak diberi, dia tidak ridho, dia akan celaka dan akan kembali binasa.”
(HR. Bukhari. Catatan: Qothifah adalah
sejenis pakaian yang memiliki beludru. Sedangkan khomishoh adalah
pakaian yang berwarna hitam dan memiliki bintik-bintik merah. (I’aanatul
Mustafid, 2/93)). Sungguh celaka jika niat sedekah kita
hanyalah untuk mendapatkan ganti harta yang berlipat ganda. Bukankah segala
amalan disandarkan pada niatnya? Ketika seseorang meniatkan sedekahnya agar
mendapat ganti harta yang lebih banyak, ia akan lebih peka dan sensitif jika
tak memperoleh apa yang sudah diperhitungkannya.
“Saya sudah sedekah satu juta Rupiah,
seharusnya saya minimal dapat ganti sepuluh juta dong, tapi kok ini cuma dapat
ganti satu setengah juta saja? Tahu begitu lebih baik tak usah sedekah banyak-banyak.”
Memang benar ada orang yang langsung dibalas sepuluh kali lipat atau bahkan
ratusan kali lipat dari jumlah sedekah yang ia keluarkan, dan hal ini sangat
mungkin memotivasi kita untuk tidak pelit dalam menafkahkan harta di jalan
Allah. Sayangnya, amalan dengan tujuan duniawi sangat mungkin hanya mendapatkan
keuntungan di dunia saja: “Barangsiapa yang
menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada
mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu
tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat,
kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di
dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Hud : 15-16)
Padahal tanpa kita niatkan mendapat ganti
berlipat ganda, Allah sudah pasti akan mengganti sedekah kita berkali lipat,
jadi mengapa kita tak meniatkan sedekah untuk kebaikan akhirat saja?
Sedekah mungkin merupakan salah satu amalan
yang berefek paling dahsyat baik di dunia maupun akhirat, akan tetapi semoga
kita tak terjebak niat rendah hanya menjadikan sedekah semata-mata sarana untuk
‘mencuci dosa’ atau ‘menggandakan uang’ karena dengan demikian, kita takkan
benar-benar dapat merasakan kelezatan bersedekah. (SH)
Sedekah Tanpa Uang
Banyak orang
yang masih saja mengaitkan sedekah dengan sejumlah nominal uang, padahal
Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wassalam telah menjelaskan bahwa sedekah tak
harus mengeluarkan uang atau harta benda lainnya. Jika sedekah hanya bisa
diberikan dalam bentuk uang atau harta berharga, bagaimanakah cara orang miskin
bersedekah? Sedangkan untuk makan saja mereka merasa sulit, apalagi memberi
harta yang tak dimilikinya, tentu tak bisa dilakukan.
Hal ini pernah ditanyakan oleh sebagian
Sahabat Rasulullah dari kaum fakir, “Wahai Rasulullah, orang-orang kaya lebih
banyak mendapat pahala, mereka mengerjakan shalat sebagaimana kami shalat,
mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, dan mereka bersedekah dengan
kelebihan harta mereka.” Rasulullah bersabda, “Bukankah Allah telah
menjadikan bagi kamu sesuatu untuk bersedekah? Sesungguhnya tiap-tiap tasbih
adalah sedekah, tiap-tiap tahmid adalah sedekah, tiap-tiap tahlil adalah
sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah kemungkaran adalah
sedekah dan persetubuhan salah seorang di antara kamu (dengan istrinya) adalah
sedekah.”
Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah
(jika) salah seorang di antara kami memenuhi syahwatnya, ia mendapat pahala?” Rasulullah menjawab,
“Tahukah engkau jika seseorang memenuhi syahwatnya pada yang haram, dia
berdosa. Demikian pula jika ia memenuhi syahwatnya itu pada yang halal, ia
mendapat pahala.” (HR. Muslim no. 2376).
Subhanallah. Betapa banyak sedekah yang dapat
dilakukan tanpa perlu mengeluarkan uang sepeser pun, sehingga tak ada alasan
sama sekali untuk tidak bersedekah setiap harinya.
Berikut ini daftar perbuatan yang dapat
bernilai sedekah:
1. Tersenyum dan berwajah ceria. Selain dapat
membuat wajah terlihat lebih muda, tersenyum juga memiliki nilai sedekah jika
memang diniatkan untuk bersedekah atau membahagiakan orang lain. “Senyummu
terhadap saudaramu adalah sedekah.” (HR. Tirmidzi, no. 1956). Oleh karena
itu, jangan sekali-kali meremehkan senyuman atau wajah cerah ceria karena bisa
jadi hal tersebut bernilai besar di hadapan Allah. “Janganlah engkau
meremehkan kebaikan sekecil apapun, walaupun itu hanya berupa wajah ceria di
hadapan saudaramu!” (HR. Muslim, no.2626)
2. Berdzikir
Memperbanyak ucapan takbir, tahmid, tahlil,
tasbih, dan istighfar merupakan bentuk sedekah bagi persendian kita. Maka
dzikir-dzikir tersebut dapat bernilai sedekah jika diniatkan demikian. “Sesungguhnya,
setiap anak Adam diciptakan terdiri dari 360 persendian. Barangsiapa yang
mengucapkan takbir, tahmid, tahlil, tasbih, dan istighfar kepada Alloh;
menyingkirkan batu, duri, atau tulang yang menghalangi jalan manusia; dan
beramar makruf nahi munkar; maka yang demikian itu dihitung setara dengan 360
persendian, karena sesungguhnya pada hari itu ia berjalan dalam keadaan
menjauhkan dirinya dari api neraka.” (HR Muslim)
3. Mengucapkan salam
Jangan pernah pelit dalam mengucap salam,
apalagi mempermainkannya dengan cara menyingkat ucapan salam menjadi suatu
perkataan yang tak bermakna, terutama saat kita berkirim pesan elektronik. Betapa
banyak orang yang menyingkat salam menjadi “Ass”, “Askum”, ataupun singkatan
lainnya yang justru buruk artinya. Padahal mengucap dan menyebar salam pada
sesama muslim merupakan sedekah yang luar biasa nilainya. “Ucapan salam
terhadap hamba Allah adalah sedekah…” (HR Ahmad dan Al-Albani
menshahihkannya dalam As-Silsilah Ash-Shahihah)
4. Menanam tanaman
Siapa yang senang bercocok tanam? Ketahuilah
bahkan menanam tanaman pun ternyata bernilai sedekah, bahkan sekalipun buah
dari tanaman itu dicuri atau dimakan burung dan hewan lainnya. “Tiada seorang Muslim yang menanam tanaman
kecuali yang ia makan itu bernilai sedekah, yang dicuri bernilai sedekah, yang
dimakan binatang buas bernilai sedekah dan yang dimakan burung juga bernilai
sedekah. Begitu pula yang berkurang karena diminta oleh seseorang juga bernilai
sedekah baginya.” (HR. Muslim)
5. Berkata yang baik
Sungguh Allah amat pemurah, bahkan sekedar
berkata-kata yang baik pun bisa terhitung sedekah. Maka, mari biasakan memilih
kata-kata yang baik dan menghindari ucapan kasar dan kotor sekalipun seluruh
manusia di sekitar kita sudah terbiasa memenuhi mulutnya dengan perkataan
buruk. “Perkataan yang baik adalah sedekah.” (HR Muslim)
6. Setiap langkah menuju shalat. Apa yang
membuat kita malas melangkah menuju tempat shalat? Ketahuilah bahwa setiap
langkah kita menuju shalat terhitung sebagai sedekah.
“Setiap
langkah yang engkau ayunkan menuju shalat adalah sedekah.” (HR. Muslim)
7.
Menyingkirkan duri atau penghalang di jalan umum
“Menyingkirkan
duri di jalan juga sedekah.” (HR.
Muslim)
Pernahkah melihat paku di tengah jalan? Atau
ranting pohon yang menghalangi jalan? Jangan sungkan untuk menyingkirkan
berbagai penghalang di jalan umum karena hal tersebut juga dapat bernilai
sedekah.
8. Menyuruh kebaikan
Banyak yang malas mengajak orang lain berbuat
kebaikan, padahal hal tersebut bernilai sedekah. Misalkan, mengajak seseorang
untuk shalat, ikut pengajian, memakan makanan yang halal thoyib, menganjurkan
seseorang menikah, dan lain sebagainya. “Menyuruh kepada kebaikan adalah
sedekah.” (HR. Muslim)
9. Mencegah kemungkaran. Ada pula yang
sungkan menegur orang lain yang berbuat kemungkaran, misalnya ada seseorang
merokok di ruangan yang sama dengan bayi dan anak-anak, suruhlah orang tersebut
untuk mematikan rokoknya. Dengan demikian kita telah melakukan sedekah. Hal
lainnya, mintalah kenalan kita yang suka berpakaian mini untuk memanjangkan rok
dan bajunya agar lebih terlihat santun. Atau, hal-hal lainnya yang bersifat
mencegah kemungkaran. “Mencegah kemungkaran adalah sedekah.” (HR.
Muslim)
10. Berhubungan intim dengan pasangan hidup. Bahkan
menyalurkan syahwat pada pasangan yang halal pun bernilai sedekah. Oleh sebab
itu, tak ada alasan untuk berbuat zina yang merupakan perbuatan keji. Tentu
saja tetap diperlukan adab-adab dalam berhubungan suami istri agar sama-sama
memperoleh rahmat Allah. “dan persetubuhan salah seorang di antara kamu
(dengan istrinya) adalah sedekah.” (HR. Muslim).
Demikianlah
10 contoh sedekah tanpa perlu mengeluarkan uang yang semoga saja dapat
menginspirasi kita berbuat banyak kebaikan. Ternyata berbuat baik itu sederhana
dan mudah dilakukan. Alangkah meruginya jika kita tetap saja menjadi manusia
yang enggan bersedekah. Wallaahualam. (SH) (Sumber: tabungwakaf.com)
Editor:
Ustaz Sofyan Kaoy Umar, MA, CPIF. Email: ustazsofyan@gmail.com