Lafal Niat Zakat Fitrah
Seluruh amal ibadah harus melibatkan niat.
Bukan hanya ibadah wajib tapi juga ibadah sunnah. Niat merupakan bagian dari
penentu sah atau tidaknya suatu amalan. Tak terkecuali pada pelaksanaan zakat
fitrah yang wajib ditunaikan oleh setiap individu Muslim, baik laki-laki,
perempuan, dewasa, anak-anak, merdeka, atapun hamba sahaya. Niat adalah iktikad tanpa ragu untuk melaksanakan
sebuah perbuatan. Meski niat adalah urusan hati, melafalkannya (talaffudh)
akan membantu seseorang untuk menegaskan niat tersebut. Talaffudh berguna dalam
memantapkan iktikad karena niat terekspresi dalam wujud yang konkret, yaitu
bacaan atau lafal. Berikut beberapa lafal
niat zakat fitrah dalam bahasa Arab:
Niat Zakat Fitrah untuk Diri Sendiri
Niat Zakat Fitrah untuk Diri Sendiri
ﻧَﻮَﻳْﺖُ
أَﻥْ أُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻋَﻦْ ﻧَﻔْسيْ ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
“Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk
diriku sendiri, fardu karena Allah Ta‘âlâ.”
Niat Zakat Fitrah untuk Istri
Niat Zakat Fitrah untuk Istri
ﻧَﻮَﻳْﺖُ
ﺃَﻥْ ﺃُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِﻋَﻦْ ﺯَﻭْﺟَﺘِﻲْ ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
“Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk istriku, fardu karena Allah Ta‘âlâ.”
Niat Zakat Fitrah untuk Anak Laki-laki
ﻧَﻮَﻳْﺖُ
ﺃَﻥْ ﺃُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻋَﻦْ ﻭَﻟَﺪِﻱْ ... ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
“Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk anak laki-lakiku…. (sebutkan nama), fardu karena Allah Ta‘âlâ.”
Niat Zakat Fitrah untuk Anak Perempuan
ﻧَﻮَﻳْﺖُ
ﺃَﻥْ ﺃُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِﻋَﻦْ ﺑِﻨْﺘِﻲْ ... ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
“Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk anak perempuanku…. (sebutkan nama), fardu karena Allah Ta‘âlâ.
Niat Zakat Fitrah untuk Diri Sendiri dan Keluarga
ﻧَﻮَﻳْﺖُ
ﺃَﻥْ ﺃُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻋَنِّيْ ﻭَﻋَﻦْ ﺟَﻤِﻴْﻊِ ﻣَﺎ ﻳَﻠْﺰَﻣُنِيْ
ﻧَﻔَﻘَﺎﺗُﻬُﻢْ ﺷَﺮْﻋًﺎ ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
“Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk diriku dan seluruh orang yang nafkahnya menjadi tanggunganku, fardu karena Allah Ta‘âlâ.”
Niat Zakat Fitrah untuk Orang yang Diwakilkan
ﻧَﻮَﻳْﺖُ
ﺃَﻥْ ﺃُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻋَﻦْ (..…) ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
“Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk… (sebutkan nama spesifik), fardu karena Allah Ta‘âlâ.”
Saat menerima zakat fitrah, seorang penerima disunnahkan mendoakan pemberi zakat dengan doa-doa yang baik. Doa bisa dilafalkan dengan bahasa apa pun. Di antara contoh doa tersebut adalah seperti di bawah ini:
ﺁﺟَﺮَﻙ
ﺍﻟﻠﻪُ ﻓِﻴْﻤَﺎ ﺍَﻋْﻄَﻴْﺖَ، ﻭَﺑَﺎﺭَﻙَ ﻓِﻴْﻤَﺎ ﺍَﺑْﻘَﻴْﺖَ ﻭَﺟَﻌَﻠَﻪُ ﻟَﻚَ
ﻃَﻬُﻮْﺭًﺍ
“Semoga Allah memberikan pahala atas apa yang engkau berikan, dan semoga Allah memberikan berkah atas harta yang kau simpan dan menjadikannya sebagai pembersih bagimu.”
Apabila Ramadhan akan berakhir maka Itu artinya kewajiban zakat fitrah pun harus disegerakan. Penyerahan zakat paling lambat ialah sebelum shalat ‘Id diselenggarakan. Bila dilakukan setelah shalat ‘Id, maka zakat yang diserahkan dinilai sebatas sedekah biasa. Maka dari itu, segerakanlah membayar zakat sebelum temponya habis.
Ibadah zakat memiliki aturan dan ketentuan yang harus dipenuhi. Tidak semua orang diwajibkan untuk berzakat. Andaikan semuanya, tentu ini sangat memberatkan. Oleh sebab itu, penting kiranya untuk mengetahui siapa saja orang yang diwajibkan membayar zakat fitrah. Muhammad bin Qasim Al-Ghazi dalam Fathul Qarib menyebut tiga kelompok yang wajib atas mereka membayar zakat fitrah. Ketiga kelompok yang dimaksud ialah:
الإسلام،
فلا فطرة على كافر أصلي إلا في رقيقه وقريبه المسلمين، وبغروب الشمس من آخر يوم من
شهر رمضان، وحينئذ فتخرج زكاة الفطر عمن مات بعد الغروب دون من ولد بعده، ووجود
الفضل، وهو: يسار الشخص بما يفضل عن قوته وقوت عياله في ذلك اليوم، أي: يوم عيد
الفطر، وكذا ليلته أيضا. ويزكي الشخص عن نفسه وعمن تلزم نفقته من المسلمين، فلا
يلزم المسلم فطرة عبد وقريب وزوجة كفار، وإن وجبت نفقتهم
“Pertama, Islam dan tidak ada kewajiban zakat bagi orang kafir, kecuali budak dan kerabat Muslim dari orang kafir tersebut. Kedua, mereka masih diberi kehidupan hingga matahari terbenam pada akhir Ramadhan. Karenanya, bila ada yang meninggal setelah terbenam matahari, ia masih dikenakan kewajiban zakat. Hal ini berbeda dengan anak yang lahir setelah terbenam matahari, dia tidak diwajibkan zakat. Ketiga, dia memiliki kemudahan dan kesanggupan, atau memiliki makanan pokok yang melebihi dari kebutuhannya dan keluarganya pada hari tersebut, maksudnya pada saat hari Raya atau malamnya.
Setiap
orang diwajibkan membayar zakat serta membayar zakat orang yang masih menjadi
tanggungannya. Mereka tidak diwajibkan membayar zakat budak, saudara, dan istri
yang kafir, sekalipun menjadi tanggungannya. Seseorang wajib menanggung zakat
dirinya dan orang yang wajib dinafkahi. Seseorang tidak wajib membayarkan zakat
fitrah budak, kerabat, dan istrinya yang kebetulan beragama di luar Islam
sekalipun mereka wajib dinafkahi.” Jadi ada tiga orang yang diwajibkan zakat:
beragama Islam, masih hidup pada saat matahari terbenam, dan memiliki kelebihan
makanan pokok pada saat hari raya dan malamnya. Kewajiban zakat fitrah tidak
hanya berlaku untuk diri sendiri, tetapi kita mesti membayarkan zakat orang
yang menjadi tanggungan kita, seperti anak dan istri.
Bagi siapa yang merasa memenuhi tiga persyaratan ini, bayarlah zakat dengan segera. Pembayaran zakat bertujuan untuk menyucikan diri orang yang puasa dan sekaligus momen untuk berbagi dengan sesama, terutama orang miskin. Jangan sampai pada hari berbahagia itu, masih ada saudara kita yang tidak dapat menikmati kebahagiaan hari raya karena masalah finansial.
Bagi siapa yang merasa memenuhi tiga persyaratan ini, bayarlah zakat dengan segera. Pembayaran zakat bertujuan untuk menyucikan diri orang yang puasa dan sekaligus momen untuk berbagi dengan sesama, terutama orang miskin. Jangan sampai pada hari berbahagia itu, masih ada saudara kita yang tidak dapat menikmati kebahagiaan hari raya karena masalah finansial.
Bagi siapa pun juga di mana pada waktu maghrib
1 Syawal (waqtul wujub) berada di salah satu daerah tertentu, zakat
fitrahnya harus dikeluarkan kepada mustahiqqin (orang yang
berhak menerima zakat) setempat yaitu di daerah di mana dia berada saat
itu. Sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh Syekh Nawawi al Bantani
dalam kitab Nihayatuz Zain, halaman 182:
أما
زكاة الفطر فمحل الوجوب هو الذى غربت شمس آخر يوم من رمضان والشخص فيه
"Adapun zakat fitrah, posisi kewajibannya adalah pada saat matahari tenggelam pada akhir bulan Ramadhan sedang orang itu berada di dalam suatu tempat di mana ia berada." Referensi ini juga didukung oleh banyak pendapat Syafi’iyyah, di antaranya juga disebut pada redaksi kitab lain, Itsmidil ‘Ain:
تجب
زكاة الفطر فى الموضع الذى كان الشخص فيه عند الغروب
"Zakat fitrah wajib (dikeluarkan) di tempat di mana seseorang berada pada saat matahari tenggelam."
Adapun mengeluarkan zakat di luar daerah di mana ia berada pada saat matahari tenggelam pada akhir Ramadhan menurut pendapat mayoritas ulama tidak diperbolehkan. Sebagaimana diungkapkan dalam kitab Bughyatul Mustarsyidin yang dikutip dalam Ahkamul Fuqaha’, halaman 161-162 adalah sebagai berikut:
الراجح
فى المذهب عدم جواز نقل الزكاة واختار جمع الجواز كابن عجيل وابن الصلاحوغيرهما.
قال ابو مخرمة وهو المختار اذا كان لنحو قريب. واختاره الرويانى ونقله الخطابي عن
اكثر العلماء وبه قال ابن عتيق فيجوز تقليد هؤلاء (مسئلة ي ك) لا يجوز نقل الزكاة
والفطرة على الاظهر من اقوال الشافعي، نعم استثني فى التحفة والنهاية ما يقرب من
الموضع ويعد معه واحدا وان خرج عن السور. زاد ك و ح. قال فالموضع الذى حال الحول
والمال فيه هو محل اخراجه هذا ان كان قارا ببلد وان كان سائرا ولم يكن نحو المالك
معه جاز تأخيرها حتى يصل اليه والموضع الذى غربت الشمس والشخص به هو محل اخراج
فطرته
"Pendapat madzhab (Syafii) yang paling unggul tidak memperbolehkan pemindahan zakat ke daerah lain. Sekelompok ulama memilih diperbolehkan pemindahan zakat seperti pendapat Ibnu Ujail dan Ibnu Shalah. Yang lebih baik menurut Abu Makhramah adalah (kebolehan memindah zakat) untuk daerah yang dekat. Pendapat ini juga dianut oleh Imam Ar Rauyani, Al Khattabi, Ibnu Atiq dan sebagian besar ulama, maka boleh mengikuti mereka itu. Menurut salah satu pendapat Imam As Syafii yang lebih memilih shahih, tidak diperkenankan memindah zakat (maal) dan fitrah. Dalam kitab Tuhfah dan Nihayah terdapat pengecualian untuk daerah yang berdekatan dan masih dianggap satu walaupun di luar perbatasan.
Daerah
tempat perputaran harta merupakan tempat pengeluaran zakatnya. Hal ini jika ia
menetap di suatu tempat sedangkan ia bepergian maka boleh mengakhirkan zakat
sehingga sampai ke tempatnya. Dan daerah terbenamnya matahari dan orang yang
berada di sana merupakan tempat pengeluaran zakat fitrahnya."
Zakat
fitrah berbeda dengan zakat harta benda. Karena zakat fitrah merupakan satu
rangkaian yang tidak terpisahkan dengan ibadah puasa Ramadhan. Bila ibadah
puasa berfungsi untuk mensucikan diri dan jiwa seorang muslim, maka zakat
fitrah berfungsi mensucikan harta mereka dari segala kotoran yang selama ini
terkumpul ketika bermuamalah dengan sesama manusia. Mengenai hal ini Rasulullah
saw menggambarkan dalam haditsnya:
قال
النبي صلى الله عليه وسلم صوم شهر رمضان معلق بين السماء والأرض ولايرفع الابزكاة
الفطر
Nabi
saw bersabda “puasa bulan Ramadhan digantungkan antara langit dan bumi, dan
tidak akan diterima (dengan sempurna oleh Allah swt) kecuali dengan zakat
fitrah.
Demikianlah zakat fitrah yang
harus dikeluarkan oleh setiap orang muslim baik laiki-laki maupun perempuan,
anak-anak maupun orang dewasa, yang menjumpai bulan Ramadhan dan bulan Syawal
dan memiliki kelebihan rizki persediaan untuk siang dan malamnya idul fitri.
inilah tiga syarat zakat fitrah.
Dengan kata lain zakat fitrah
merupakan zakat jiwa. Zakat yang diwajibkan pada setiap manusia muslim yang
bernyawa. Maka seorang muslim yang menjadi tulang punggung keluarga (suami
misalkan) wajib menunaikan zakat semua anggota keluarga yang menjadi
tanggungannya. Seperti anak, istri, mertua dan orang-orang dilingkungannya yang
kebutuhan sehari-hari mereka ditanggungnya.
Oleh karena itu seorang bayi
yang lahir pada hari terakhir (seblum maghrib) bulan Ramadhan, sama wajibnya
membayar zakat fitrah seperti orang dewasa lainnya, karena dia telah berjumpa
dengan Ramadhan dan akan menghadapi bulan Syawal . Tetapi sebaliknya orang yang
meninggal di hari terakhir bulan sebelum memasuki hari pertama bulan Syawal
tidak diwajibkan menunaikan zakat fitrah.
Adapun zakat fitrah itu berupa
makanan pokok sebesar 1 sho’ atau dalam konteks negara Indonesia berupa
beras sebanyak 2,5 kg. Sebagaimana hadits Rasulullah saw:
عن
ابن عمر رضي الله عنهما قال: فرض رسول الله صلى الله عليه وسلم زكاة الفطر صاعا من
تمر او صاعا من شعير على العبد والحر والذكر والأنثى والصغير والكبير من المسلمين
وأمر بها ان تؤدى قبل خروج الناس الى الصلاة
Dari
Ibnu Umar ra Rasulullah saw mewajibkan zakat fitrah satu sha’ kurma, atau
gandum bagi muslim yang hamba dan muslim yang merdeka laki-laki maupun
perempuan, baik muslim anak-anak ataupun orang tua. Dan hendaklah zakat
fitrah ditunaikan sebelum orang-orang selesai mengerjakan halat id.
Hadits di atas juga menyebutkan
ihwal penunaian zakat fitrah yang hendaknya dilakukan seusai bulan Ramadhan
hingga menjelang shalat id. Itu adalah prime time pelaksanaan zakat
fitrah. Namun para fuqaha juga memperbolehkan membayar zakat fitrah semenjak
awal Ramadhan, yang diistilahkan dengan nama ta’jil. Adapun jika zakat
ditunaikan setelah shalat id, maka zakat tersebut berubah fungsi sebagai
shadaqah biasa, bukan zakat fitrah dan hukumnya makruh.
عن
ابن عباس رضي الله عنهما قال: فرض رسول الله صلى الله عليه وسلم صدقة الفطر طهرة
للصائم من اللغو والرفث طعمة للمساكين فمن اداها قبل الصلاة فهى زكاة مقبولة, ومن
اداها بعد الصلاة فهى صدقة من الصدقات
Dari
Ibnu Abbas ra. berkata: Rasulullah saw mewajibkan zakat fitrah untuk menyucikan
orang yang berpuasa dari perbuatan yang tidak berguna dan ucapan kotor, serta
untuk memberikan makanan orang miskin. Maka barang siapa mengeluarkan zakat
sebelum shalat id maka itulah zakat fitrah yang terqabul, dan barang siapa yang
memberika zakat setelah shalat id maka itu termasuk shadaqah.
Hukum Zakat Fitrah dalam bentuk Uang
Ulama Syafi’iyyah sepakat bahwa zakat fitrah tidak boleh
diberikan kepada penerima zakat (mustahiq) dalam bentuk uang. Meskipun
seperti itu, praktiknya di beberapa daerah di Indonesia masih banyak yang
kurang memahami kesepakatan ulama ini. Menyikapi fenomena itu, Lembaga
Bahtsul Masail (LBM) Pesantren Sirojuth Tholibin, Brabo, Tanggungharjo,
Grobogan Jawa Tengah, memberikan penjelasan terkait zakat dengan menggunakan
uang atau melalui uang. Terma melalui uang artinya alat tukar
tersebut hanya sebagai perantara sehingga penyaluran zakat tetap dalam bentuk
makanan pokok.
Di sini panitia menjelaskan bahwa konsep-konsep tersebut sesuai
dengan ketentuan syariat, tapi masyarakat tetap dimudahkan yaitu bisa berangkat
dari rumah dengan membawa uang menuju stand/pos zakat setempat. Pertama, panitia
zakat menyuplai beras dengan membeli atau bermitra kepada salah satu toko
penyedia beras di mana setiap muzakki yang datang membawa uang akan dilayani
jual beli murni dengan beras yang disediakan oleh panitia terlebih dahulu.
Setelah muzakki menerima beras, transaksi penerimaan zakat baru kemudian
dijalankan sebagaimana biasanya.
Sementara ini, ada beberapa tempat yang sudah menjalankan sistem
jual beli mirip seperti di atas, namun kesalahannya terletak pada beras yang
dibuat transaksi jual beli bukan beras murni persediaan panitia, tapi beras
yang telah diterima panitia dari hasil zakat beras orang lain yang terlebih
dahulu datang kemudian beras zakat itu dijual kembali kepada muzakki lain yang
datang kemudian. Menjual beras zakat seperti ini tidak diperbolehkan.
Kedua, panitia yang tidak resmi mendapat SK dari pemerintah tidak
dinamakan sebagai amil, mereka hanya berlaku sebagai relawan saja. Artinya
semua operasional tidak boleh dibebankan/diambilkan dari zakat. Panitia seperti
ini bisa mengambil untung dari hasil jual beli beras yang memang murni untung
jual beli untuk kepentingan operasional.
Contoh, panitia mengumumkan, masyarakat yang ingin menyalurkan
zakat melalui panitia dengan membawa beras silahkan datang dengan membawa beras
2,5 kg (ada pendapat yang 2,7 kg, silakan memilih). Bagi yang ingin membawa
uang, besar nominalnya adalah Rp. 25.000,-
Jika sekarang beras standar diasumsikan dengan besaran harga Rp.
8.400,-/kg, maka setiap kali ada muzakki yang datang membawa uang, panitia akan
untung Rp. 4.000,-/muzakki. Dengan 4 ribu inilah roda operasional panitia
berjalan tanpa mengganggu harta zakat sama sekali. Jika ada 100 orang saja yang
datang membawa uang, maka uang Rp. 400.000 sudah cukup untuk operasional
panitia yang meliputi pembelian kantong plastik, konsumsi, transport dan lain
sebagainya.
Ketiga, karena ini menyangkut jual beli murni, jual beli tidak
diperkenankan digelar di masjid. Panitia harus mendirikan stand tersendiri di
bagian yang terpisah dari masjid atau diselenggarakan di ruang serbaguna,
madrasah, pesantren atau rumah warga.
Keempat, secara umum Syafi’iyyah memandang bahwa kiai atau
ustadz bukan bagian dari sabilillah, mustahiq zakat. Mereka tidak berhak
menerima zakat kecuali jika kebetulan mereka termasuk golongan/ashnaf lain
selain sabilillah. Seperti kebetulan mereka fakir atau miskin, maka mereka
berhak menerima zakat atas nama dia sebagai fakir miskin bukan kapasitasnya
sebagai kiai atau ustadz. Hanya ada satu pendapat lemah dari kutipan Imam
Qaffal yang mengatakan guru mengaji dan sejenisnya termasuk sabilillah yang
berhak menerima zakat.
Dengan solusi alternatif demikian, harapannya, masing-masing
antara masyarakat dan panitia saling dimudahkan dengan tetap konsisten
mengikuti pendapat Syafi’iyyah
Referensi:
Zakat harus dengan makanan pokok
كاشفة
السجا لنووي الجاوي - (ج 1 / ص 270)
وواجب
الفطرة لكل واحد صاع من غالب قوت بلد المؤدى عنه وإن كان المؤدي بغيرها من جنس
واحد
Zakat fitrah tidak boleh dijual-belikan
المجموع
الجزء السادس ص : 175
( فرع ) قال أصحابنا لا
يجوز للإمام ولا للساعى بيع شىء من مال الزكاة من غير ضرورة بل يوصلها إلى المستحقين
بأعيانها لأن أهل الزكاة أهل رشد لا ولاية عليهم فلم يجز بيع مالهم بغير إذنهم فإن
وقعت ضرورة بأن وقف عليه بعض الماشية أو خاف هلاكه أو كان فى الطريق خطر أو احتاج
إلى رد جبران أو إلى مؤنة النقل أو قبض بعض شاة وما أشبهه جاز البيع للضرورة كما
سبق فى آخر باب صدقة الغنم إنه يجوز دفع القيمة فى مواضع للضرورة قال أصحابنا ولو
وجبت ناقة أو بقرة أو شاة واحدة فليس للمالك بيعها وتفرقة ثمنها على الأصناف بلا
خلاف بل يجمعهم ويدفعها إليهم وكذا حكم الإمام عند الجمهور وخالفهم البغوى فقال إن
رأى الإمام ذلك فعله وأن رأى البيع وتفرقة الثمن فعله والمذهب الأول قال أصحابنا
وإذا باع فى الموضع الذى لا يجوز فيه البيع فالبيع باطل ويسترد المبيع فإن تلف
ضمنه والله أعلم .
روضة
الطالبين وعمدة المفتين (2/ 337)
الثَّالِثَةُ: لَا
يَجُوزُ لِلْإِمَامِ وَلَا لِلسَّاعِي أَنْ يَبِيعَ شَيْئًا مِنَ الزَّكَاةِ، بَلْ
يُوَصِّلُهَا بِحَالِهَا إِلَى الْمُسْتَحِقِّينَ، إِلَّا إِذَا وَقَعَتْ
ضَرُورَةٌ، بِأَنْ أَشْرَفَتْ بَعْضُ الْمَاشِيَةِ عَلَى الْهَلَاكِ أَوْ كَانَ
فِي الطَّرِيقِ خَطَرٌ، أَوِ احْتَاجَ إِلَى رَدِّ جِيرَانٍ، أَوْ إِلَى مُؤْنَةِ
نَقْلٍ، فَحِينَئِذٍ يَبِيعُ.
Jual-beli tidak diperbolehkan di masjid
عن
عمرو بن شعيب عن أبيه عن جده قال: «نهى رسول الله صلى الله عليه وسلم عن الشراء
والبيع في المسجد، وأن تنشد فيه الأشعار» (رواه الترمذي وأبو داود وغيرهما)
Syafiiyyah sepakat zakat tidak boleh menggunakan uang
المجموع
شرح المهذب - (ج 5 / ص 428)
{ الشرح } اتفقت نصوص
الشافعي رضى الله عنه انه لا يجوز اخراج القيمة في الزكاة وبه كذا في الاصل
والصواب عليهن قطع المصنف وجماهير الاصحاب وفيه وجه ان القيمة تجزئ حكاه وهو شاذ
باطل ودليل المذهب ما ذكره المصنف (وأما) إذا اخرج سنا اعلي من الواجب كبنت لبون
عن بنت مخاض ونظائره فتجزئه بلا خلاف لحديث ابى السابق ولما ذكره المصنف (وأما)
إذا اخرج تبيعين عن مسنة فقد قطع المصنف بجوازه وهو المذهب وبه قطع الجماهير وفيه
وجه سبق في باب زكاة البقر والله تعالي اعلم
Titik khilafiyah zakat dengan uang antara Syafiiyah dengan
Hanafiyyah
المبسوط
- (ج 4 / ص 141)
( قَالَ ) : فَإِنْ
أَعْطَى قِيمَةَ الْحِنْطَةِ جَازَ عِنْدَنَا ؛ لِأَنَّ الْمُعْتَبَرَ حُصُولُ
الْغِنَى وَذَلِكَ يَحْصُلُ بِالْقِيمَةِ كَمَا يَحْصُلُ بِالْحِنْطَةِ ، وَعِنْدَ
الشَّافِعِيِّ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى لَا يَجُوزُ ، وَأَصْلُ الْخِلَافِ فِي
الزَّكَاةِ وَكَانَ أَبُو بَكْرٍ الْأَعْمَشُ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى يَقُولُ :
أَدَاءُ الْحِنْطَةِ أَفْضَلُ مِنْ أَدَاءِ الْقِيمَةِ ؛ لِأَنَّهُ أَقْرَبُ إلَى
امْتِثَالِ الْأَمْرِ وَأَبْعَدُ عَنْ اخْتِلَافِ الْعُلَمَاءِ فَكَانَ
الِاحْتِيَاطُ فِيهِ ، وَكَانَ الْفَقِيهُ أَبُو جَعْفَرٍ رَحِمَهُ اللَّهُ
تَعَالَى يَقُولُ : أَدَاءُ الْقِيمَةِ أَفْضَلُ ؛ لِأَنَّهُ أَقْرَبُ إلَى
مَنْفَعَةِ الْفَقِيرِ فَإِنَّهُ يَشْتَرِي بِهِ لِلْحَالِ مَا يَحْتَاجُ إلَيْهِ
، وَالتَّنْصِيصُ عَلَى الْحِنْطَةِ وَالشَّعِيرِ كَانَ ؛ لِأَنَّ الْبِيَاعَاتِ
فِي ذَلِكَ الْوَقْتِ بِالْمَدِينَةِ يَكُونُ بِهَا فَأَمَّا فِي دِيَارِنَا
الْبِيَاعَاتُ تُجْرَى بِالنُّقُودِ ، وَهِيَ أَعَزُّ الْأَمْوَالِ فَالْأَدَاءُ
مِنْهَا أَفْضَلُ .
Kutipan Al Qaffal yang memperbolehkan zakat diberikan kepada
kiai, ustadz
تفسير
المنير الجزء الأول ص 244
ونقل
القفال عن بعض الفقهاء فهم أجازوا صرف الصدقات الى جميع الوجوه الحير من تكفين
الموتى وبناء الحصون وعماره المسجد للأن قوله في سبيل الله عام في الكل.
==================
Kontributor:
Ulil Hadrawi; Ahmad Mundzir; Hengki Ferdiansyah; Mahbib. Editor: Ustaz Sofyan
Kaoy Umar, MA, CPIF. Email: ustazsofyan@gmail.com