a. Pengertian Wirausaha Muslim
Wirausaha (entrepreneurship) adalah suatu usaha yang dikembangkan dengan metodologi atau konsep yang dibentuk dengan topangan skill (kemampuan) yang bernilai khas, yang didukung dengan willing, dan capital yang memadai serta komprehensif kemampuan atas usaha tersebut. Selain itu juga wirausaha merupakan suatu cara memanfaatkan peluang sedemikian rupa, dimana tanggapan terhadap peluang usaha yang terungkap dalam seperangkat tindakan,pada akhirnya akan membuahkan hasil berupa organisasi usaha yang melembaga, produktif dan inovatif. Wirausaha pada dasarnya bertujuan untuk mencapai usaha yang inovatif dan bersinergi aktif di dunia bisnis. Tentu ini tidak lepas dari usaha untuk berkerja keras dan berusaha secara inovatif dan kreatif.
Dalam pandangan Islam, bekerja dan berusaha, termasuk berwirausaha boleh dikatakan merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia karena keberadaannya sebagai khalifah fil-ardh dimaksudkan untuk memakmurkan bumi dan membawanya ke arah yang lebih baik. Dalam Islam, anjuran untuk berusaha dan giat bekerja sebagai bentuk realisasi dari kekhalifahan manusia tercermin dalam surat Ar-Ra’d: 11.
"Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia." (QS. Ar-Ra'd:11)
Sebagai agama yang menekankan dengan kuat sekali tentang pentingnya keberdayaan ummatnya, maka Islam memandang bahwa berusaha atau berwirausaha merupakan bagian integral dari ajaran Islam. Terdapat sejumlah ayat dan hadis Nabi Muhammad SAW yang menjelaskan pentingnya aktifitas berusaha itu. Di antaranya :
"Apabila telah ditunaikan sholat, maka bertebaranlah di muka bumi. Dan carilah karunia Allah" ( QS Al Jumuah:10)
"Sungguh seandainya salah seorang di antara kalian mengambil beberapa utas tali, kemudian pergi ke gunung kemudian kembali memikul seikat kayu bakar dan menjualnya, kemudian dengan hasil itu Allah mencukupkan kebutuhan hidupmu, itu lebih baik daripada meminta – minta kepada sesama manusia, baik mereka memberi maupun tidak." (HR Bukhari)
Pernah suatu saat Rasulullah ditanya oleh para sahabat, “pekerjaan apa yang paling baik ya Rasulullah ? Rasulullah menjawab, seorang bekerja dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang bersih. (HR Al Bazzar)
“Pedagang yang jujur lagi terpercaya adalah bersama – sama Nabi, orang – orang shadiqin, dan para syuhada (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Perhatikan olehmu sekalian, sesungguhnya perdagangan itu di dunia ini adalah sembilan dari sepuluh pintu rezeki” (HR Ahmad)
Hadis – hadis di atas memperlihatkan bagaimana kewirausahaan merupakan aktifitas yang inhern dalam ajaran Islam. Sedemikian strategisnya kedudukan kewirausahaan dan perdagangan dalam Islam, hingga teologi Islam itu dapat disebutkan sebagai “teologi perdagangan” (commercial theology). Hal tersebut dapat dilihat dalam kenyataan bahwa hubungan timbal balik antara Tuhan dan manusia bersifat perdagangan betul, Allah adalah Saudagar sempurna. Ia (Allah) memasukkan seluruh alam semesta dalam pembukuan-Nya. Segalanya diperhitungkan, tiap barang diukur. Ia telah membuat buku perhitungan, neraca – neraca, dan Ia (Allah) telah menadi contoh buat bisnis - bisnis yang jujur.
Pengembangan kewirausahaan di kalangan masyarakat Indonesia memiliki manfaat yang terkait langsung dengan pengembangan masyarakat. Manfaat tersebut antara lain:
1. Pengembangan kewirausahaan akan memberikan konstribusi yang besar bagi perluasan lapangan kerja, sehingga dapat mengurangi angka pengangguran.
2. Berkembangnya kewirausahaan akan meningkatkan kekuatan ekonomi negara. Telah terbukti dalam sejarah perjalanan bangsa kita, bahwa UKM adalah basis ekonomi yang paling tahan menghadapi goncangan krisis yang bersifat multidimensional.
3. Dengan semakin banyaknya wirausahawan, termasuk wirausahawan muslim, akan semakin banyak tauladan dalam mayarakat, khususnya dalam aktifitas perdagangan. Sebab, para wirausahawan memiliki pribadi yang unggul, berani, independen, hidup tidak merugikan orang lain, sebaliknya malah memberikan manfaat bagi anggota masyarakat yang lain. Keempat, dengan berkembangnya kewirausahaan, maka akan menumbuhkan etos kerja dan kehidupoan yang dinamis, serta semakin banyaknya partisipasi masyarakat terhadap pembangunan bangsa.
b. Sifat-sifat wirausaha muslim sejati
Keberhasilan seorang wirausahawan dalam Islam bersifat independen. Artinya keunggulannya berpusat pada integritas pribadinya, bukan dari luar dirinya. Hal ini selain menimbulkan kehandalan menghadapi tantangan, juga merupakan garansi tidak terjebak dalam praktek–praktek negatif dan bertentangan dengan peraturan, baik peraturan negara maupun peraturan agama. Berikut ini beberapa Integritas wirausahawan muslim tersebut terlihat dalam sifat – sifatnya, antara lain:
1. Taqwa, tawakal, zikir dan bersyukur.
Seorang wirausahawan muslim memiliki keyakinan yang kukuh terhadap kebenaran agamanya sebagai jalan keselamatan, dan bahwa dengan agamanya ia akan menjadi unggul. Keyakinan ini membuatnya melakukan usaha dan kerja sebagai dzikir dan bertawakal serta bersyukur pasca usahanya.
2. Motivasinya bersifat vertical dan horisontal.
Secara horizontal terlihat pada dorongannya untuk mengembangkan potensi dirinya dan keinginannya untuk selalu mencari manfaat sebesar mungkin bagi orang lain. Sementara secara vertical dimaksudkan untuk mengabdikan diri kepada Allah SWT. Motivasi di sini berfungsi sebagai pendorong, penentu arah dan penetapan skala prioritas.
3. Niat Suci dan Ibadah
Bagi seorang muslim, menjalankan usaha merupakan aktifitas ibadah sehingga ia harus dimulai dengan niat yang suci (lillahi ta’ala), cara yang benar, dan tujuan serta pemanfaatan hasil secara benar. Sebab dengan itulah ia memperoleh garansi keberhasilan dari Tuhan.
4. Memandang Status dan profesi sebagai amanah
Seorang wirausahawan muslim senantiasa menyadari bahwa statusnya atau profesinya sebagai amanah. Karena itu, keberadaannya dalam tugas dan jabatan apapun selalu digunakan untuk mencapai penunaian amanah itu.
5. Aktualisasi diri untuk melayani
Wirausahawan muslim senantiasa berusaha untuk mengaktualisasikan dirinya, melayani konsumen yang menaruh harapan kepadanya atau kerjanya. Semuanya dilakukan dengan penuh kesadaran bahwa, apa yang dilakukan sebagai pengabdian kepada Allah SWT
6. Mengembangkan Jiwa Bebas Merdeka
Bagi wirausahawan muslim, perlu memiliki jiwa bebas-merdeka. Baginya rahmat Tuhan dan rezeki-Nya sangat tidak terbatas sehingga cara dan upaya untuk mencapainya sangat luas pula. Perasaan ini membuatnya menjadi agak tampak tak merasa terikat dengan system yang ada. Namun kebebasannya selalu didasari pada patok –patok atau filosofi dan nilai – nilai yang dianggapnya benar.
7. Azam Bangun Lebih Pagi
Rasulullah mengajarkan kepada kita agar mulai bekerja sejak pagi hari. Setelah sholat Subuh, kalau tidak terpaksa, sebaiknya jangan tidur lagi. Bergeraklah untuk mencari rezeki dari Rab-mu. Para malaikat akan turun dan membagi rezeki sejak terbit fajar sampai terbenam matahari.
8. Selalu berusaha Meningkatkan llmu dan Ketrampilan
Ilmu pengetahuan dan ketrampilan, dua pilar bagi pelaksanaan suatu usaha. Oleh karenanya, memenej usaha berdasarkan ilmu dan ketrampilan di atas landasan iman dan ketaqwaan merupakan salah satu kunci keberhasilan seorang wirausahawan.
9. Semangat Hijrah
Hijrah merupakan salah satu strategi Nabi Muhammad, yang pantas diteladani dan sangat cocok untuk diterapkan dalam dunia bisnis. Makna hijrah ini bukan hanya berarti kepindahan fisik semata, namun juga bermakna meninggalkan perbuatan yang dilarang Allah dan berusaha sekuat tenaga untuk menjalankan perintah-Nya. Hijrah (dalam arti fisik dan spiritual) dalam berbisnis akan mendatangkan semangat baru, bahkan juga peluang baru yang tidak diduga sebelumnya.
10. Keberanian Memulai
Keberanian seringkali bukan merupakan bawaan lahir. Sebab, setiap orang dapat mengembangkan keberaniannya, dan bila dilakukan secara sungguh – sungguh keberanian tersebut akan berkembang dan berdayaguna. Bill Gates merupakan salah satu contoh yang baik dalam hal ini.
11. Memulai Usaha dengan Modal Sendiri Walaupun Kecil
Memulai usaha dengan modal sendiri meskipun kecil, apalagi kalau modal itu diperoleh dari hasil keringat sendiri ( bukan dari warisan apalagi meminta – minta ), merupakan awal yang baik untuk meraih sukses.
12. Sesuai Bakat
Setiap manusia dikarunia Allah kelebihan dan kekurangan. Kelebihan atau potensi dalam diri seseorang dapat dikembangkan atau dimenej untuk mencari rezek. Usaha yang dirintis dari hobby atau potensi/ketrampilan yanga ada dalam dirinya akan lebih berpeluang untuk sukses. Sebab ia akan selalu bersemangat, pekerjaannya menyenangkan, sehingga ia akan mencintainya. Hampir semua pengusaha yang sukses memulai usahanya dari sesuatu yang dicintai dan potensi yang ada dalam dirinya.
13. Jujur
Kejujuran merupakan salah satu kata kunci dalam kesuksesan seorang wirausahawan. Sebab suatu usaha tidak akan bisa berkembang sendiri tanpa ada kaitan dengan orang lain. Sementara kesuksesan dan kelanggengan hubungan dengan orang lain atau pihak lain, sangat ditentukan oleh kejujuran keduabelah pihak.
14. Suka Menyambung Tali Silaturahmi
Seorang wirausahawan haruslah sering melakukan silaturahmi dengan mitra bisnis dan bahkan juga dengan konsumennya. Hal ini harus merupakan bagian dari integritas seorang wirausahawan muslim. Sebab dalam perfektif Islam, silaturahmi selain meningkatkan ikatan persaudaraan juga akan membuka peluang – peluang bisnis baru.
15. Memiliki Komitmen Pada Pemberdayaan
Menurut perspektif Islam keberhasilan seseorang dalam usahanya bukanlah mutlak merupakan hasil kerjanya, melainkan merupakan kerja kolektif sejumlah manusia yang terkait dengannya. Oleh karenanya Islam menekankan sekali pentingnya komitmen pemberdayaan. Sedemikian pentingnya, sehingga menurut Islam, dalam harta seseorang selalu terdapat hak – hak orang miskin ( QS 51/Al Dzariyat : 19 ). Komitmen pada pemberdayaan memiliki arti luas, dan pelaksanaannya merupakan bagian dari tanggungjawab social pengusaha.
16. Menunaikan Zakat, Infaq dan Sadaqah ( ZIS )
Menunaikan zakat, infaq dan sadaqah harus menjadi budaya wirausahawan muslim. Menurut Islam sudah jelas, harta yang digunakan untuk membayar ZIS, tidak akan hilang, bahkan menjadi tabungan kita yang akan dilpatgandakan oleh Allah, di dunia dan di akhirat kelak.
17. Puasa dan Sholat Sunat dan Sholat Malam
Hubungan antara bisnis dan keluarga ibarat dua sisi mata uang sehingga satu sama lain tidak bisa dipisahkan. Sebagai seorang entrepreneur, disamping menjadi pemimpin di perusahaannnya dia juga menjadi pemimpin di rumah tangganya. Membiasakan keluarga , istri, anak, untuk melaksanakan puasa-puasa atau sholat-sholat sunat
18. Mengasuh Anak Yatim
Sebagai pengusaha, mengasuh anak yatim merupakan kewajiban. Mengasuh atau memelihara dalam arti memberikan kasih sayang dan nafkah (makan, sandang, papan dan biaya pendidikan). Lebih baik lagi bila juga kita berikan bekal ( ilmu/agama/ketrampilan) sehingga mereka akan mampu mandiri menjalani kehidupan di kemudian hari.
19. Memampukan Orang Miskin
Memampukan orang miskin adalah pekerjaan yang sangat mulia di sisi Allah dan merupakan tabungan kita untuk akhirat. Kalau kita menabung untuk akhirat, maka dunia otomatis bisa diraih. Jadi dengan kata lain, kalau kita ingin dikayakan oleh Allah maka kita harus mau dan berani mengayakan orang lain. Atau, dengan jalan memampukan orang miskin.
20. Mengembangkan Sikap Tolerans
Toleransi, tenggang rasa, tepo sliro ( Jawa ) merupakan sikap yang penting dimiliki wirausahawan. Dengan demikian, tampak orang bisnis itu supel, mudah bergaul, fleksibel, pandai melihat situasi dan kondisi, teguh memegang prinsip namun tidak kaku dalam berhubungan dengan pihak lain ( termasuk dengan pelanggannya ).
21. Bersedia Mengakui Kesalahan dan Suka Bertaubat
Kesalahan dan kegagalan bagi wirausahawan muslim merupakan hal berharga dan bias menjadi guru di kemudian hari. Dari situ ia akan selalu melakukan koreksi dan intropeksi diri, tanpa harus diketahui publik. Pengakuan terhadap kesalahan atau kegagalan merupakan bagian dari perubahan sikap ( taubat ). Sementara itu mengungkap aib orang lain tetap merupakan perbuatan tercela.
Tulisan: Abdurahman. (Sumber: https://www.iaei-pusat.org/memberpost/kiat-bisnis/wirausaha-muslim?language=id )
************************
Kontributor: Abdurrahman. Editor: Ustaz Sofyan Kaoy Umar, MA, CPIF , Email: ustazsofyan@gmail.com